Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 681 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanna Permana Subanegara
Abstrak :
Komite Medik RSU Karawang yang baru berusia satu tahun merupakan wadah non struktural yang melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pengendali kualitas pelayanan di rumah sakit, masih menghadapi berbagai kendala-kendala yang belum dapat terpecahkan. Dengan struktur ketenagaan, pembiayaan dan piranti lunak dari pimpinan rumah sakit, proses Komite Medik dapat berjalan, namun masih belum optimal, sehingga dampaknya tehadap outcome tindakan bedah, terutama terhadap kualitas pelayanan medik, belum terlihat. Masalah ini diakibatkan karena struktur yang mendukung, belum mecakup dukungan stuktural berupa sarana gedung dan peralatan yang memadai. Disamping itu prosedur tetap tentang kegiatan-kegiatan komite medik masih belum lengkap, sehinga proses belum dapat berjalan dengan optimal. Kaitannya dengan outcome tindakan bedah, oleh karena berdasarkan pengalaman di negara Amerika (Phartenon, 1979) 75% tuntutanmasyarakat pengguna yang diajukan terhadap dokter, 82% diantaranya ditujukan kepada para dokter yang melakukan tindakan pebedahan. Oleh Karena itu, diperlukan peningkatan peran manajemen rumah sakit, untuk turut serta mengupayakan pemecahan masalah yang dihadapi oleh komite medik dan untuk mencegah terjadinya tuntutan masyarakat pengguna, dengan cara perbaikan struktur dan proses komite medik yang pada akhirnya akan berdampak terhadap meningkatnya kualitas pelayanan (outcome). Penelitian ini bersifat studi kasus dengan pendekatan kualitatif, karena meneliti struktur proses dan outcome yang sudah memiliki pola. Fokus penelitian adalah komite medik, yang berkaitan dengan struktur, proses kegiatan komite medik, serta outcome dari tindakan bedah di RSU Karawang. Dari hasil penelitian, didapat suatu gambaran bahwa pengorganisasian komite medik berdampak positif terhadap struktur, proses dan outcome tindakan bedah, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membentuk suatu konsep pengembangan komite medik di Rumah Sakit Umum Daerah Unit Swadana Daerah kelas C Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang. Konsep ini dibentuk berdasarkan tinjuan pustaka dan penelitian langsung di lapangan. Hasil ini merupakan masukan kepada manajemen rumah sakit, sebagai dasar dalam pengembangan Komite Medik. Daftar Pustka: 32 (1972 - 1995).
Medical Staff Organization (MSO) is a functional unit in Karawang Hospital , with an objective to monitor and control the quality of medical services. This unit has been working since 1995, and still have a lot of problems in organizing is activities. This study is intended to compare structure, process and outcome of medical staff activities in Karawang Hospital, during the period of pre-MSO (1994) and post MSO (1995). The trigger initiating MSO activities in Karawang Hospital is the Director's decree (SK) on development of MSO in Karawang Hospital. The new MSO organization has a full support from the Hospital Director with facilities, financial supports and methods. MSO activities in 1995 was increasing very fast, with 36 MSO meeting where almost 80% of all the doctors present. Mortality evaluation meetings, morbidity meetings, nosocomial task force, statistical evaluation of quality of medical services, completeness of medical records suddenly become a medical concern in the hospital. MSO budget for meetings and training of medical staff jumped from 1,6 millions rupiah in 1994 to 7,7 millions in 1995 and projected to 50 millions in 1996. Result of the study shown that MSO was very active in 1995 compared to the situation in 1994. Outcome of MSO in this study is measured by the quality of medical surgeries conducted in 1994 and 1995. The study shown the decrease in waiting time for surgery, and length of stay after surgery in 1995 compared to 1994. Since mortality rate is influenced by the condition of patients when they came to the hospital, the outcome data should look further to the increasing rate of infection after surgeries. The study suggest to look at nosocomial infection, quality of nursing of patients facilities, and improvement of quality of medical services through the development of standard operating procedures for every surgeries in Karawang Hospital. The study concluded that MSO had a positive impact on the quality of medical surgeries in Karawang Hospital. One of the important finding of this study is that MSO will not working properly without a full support and attention of Hospital Director. Reeferences : 32 (1972 - 1995).
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duta Liana
Abstrak :
ABSTRACT The Factors Which Related with the Operation Delay in Central Surgery Installation at Dr.Cipto Mangunkusumo General HospitalIn accordance with scientific and technology development, surgery procedures are becoming a specialist and expensive health services. There is a trend to minimize the cost of hospital services by establishing centralized of the high cost units such as operation rooms. Dr. Cipto Mangunkusumo general hospital is the type A and National top referral hospital which has full array of experts/specialists physician while the tariff of the services is relatively lower than the surrounding private hospitals. The consequence of this condition, bring this hospital has to serve patients beyond its capacity which in turn overburdened the services. This condition is also affected at the central operation room, i.e. Central Surgery Installation. In performing elective surgery procedures, the patients should wait for operation schedule. The preliminary observation showed that there were many delayed and canceled of the scheduled surgery, so that affected the hospital management and hospital performance. The aim of this study is to know the percentage of delayed operations and affecting factors. This is a cross sectional study using observation and interviews. The sample is all of the surgery procedures during 6 working days at 12 operation rooms, in June 1996. The data was collected as primary data by filling the form and questionnaires. The results: 1. Delayed surgery level is 90.9 %. The delayed percentage of the arrival of consultant surgeon who needed for teaching the resident is 80.8 %, with average time of delay is 40 minutes. Then the delayed percentage of the arrival of anesthesiology resident is 60.6 % with the average time of delay is 36.6 seconds and the delayed percentage of arrival of patients is 62.1 % with the average time of delay is 4.2 minutes. There is statistically significant correlation between the operation delay and the arrival delay of paramedic, anesthesiology resident, surgeon assistant, surgeon, surgeon consultant, the patients and the duration of operation. But there is no statistically significant correlation between the operation delay and the kind of surgery. This study is also revealed the percentage of operation cancel lance by 12.4 % with the common cause is patient subjectivity (28.6 %). 2. There are many operations which its duration are not appropriate with allocated time. 3. Lack of appropriate and adequate amount of linen, both for patients and provider, i.e. surgery linen such as jas pack, lap pack. Suggestions : 1. Good communication between provider inside and outside of Central Surgery Installation. 2. It is necessary to make the evaluation about the report of tasks and responsibility of Central Surgery Installation and the procedure of surgery especially about the arrival of the provider. 3. It is necessary to make good cooperation with the medical committee of the hospital to take an appropriate action in case of any mistakes. 4. It is necessary to give special attention from the hospital administrator according to linen budgeting in the Central Surgery Installation. 5. It is necessary to make the longitudinal study about surgery duration according to the kind of surgery, to increase the optimal utilization of the operation room. Bibliography : 24 ( 1969 - 1995 ) xi + 124 pages + 36 tables + 2 figures + 5 annexes;Sejalan dengan perkembangan IPTEK maka kebutuhan pelayanan kesehatan melalui tindakan bedah menjadi bentuk pelayanan kesehatan yang spesialistik, mahal.
ABSTRAK Terdapatnya kecenderungan penghematan biaya pada pelayanan Rumah Sakit dengan melakukan sentralisasi unit-unit yang memerlukan biaya tinggi atau unit sebagai cost center diantaranya adalah kamar operasi. Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai rumah sakit tipe A dan rujukan tingkat nasional mempunyai tenaga ahli yang lengkap dan tarif yang relatif murah menyebabkan pasien yang datang melebihi kapasitas dan perlu mengalami antrian yang panjang. Hal ini dapat terjadi di kamar operasi yang dikenal dengan nama Instalasi Bedah Pusat. Dalam melaksanakan tindakan operasi efektif pasien harus menunggu antrian jadwal operasi, sedangkan dari pengamatan awal didapatkan masih adanya keterlambatan atau pembatalan operasi sehingga pasien harus menunggu jadwal antrian berikutnya. Tentunya hal ini selain mempunyai dampak kepada pasien juga terhadap manajemen rumah sakit serta penampilan kerja rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase keterlambatan/pernbatalan operasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan cara pengamatan kegiatan operasi dan wawancara. Adapun sampel pada penelitian ini adalah seluruh operasi pada 12 kamar operasi selama 6 hari kerja pada bulan Juni 1996 di Instalasi Bedah Pusat RSCM. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer berupa formulir pengisian dan kuesioner. Analisa statistik yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang didapat : 1. Tingkat keterlambatan operasi 90,9%. Diantara anggota provider, kedatangan konsulen operator yang dibutuhkan untuk bimbingan/ujian pada 26 operasi mempunyai persentase keterlambatan sebesar 80,8% dengan rata-rata waktu keterlambatan yaitu 40 menit, diikuti keterlambatan PPDS Anestesi 60,6% dengan rata-rata waktu keterlambatan 37,6 menit. Sedangkan pasien mempunyai persentase keterlambatan 62,1% dengan rata-rata waktu keterlambatan 4,2 menit. Adanya hubungan bermakna secara statistik antara keterlambatan operasi dengan keterlambatan kedatangan paramedik, PPDS anestesi, asisten operator, operator, konsulen operator, pasien, lama operasi. Sedangkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara keterlambatan operasi dengan jenis operasi. Pada penelitian ini juga terdapat pembatalan operasi sebesar 12,4%. Dimana alasan terbanyak disebabkan faktor subyektivitas pasien (28,6%). 2. Adanya lama operasi yang belum sesuai dengan alokasi waktu (rencana) yang di tentukan. 3. Kurang tersedianya linen khususnya linen pasien, linen operasional (Jas pack, Lap pack) didalam kegiatan operasi. Saran-saran yang diusulkan antara lain : 1. Adanya hubungan komunikasi (HAM) yang baik antara anggota provider baik yang berada di bawah atau yang tidak berada di bawah Instalasi Bedah Pusat, begitu pula dengan ruang rawat yang terkait. 2. Perlunya evaluasi terhadap laporan tertulis tentang tugas/tanggung jawab IBP dan tata tertib laksana tindakan bedah khususnya mengenai kedatangan provider yang telah disetujui oleh semua pihak yang terkait. 3. Perlunya bekerja sama dengan Direktur RSCM (komite medik) untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu apabila peraturan tertulis tersebut tidak dipatuhi. 4. Perlunya perhatian administrator Rumah Sakit terhadap anggaran pengadaan linen di Instalasi Bedah Pusat. 5. Perlu diadakan suatu survai lama operasi (alokasi waktu) berdasarkan jenis operasi untuk memudahkan dalam pembuatan waktu rencana operasi, sehingga dapat meningkatkan utilisasi kamar operasi. Daftar Pustaka : 24 (1969-1995) xi + 124 halaman + 36 tabel + 2 gambar + 5 lampiran
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Elyana Sri Sulistyowati
Abstrak :
Pembatalan operasi elektif di RSUP Dokter Kariadi, sebesar 6,49% di atas angka standar tahun 2012 ( ≤ 5% ). Pembatalan operasi elektif dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien, peningkatan biaya, lama rawat pasien di rumah sakit, dan mencerminkan inefisiensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pembatalan operasi elektif. Sebanyak 6,8 % operasi elektif dibatalkan karena alasan medis 106 (46,1%) dan non medis 124 (53,9%). Pembatalan operasi berhubungan dengan kondisi pasien, hasil laboratorium tidak normal, dan kesiapan operator. Sehingga disarankan untuk dikembangkan klinik pra bedah. ......Cancellation of elective surgery at Doctors Hospital Kariadi, amounting to 6.49% is still above the standard ( ≤ 5% ). Cancellation of elective surgery could lead to patient dissatisfaction, increased costs, length of stay and reflects the inefficiency. This study aims to determine the factors associated with the cancellation of elective surgery. 6.8 % elective operations were canceled due to medical reasons (46.1%) and non-medical (53.9%). Cancellation of operations related to the patient's condition, abnormal laboratory results, and operator. It is suggested to develop pre ? surgery clinic.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liku Satriani
Abstrak :
Latar Belakang. Terapi baku emas dalam penutupan defek septum ventrikel (DSV) adalah pembedahan. Prosedur pembedahan mempunyai morbiditas yang terkait dengan torakotomi, pintasan jantung paru, komplikasi prosedur, jaringan parut bekas operasi, dan trauma psikologis. Oleh karena itu, timbul usaha pendekatan transkateter untuk menutup DSV yang bersifat relatif kurang invasif. Tujuan. Mengetahui perbandingan hasil penutupan DSV perimembran, komplikasi prosedur, lama rawat di rumah sakit, dan total biaya prosedur antara prosedur transkateter dengan prosedur pembedahan. Metode. Penelitian retrospektif analitik dengan data berupa rekam medis pasien anak dengan DSV perimembran yang datang ke Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo dan dilakukan penutupan defek dengan salah satu prosedur dalam periode Januari 2010-Desember 2013. Hasil. Sebanyak 69 kasus anak dengan DSV perimembran masuk dalam penelitian, terdiri dari 39 kasus dengan prosedur pembedahan dan 30 kasus dengan prosedur transkateter. Prosedur pembedahan dan prosedur transkateter mempunyai tingkat keberhasilan yang serupa (89,7% vs 96,7%, p=0,271). Prosedur pembedahan mempunyai komplikasi yang lebih banyak dibandingkan prosedur transkateter (46,7% vs 7,7%, p < 0,001). Prosedur pembedahan juga mempunyai lama rawat di rumah sakit yang lebih panjang dibandingkan prosedur transkateter (8 hari vs 3 hari, p<0,0001), dan semua prosedur pembedahan membutuhkan perawatan di ruang rawat intensif. Tidak ada perbedaan total biaya antara prosedur transkateter dengan prosedur pembedahan (Rp. 55.032.636 vs Rp. 58.593.320 p = 0,923). Simpulan. Prosedur penutupan DSV perimembran secara transkateter mempunyai efektivitas dan biaya yang sama dengan prosedur pembedahan dan mempunyai komplikasi yang lebih sedikit serta lama rawat di rumah sakit yang lebih pendek. ...... Background. Surgery has become standard therapy for ventricular septal defect (VSD) closure, but it has significant morbidity related to sternotomy, cardiopulmonary bypass, complication, residual scar, and trauma. Non-surgical and less invasive approaches with transcatheter device were developed to occlude VSD. Objectives. To compare efficacy, complication, length of hospital stay, and total cost of perimembran VSD closure procedure between transcatheter closure and surgery. Methods. A retrospective analysis was performed on children with perimembran VSD admitted to Cardiology Center of Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2010-December 2031. The patients received transcatheter closure or surgical closure. Data were obtained from medical record. Results. A total of 69 perimembran VSD cases were included in study, consisted of 39 cases underwent transcatheter closure and 30 cases underwent surgical closure. The efficacy of both procedur were not statistically different (89.7% vs 96.7%, p=0.271). However, surgery procedure had more complication than transcatheter closure (46.7% vs 7.7%, p < 0.001). Hospital stay were also significantly longer for surgery procedure than transcatheter closure (8 days vs 3 days, p<0.0001), and all surgical subjects requiring intensive care. Transcatheter closure had median total cost Rp. 55.032.636 as compared with Rp. 58.593.320 for surgery procedure (p =0.923). Conclusion. Perimembran VSD transcatheter closure had similar efficacy and costs with surgical closure. Complication rate was lower, and the length of hospital stay was shorter.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fani Farhansyah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keterlambatan operasi elektif di kamar bedah RS Awal Bros Pekanbaru. Variabel yang diteliti adalah kedatangan tim operasi, kedatangan pasien, waktu persiapan pasien, operasi cito sebelumnya,keterlambatan operasi sebelumnya, kelengkapan sarana operasi, kelengkapan administrasi dan kondisi medis pasien. Penelitian ini adalah penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif, menggunakan data retrospektif dengan desain penelitian cross sectional dilanjutkan dengan metode concensus decision making grup CDMG. Sampel dalam penelitian ini menggunakan penghitungan rumus penelitian Slovin, dengan jumlah sampel 100 sampel. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian dan data sekunder dari laporan kinerja kamar bedah. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian pada uji statistic bivariat, dari semua variabel yang diteliti ada 3 yang memiliki hubungan signifikan dengan keterlambatan operasi elektif,yaitu kedatangan pasien, waktu persiapan pasien, dan keterlambatan operasi sebelumnya. Kesimpulan pada penelitian ini didapatkan bahwa angka keterlambatan operasi elektif adalah 81,15 menit jauh diatas standar mutu RS yang ditetapkan yaitu
This study aims to determine the factors associated with the delay in elective surgery in the operating room of Awal Bros Pekanbaru Hospital. The variables studied were the arrival of the surgical team, the arrival of the patient, the patient 39 s preparation time, the previous citosurgery, the previous surgical delay, the completeness of the surgical means, the administrative completeness and the patient 39 s medical condition. This research is a quantitative and qualitative combined research, using retrospective data with cross sectional research design followed by concensus decision making grup CDMG. The sample in this study used Slovin formula calculation, with sample size of 100 samples. Data collection using research instruments and secondary data from surgical room performance reports. The statistical test used in this research is univariate and bivariate analysis using chi square test. Result of the research on bivariate statistic test, from all variables studied there are 3 which have significant relation with elective surgery delay, that is patient arrival, patient preparation time, and previous operational delay. The conclusion of this research is that the elective operation delay is 81.15 minutes far above the defined standard of hospital quality.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47573
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Irawan
Abstrak :

Latar belakang: Bovine jugular vein (BJV) conduit telah menggantikan fungsi homograft untuk prosedur operasi rekonstruksi right ventricle outflow tract (RVOT). Penelitan ini bertujuan melihat kesintasan jangka panjang pasien yang dilakukan rekonstruksi RVOT menggunakan BJV conduit. Metode: Total 58 BJV conduit yang dimplantasi di satu pusat jantung pada tahun 2010 hingga 2016. Karakteristik pasien serta evaluasi ekokardiografi didapatkan dari rekam medis. Peneliti melakukan analisa kesintasan terhadap luaran kardiovaskular yang terjadi. Luaran kardiovaskular berupa stenosis, regurgitasi, endokarditis serta operasi ulang. Hasil: Kesintasan selama tujuh tahun, pasien usia dibawah 24 bulan dan diatas 24 bulan terhadap luaran kardiovaskular sebesar 74,1% dan 87,1%. Usia subjek dibawah 24 bulan meningkatkan risiko terjadinya luaran kardiovaskular sebesar 1,18 kali. Kesintasan selama tujuh tahun terhadap luaran kardiovaskular untuk BJV conduit ukuran 12-14 mm dan 16-22 mm adalah 77%, dan 87%. Penggunaan ukuran 12-14 mm BJV conduit, meningkatkan kejadian luaran kardiovaskular sebanyak 1,13 kali. Kesimpulan: Usia dibawah 24 bulan dan penggunaan ukuran BJV conduit 12-14 mm yang meningkatkan risiko terjadinya luaran kardiovaskular, maka perlu dipertimbangkan operasi paliatif pada pasien agar dapat menggunakan BJV conduit yang lebih besar dikemudian hari.


Backgrounds: Bovine jugular Vein (BJV) conduit have replaced homograft function for right ventricle outflow tract (RVOT) reconstruction. This study purpose was to study long-term survival patient who undergo RVOT reconstruction with BJV conduit. Method: A total of 58 BJV conduit implanted in one heart center in 2010 until 2016. We gathered subject characteristic and echocardiography findings from medical record. We performed survival analysis based on cardiovascular events as the outcome which were stenosis, regurgitation, infective endocarditis, and re-operation. Result: The seven-year cardiovascular events were: patients less than 24 mo (74,1%), more than 24 mo (87,1%), BJV 12-14 mm in diameter (77%), 16-22 mm (87%). Age less than 24 mo and BJV conduit 12-14 mm in diameter increase risk of cardiovascular events 1,18 times and 1,13 times. Conclusion: Age less than 24 mo and BJV conduit 12-14 mm in diameter increasing risk of cardiovascular events. Thus, palliative surgery needs to be considered, allowing the use of conduit with a larger diameter. 

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T57660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wuri Iswarsigit
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T58786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Androsov, P.
Moscow: Foreign Language, [date of publication not identified]
616.7 And m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : EGC , 2000
617 PRI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>