Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deyda Aminda Putri
"Keadaan lingkungan saat ini sudah semakin memburuk, salah satu penyumbang kerusakan lingkungan terbesar adalah bidang pembangunan. Green building merupakan salah satu jawaban atas kerusakan lingkungan yang mengancam kehidupan kita saat ini. Green building merupakan bangunan yang menimbulkan dampak negatif minimum pada lingkungan. Salah satu aspek green building yang memiliki pengaruh terhadap lingkungan dan penggunanya adalah kulit bangunan. Kulit bangunan dapat berperan sebagai penyaring dan akses elemen dari lingkungan luar serta berpengaruh terhadap kenyamanan visual, termal, dan auditori pada ruang dalam. Gedung South Quarter dipilih menjadi studi kasus untuk menilai kulit bangunan pada green building sesuai dengan sistem penilaian GREENSHIP yang dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia GBCI. Total penilaian GREENSHIP untuk kulit bangunan South Quarter cukup rendah; kenyamanan ruang pada gedung ini masih harus ditopang oleh sistem mekanik yang menggunakan energi listrik. Konsumsi energi untuk kenyamanan ruang dalam dapat dibantu dengan pemanfaatan energi terbarukan pada tapak.

One of the leading forces behind the deterioration of environment is irresponsible construction. Green building is one of the solutions devised to handle this life threatening situation. One of the aspects of green building which affects both environment and users is building skin. Building skin acts as filter and access to external elements building skin also significantly affects visual, thermal, and auditorial comfort inside the building. South Quarter building is inspected as case study to evaluate building skin on green building based on GREENSHIP rating system as stated by Green Building Council Indonesia GBCI. The total score of GREENSHIP of South Quarter building skin is deemed low room comfort within this building is maintained using mechanical system which wastes electrical energy. A decrease in energy consumption for room comfort is possible should cutting edge energy processing be implemented on site.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudelson, Jerry
New York: McGraw-Hill, 2009
721.046 7 YUD g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Budi Satrio
"Tata letak memiliki perannya sendiri dalam keberhasilan pencahayaan dan ventilasi alami yang berhubungan dengan konsep green, dalam hal pengurangan energi untuk alat penerangan dan AC di dalam rumah. Tidak hanya pada tata letak ruang dalam rumah saja yang menentukan keberhasilan pencahayaan dan ventilasi alami ini, tetapi juga harus didukung oleh tata letak perumahan itu sendiri. Pada studi kasus pada perumahan Greenland Forest Park yang dikembangkan oleh PT. Relife Reality yang mengedepankan Green Development serta panghargaan Green Property Award tahun 2010, tata letak atau perumahannya sebagian besar tidak jauh berbeda dengan perumahan-perumahan pada umumnya yang mengakibatkan pencahayaan dan ventilasi alami optimal pada sebagian kelompok rumah dan kurang optimal pada sebagian yang lain.

Layout has its own role in the successful of natural lighting and ventilation related to the green concept, in terms of energy reduction for lighting and air conditioning equipment in the house. Not only on the the layout room in the house alone that determines the success of the natural lighting and ventilation, but also must be supported by the Housing layout itself. In the case study on Greenland Forest Park residence which is developed by PT. Relife Reality that prioritaze Green Development and recieve Green Property Award in 2010, the housing layout is not much different from most of the estates in general, resulting in optimal natural lighting and ventilation in most group homes and less than optimal in some others."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Matin
"Energi pada bangunan memiliki kebutuhan energi yang sangat besar, yang berarti untuk memenuhi energi tersebut diperlukan sumber daya yang besar. Dengan demikian penghematan energi pada bangunan akan menurunkan dampak terhadap lingkungan juga. Membuat bangunan hijau atau bangunan berkinerja tinggi menjadi salah satu langkah yang tepat untuk menurunkan kebutuhan energi pada bangunan. Melakukan pengamatan lingkungan sekitar merupakan hal yang penting dalam merancang sebuah bangunan hijau. Dalam pengamatan tersebut hal-hal yang perlu diperhatikan adalah temperatur, kelembaban, radiasi matahari, keadaan bangunan sekitar, keadaan langit,dan banyak lagi. Hal-hal tersebut akan sangat berguna untuk menentukan rancangan bangunan berkinerja tinggi. Tahap selanjutnya yang perlu dilalu dalam mendesain bangunan hijau adalah tahap pembuatan konsep bangunan, sehingga dapat terlihat bentuk bangunan tersebut. Dengan adanya bentuk bangunan sudah dapat dilakukan penentuan material pada selimut bangunan ataupun hal-hal berpengaruh lainnya untuk menurunkan kebutuhan energi. Selanjutnya akan dicari hal yang paling mempengaruhi penurunan energi pada bangunan dengan menggunakan metode Taguchi. Pada akhirnya akan didapatkan pengoptimalan energi tertinggi dari hasil penggunaan metode Taguchi tersebut.

Energy in a building requires a considerable amount of energy which is fulfilled by great resource. Thus, energy saving in building will also reduce the environmental impact. Creating green building or high-utilization building is one of proper solution to reduce energy needed in building. Observation about surrounding environment is significant while designing green building. Things to be concerned while doing observation are temperature, humidity, sunlight radiation, surrounding building condition, sky condition and others. Those abovementioned are also useful for consideration of high-utilization building design. The next stage for designing green building is concept generation of the building to determine the material needed or other particular things that reduce energy needed. The most influencing factor for reducing energy in building will be found by Taguchi method. Finally, the most optimized energy solution can be obtained by Taguchi Method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mesi Shinta Dewi
"Daerah perkotaan yang menempati kurang dari 5 dari luas bumi ternyata mengkonsumsi lebih dari 75 sumberdaya alam. Studi yang lalu menyatakan bahwa tidak ada sektor lain yang mampu menghasilkan penurunan konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca seefektif sektor bangunan. Maka konsep bangunan hijau green building dipercaya merupakan jalan keluar yang paling mampu menjawab tantangan menuju kota berkelanjutan.
Indonesia mulai mengimplementasikan konsep bangunan hijau sebagai upaya mencapai keberlanjutan, namun perlu digarisbawahi bahwa di Indonesia kebijakan penerapan bangunan hijau ini masih ditujukan pada bangunan perkantoran, gedung-gedung komersial, fasilitas pendidikan serta rumah tinggal yang berupa bangunan bertingkat apartemen, rumah susun.
Berbeda dengan di negara-negara maju yang sudah membidik rumah tunggal ini sebagai target dalam penerapan konsep bangunan hijau Homestar di New Zealand, Greenstar SA Multi Unit Residential Tool di Australia, Indonesia belum secara khusus menjadikan perumahan sebagai target dalam implementasi konsep bangunan hijau padahal kenyataannya kota besar di Indonesia didominasi oleh rumah tunggal.
Analisis GIS di Kota Tangerang yang dianggap mampu mewakili karakteristik kota metropolitan di Indonesia, menunjukkan bahwa luas tutupan lahan Kota Tangerang didominasi oleh kawasan perumahan hingga 51,7 sedangkan kawasan industri hanya mencapai 24,09 dan kawasan komersial hanya 15,37. Hasil ini menjadi dasar yang kuat untuk menggali potensi penerapan konsep bangunan hijau untuk perumahan di Kota Tangerang.
Penelitian ini mengungkap potensi penurunan jejak karbon suatu kota melalui implementasi konsep bangunan hijau di perumahan. Studi difokuskan pada masa operasional gedung yang merupakan masa terpanjang dari siklus hidup bangunan sehingga bagaimana penghuni bangunan tersebut melakukan aktivitasnya menjadi faktor penentu tercapai atau tidaknya tujuan penerapan konsep bangunan hijau.
Analisis statistik menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Kota Tangerang saat ini yang lulusan SMA, berada di posisi pola konsumsi yang sangat tinggi. Simulasi dengan sistem dinamik menunjukkan bahwa dengan skenario bussiness as usual jejak karbon yang dihasilkan diprediksi masih akan naik dengan pesat hingga 20-50 tahun mendatang.
Simulasi dengan skenario intervensi kebijakan penataan ruang dengan asumsi tidak ada perubahan perilaku dan pola konsumsi, menunjukkan jejak karbon perkapita masih akan terus naik pesat. Namun jika intervensi kebijakan penataan ruang ini diikuti dengan intervensi perubahan perilaku dan pola konsumsi melalui perbaikan tingkat pendidikan dan kesadaran lingkungan hidup maka jejak karbon perkapita dapat diturunkan nilainya.
Keberhasilan konsep bangunan hijau yang selama ini dipercaya mampu menjawab tantangan dalam mencapai kota berkelanjutan ternyata memiliki keterbatasan dan hanya efektif diterapkan pada kondisi masyarakat yang spesifik yaitu: mayoritas memiliki pendidikan di atas tingkat S1 dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp 7.000.000/bulan

Urban areas occupy less than 5 of the earth but consumes more than 75 of natural resources. Some studies state that there is no sector capable to reduce energy consumption and greenhouse gas emissions as effective as the building sector. Green building concept is believed to be the most effective answer to the challenges towards sustainable cities.
Indonesia started to implement the concept of green building as an effort to achieve sustainability, but it should be underlined that in Indonesia, the implementation of green building policy is still aimed at office buildings, commercial buildings, educational facilities, and residences in the form of multi storey buildings i.e., apartments, flats.
It is different with some developed countries, which already targeted a single house as an important object in green building concept implementation Homestar in New Zealand, Greenstar SA Multi Unit Residential Tool in Australia , Indonesia has not specifically targeted housing sector in green building concept implementation, while in fact, land cover of metropolitan cities in Indonesia were dominated by single homes.
GIS analysis in Tangerang City, which is considered to represent the characteristics of metropolitan cities in Indonesia, shows that land cover of the region is dominated by the housing area up to 51.7 while industrial areas only reached 24.09 and commercial areas only 15.37.
These results should be based on the consideration to explore the potential of green buildings concept implementation for housing area. Research ASDP1 was focused on the operational phase of the building which is the longest period in the building life cycle which shows that occupant activities act as determining factor to the success of green building concept implementation.
Statistical analysis showed that the education level of the majority of people in Tangerang are high school graduates, which lead to a condition where the consumption pattern are high. Simulation with dynamics system shows that based on business as usual scenario, carbon footprint is predicted to rise rapidly in 20 50 years.
Simulation with spatial planning policy intervention scenario, with an assumption that there were no change in the behaviour and consumption patterns, and shows that carbon footprint per capita is still going up rapidly. However, if the spatial planning policy intervention was followed by the intervention to behavioural changes in consumption patterns through improvement of level of education and environmental awareness, carbon footprint per capita will be reduced.
The success of the green building concept that had been believed as as effective tool in achieving sustainable cities, was proven to have limitations and only effective if applied to specific conditions of society such as, the majority have the education level of above S1 level with the level of income of more than Rp 7,000,000 month.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Ruben
"Proses perencanaan terpadu menjadi landasan dalam perencanaan bangunan hijau, namun bagaimana para perencana terintegrasi dalam tiap tahapan perencanaan bangunan hijau belum terdefinisi dengan baik sehingga sulit untuk mewujudkan konsep proses perencanaan terpadu. Penggunaan teknologi BIM dalam perencanaan yang mempunyai kemampuan mengakomodir kolaborasi antar pemangku kepentingan proyek masih terbatas pada entitas tertentu. Kedua hal ini membuat proses kolaborasi antar perencana atau pemangku kepentingan proyek sulit tercapai. Tulisan ini bertujuan untuk mengembangkan alur perencanaan gedung bangunan hijau melalui integrasi blockchain pada BIM agar transparansi informasi antar perencana pada BIM dapat dikontrol dengan teknologi buku besar dengan basis hyperledger fabric. Pendekatan kualitatif melalui kajian literasi, validasi pakar dan percobaan digunakan untuk mengetahui bagaimana alur perencanaan dapat diintegrasikan dengan blockchain pada BIM. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan alur perencanaan dapat dimodelkan dengan blockchain namun proses integrasi memerlukan pembuatan aplikasi sebagai sarana komunikasi antara BIM dan hyperledger fabric.

Integrated design process is the basis for green building planning, but how the integration among the designer in each stage of green building planning is questionable, makes this process difficult to implemented. BIM is a computer-aided modeling technology with the ability to develop the design, manage project information, and collaborate between project stakeholders, bringing efficiency for the processes in the project life cycle. However, despite its advantages, information transparency and operations within BIM in supporting the collaboration of the planning team are arguably still limited to certain entities. For those reasons the integrated design process is hard to achieve. Therefore, this study aims to develop the green building design workflow through blockchain integration in BIM for information transparency among the designer on BIM controlled with distributed ledger technology on a hyperledger fabric platform. A qualitative approach through literature review, benchmarking study, and experiments were used to obtain this objective by considering the planning process of green building as a case study. The results of this study indicate that model of design workflow was build in hyerledger fabric blockchain but integration need an application as a tool for blockchain comminiacated with BIM."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenia Rachmadia
"Polutan yang dihasilkan selama siklus hidup konstruksi dapat mengurangi efisiensi ekonomi di sektor konstruksi yang akan membawa banyak kerugian tidak hanya pada lingkungan tetapi juga pada aspek ekonomi. Dengan menerapkan praktik manajemen rantai pasok konstruksi hijau, efisiensi dan produktivitas konstruksi secara keseluruhan dapat ditingkatkan. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui tingkat kesadaran, pengetahuan, dan hambatan praktik manajemen rantai pasok konstruksi hijau di Indonesia. Penilaian dilakukan dengan memvalidasi indikator dengan 3 orang ahli di bidang hijau, diikuti dengan melakukan survei pilot, dan survei kuesioner yang dilakukan dengan menggunakan metode Skala Likert kepada 87 stakeholder termasuk konsultan, supplier, dan kontraktor. Hasil menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan pengetahuan para pemangku kepentingan berada pada tingkat yang sangat tinggi, namun ada sedikit kesenjangan di mana tingkat kesadaran lebih tinggi daripada tingkat pengetahuan. Selain itu, penegakan hukum yang tidak memadai, kurangnya konsep hijau dari pemerintah, serta dukungan dan insentif yang tidak memadai dianggap sebagai hambatan kritis dalam praktik manajemen rantai pasokan konstruksi hijau.

The construction industry contributes to various environmental problems, where the main problem is caused by the inefficient construction life cycle. The pollutants produced during the construction life cycle can reduce economic efficiency in the construction sector which will bring many disadvantages not only to the environment but also to economic aspects. By implementing green construction supply chain management practices, the overall construction efficiency and productivity can be increased. Therefore, this study intends to determine the level of awareness, knowledge, and barriers to green construction supply chain management practices in Indonesia from the perspective of stakeholders. The assessment was carried out by validating the indicator with 3 green expertise, followed by conducting pilot survey to ensure the questions are understandable. Finally, the questionnaire survey is done using Likert Scale method to 87 stakeholders in different work sectors including consultant, supplier, and contractor. The result reveals both awareness and knowledge level of the stakeholders is at very high level, nevertheless, there is small gap of results where the awareness level outgrows the knowledge level. Furthermore, the insufficient legal enforcement, lack of government’s green concept, and insufficient support and incentives deemed as the critical barriers in green construction supply chain management practice."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyandra Filza Bahmid
"Indonesia merupakan negara beriklim tropis, yang terdiri dari musim kemarau dan musim hujan. Karena Indonesia yang terletak di sabuk khatulistiwa dan memiliki iklim tropis panas-lembab, maka untuk mencapai kenyamanan termal dibutuhkan penggunaan perancangan pendinginan pasif secara ilmiah. Teknik pendinginan pasif, khususnya pada bangunan bertujuan untuk mengontrol kondisi udara interior dan mengoptimalkan proses pembuangan panas yang tidak diinginkan ke lingkungan secara pasif dalam rangka menjaga suhu dan kelembaban udara agar tetap berada pada limit nyaman yang disarankan. Saat ini, di daerah Jakarta Selatan sedang dilakukan pembangunan Rusun Stasiun Tanjung Barat, nantinya gedung ini khususnya area podium lantai 2 tidak hanya digunakan untuk penghuni rusun tetapi juga sebagai fasilitas umum untuk masyarakat. Namun, dengan lokasi zonasinya bangunan ini diharapkan dapat beroperasi tanpa menggunakan AC. Maka, berdasarkan beberapa jenis pendinginan pasif, salah satu cara untuk mencapai kenyamanan termal tanpa menggunakan AC adalah dengan menggunakan ventilasi. Ventilasi merupakan jenis pendinginan yang paling tepat untuk di iklim panas-lembab. Tujuan dari penulisan ini adalah membuat potensi bukaan ventilasi teknik pendinginan pasif yang dapat digunakan untuk area podium lantai 2 Rusun Stasiun Tanjung Barat, dan menganalisis potensi bukaan ventilasi tersebut terhadap area podium lantai 2 dengan perhitungan beban pendinginan. Dari hasil analisis potensi teknik pendinginan pasif pada bangunan Rusun Stasiun Tanjung Barat yang berupa bukaan ventilasi, diharapkan dapat digunakan pada bangunan tersebut dan bangunan lainnya, untuk mencapai kenyamanan termal tanpa penggunaan AC.

Indonesia is a tropical country, which consists of dry and rainy seasons. Because Indonesia is an archipelago that lies across the Equator and has a hot-humid climate. To achieve thermal comfort, the scientific use of passive cooling design is needed. Passive cooling techniques, especially in buildings, aim to control air conditions and optimize the process of dissipating unwanted heat in order to maintain air temperature and humidity within the recommendation of thermal comfort. Currently, in South Jakarta, the construction of Tanjung Barat Station Flats is being carried out. Later in this building, especially the podium area on the 2nd floor, will not only be used by the flat occupants but also as a public facility for the community. However, with its zoning location, this building is expected to operate without the use of air conditioning. So, based on several types of passive cooling techniques, one way to achieve thermal comfort without the use of air conditioning is through the usage of natural ventilation. This is because natural ventilation is the most appropriate type of cooling for hot-humid climates. The purpose of this paper is to create a potential passive cooling technique of ventilation openings that can be used for the 2nd floor area of the Tanjung Barat Station Flats, and to analyze the potential of ventilation openings for the podium area on the 2nd floor while also calculating the cooling load. From the potential results of the analysis of passive cooling techniques in the Tanjung Barat Station Flats in the form of ventilation openings, it is hoped that it can be used in these and other buildings, to achieve thermal comfort without the use of air conditioning."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elang Pramudya Wijaya
"Penggunaan peralatan pengkondisian udara di dunia selalu meningkat setiap tahunnya sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dunia. Sekitar 45% penggunaan listrik pada gedung maupun perumahan dibebankan pada peralatan pengkondisian udara (Air Conditioner). Untuk menekan beban konsumsi listrik, dibutuhkan regulasi yang mengatur mengenai labelling peralatan pengkondisian udara. Maka dari itu, ruang psikrometrik dirancang dan dibuat untuk melakukan pengujian pada peralatan tata udara. Ruang psikrometik adalah dua buah ruangan yang dapat mengkondisikan temperature, kelembaban relative, dan kecepatan aliran udara. Sistem ruang psikrometrik terdiri dari sistem sirkulasi air, sistem sirkulasi udara, dan sistem kontrol. Studi ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan ruang psikrometrik sehingga dapat memenuhi standar yang berlaku. Agar pengujian untuk pengkondisian udara dapat dilakukan, ruangan harus sesuai dengan standar variasi rata-rata error aritmatika ± 0,3 °C dan variasi maksimum ± 0,5 °C. Pengambilan data dilakukan dengan variasi temperatur pada standar ISO 5151. Hasil perancangan dan pengembangan ini ruang psikrometrik mempunyai nilai variasi terbesar sistem berkisar ± 0.5 °C pada beberapa setpoint yang diujikan, hal ini memenuhi syarat dari standar yang berlaku.

The use of air conditioning equipment in the world always increases every year in line with the growth of the world's population. Around 45% of electricity use in buildings and housing is charged to air conditioning equipment. To reduce the burden of electricity consumption, regulations governing the labeling of air conditioning equipment are needed. Therefore, a psychrometric chamber is designed and built to perform tests on air conditioning equipment. The psychrometric room is two rooms that can condition temperature, relative humidity, and air flow velocity. The psychrometric chamber system consists of a water circulation system, an air circulation system, and a control system. This study aims to design and develop a psychrometric room so that it can meet the applicable standards. Test for air conditioning must be carried out, the room must comply with the standard variation of the arithmetic mean error of ± 0.3 °C and the maximum variation of ± 0.5 °C. Data retrieval was carried out with temperature variations on the ISO 5151 standard. The results of this design and development of the psychrometric room have the largest system variation value ranging from ± 0.5 °C at several setpoints tested, this fulfills the requirements of the applicable standard."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moskow, Keith
New York: McGraw-Hill, 2008
720 MOS s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>