Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maurilla Zahra Sahirah
Abstrak :
Kabupaten Banyumas memiliki beberapa komoditas unggulan seperti di Kecamatan Sumbang yang dikenal dengan penghasil jagung. Walaupun demikian, jika dilihat dari data per tahunnya, luas panen jagung di Kecamatan Sumbang berkurang sekitar 107,8 ha. Sejalan juga dengan maraknya terjadi konversi lahan. Hal ini akan berimbas pada rendahnya pendapatan petani karena petani sangat bergantung pada lahan panen jagung. Adanya tekanan tersebut mendorong petani jagung untuk melakukan berbagai strategi penghidupan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan pengumpulan data secara multistage sampling dengan mengkombinasikan purposive sampling untuk pemilihan lokasi petani dan proportional random sampling untuk pemilihan sampel petani. Sampel diambil dengan teknik kuesioner terhadap 56 petani jagung yang tergabung dalam kelompok tani. Analisis aset dilakukan dengan menggunakan pendekatan Sustainable Livelihood Approach (SLA), deskriptif kuantitatif dan keruangan. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pola kepemilikan aset petani berasosiasi sebagian dengan karakteristik rumah tangga petani dan kondisi tekanan lahan pertaniannya. Berdasarkan persebaran lokasi lahan petani, petani yang lahan pertaniannya berlokasi di kondisi tekanan lahan tinggi dekat dengan jalan lokal serta terletak di aksesibilitas tinggi memiliki aset alam yang lebih unggul daripada di kondisi tekanan lahan rendah hingga sedang. Sementara itu, karakteristik rumah tangga akan mempengaruhi kekuatan aset finansial. Petani dengan anggota rumah tangga sedikit dalam satu atap serta lebih banyak usia tidak produktif yang tidak bekerja dan petani dengan anggota rumah tangga besar dalam satu atap serta lebih banyak usia produktif yang bekerja menjadi pembeda kondisi aset finansialnya. Kemudian, karakteristik rumah tangga juga mempengaruhi aset pada setiap kondisi tekanan lahan. Kepemilikan aset manusia, finansial, dan aset fisik akan mempengaruhi petani dalam menerapkan strategi penghidupan. Tingginya aset fisik, finansial, manusia membuat petani melakukan strategi akumulasi daripada sekadar strategi konsolidasi. Namun, kondisi tekanan lahan juga menentukan pilihan strategi. Unggulnya aset finansial dan fisik di lokasi lahan dengan tekanan tinggi menyebabkan petani dapat melakukan strategi akumulasi. Unggulnya aset manusia di lokasi dengan tekanan lahan sedang menyebabkan petani melakukan strategi konsolidasi. ......Banyumas Regency has several superior commodities such as in the Sumbang District which is known as a maize producer. the annual data, the maize farm area in Sumbang has decreased by around 107.8 ha. It will impact farmers income because farmers are very dependent on maize farm areas. The existence of this pressure encourages maize farmers to carry out various livelihood strategies. This study used a quantitative method with multistage sampling by combining purposive sampling for the farmers locations and proportional random sampling for the farmers samples. Samples were taken using a questionnaire technique to 56 maize farmers who are members of farmer groups. Asset analysis is carried out using the Sustainable Livelihood Approach (SLA), descriptive quantitative, and spatial analysis. The results of the study indicate that the condition of farmer's asset ownership is partially associated with the characteristics of the farmer's household and land pressure condition. Based on the distribution of farmers' land locations, farmers whose land is in high-pressure land close to local roads and located in high accessibility have natural assets that are superior to those in conditions of low to moderate land pressure. Meanwhile, household characteristics will affect the strength of financial assets. Farmers with few household members under one house and more non-productive age who do not work and farmers with large household members under one house and more productive age are significantly different in their financial assets. Then, household characteristics also affect each land pressure condition. The ownership of human, financial and physical assets will influence farmers in implementing livelihood strategies. However, land pressure conditions also determine the choice of strategy. The superiority of financial and physical assets in land areas with high pressure causes farmers to carry out an accumulation strategy. The superiority of human assets in locations with moderate land pressure causes farmers to carry out a consolidation strategy.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsiwidianti Rahmah
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai praktik gadai lahan sawah yang dilakukan oleh masyarakat tani di Desa Jalatrang sebagai strategi penghidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sifatnya mendesak. Melalui pendekatan etnografi dengan melakukan observasi partisipan dan wawancara mendalam, penelitian ini mencoba memahami bagaimana proses serta relasi-relasi yang terbentuk dalam praktik gadai lahan sawah dapat membantu masyarakat tani di Desa Jalatrang keluar dari situasi terdesak secara finansial. Pembentukan strategi penghidupan yang dilakukan oleh masyarakat tani di Desa Jalatrang melalui praktik gadai lahan sawah ini menunjukkan adanya pemanfaatan modal alam dan sosial oleh petani guna menciptakan sustainable livelihoods yang dapat membantu mereka terhindar dari guncangan rumah tangga. Praktik gadai lahan sawah oleh masyarakat tani di Desa Jalatrang juga memperlihatkan adanya diferensiasi kelas petani antara pihak penggadai dan pihak pemberi pinjaman. Ketergantungan antar kelas petani inilah yang menopang keberlangsungan praktik gadai lahan sawah di Desa Jalatrang hingga saat ini. Praktik gadai lahan sawah akan terus dilakukan selama relasi antar kelas petani itu berlangsung karena relasi tersebut membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. Terlepas dari faktor keuntungan secara ekonomi, praktik gadai lahan sawah ini juga didasarkan pada alasan moral terhadap sesama sehingga dalam praktiknya mencerminkan keselarasan antar moral dan ekonomi. ......This study discusses the practice of land pawning carried out by farming society in Desa Jalatrang as a livelihood strategy to meet urgent life needs. Through an ethnographic approach by conducting participant observation and in-depth interviews, this study tries to understand how the processes and relationships formed in the practice of land pawning can help the farming society in Desa Jalatrang to get out of a precarious situation. The formation of livelihood strategies carried out by farming society in Desa Jalatrang through the practice of land pawning shows the use of natural and social capital by farmers to create sustainable livelihoods that can help them to avoid household shocks. The practice of land pawning by the farming society in Desa Jalatrang also shows the differentiation of the farmer class between the pawnbroker and the money lender. This interdependence between classes of farmers has supported the continuity of lawn pawning practice in Desa Jalatrang to this day. The practice of land pawning will continue as long as the relationship between the farmer classes lasts because the relationship brings benefits to both parties. Despite the economic benefits, the practice of land pawning is also based on moral aspect towards family or others so that in practice it reflects the harmony between morals and the economy factors
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carley, Michael
London: Earthscan Publications, 1998
338.927 CAR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Inka Anggraeni
Abstrak :
Persaingan lahan untuk permukiman dan perkantoran atau area usaha di kota-kota besar di Indonesia terutama kota metropolitan seperti Jakarta mengakibatkan tingginya harga tanah, merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat perkotaan. Persaingan ini juga mengakibatkan permukiman tergeser menjauh dari pusat kota dan masyarakat harus pulang-pergi ke pusat kota setiap hari untuk bekerja. Permasalahan ini juga terjadi tidak hanya di negara berkembang tetapi terutamanya banyak terjadi di negara maju. Istilah Tiny House Movement belakangan muncul dan dianggap dapat menjadi pilihan solusi untuk menghadapi permasalahan ini. Tinggal di tiny house tidak hanya berarti tinggal di rumah dengan ukuran yang kecil, melainkan juga beradaptasi dengan kehidupan yang lebih sederhana, tidak konsumtif, lebih terkoneksi dengan alam dan peduli lingkungan. Hidup di tiny house bukanlah sesuatu yang asing untuk masyarakat Indonesia. Bagi masyarakat yang hidup di urban kampung, rumah-rumah tinggalnya dapat dikatakan sebagai tiny house, hanya penampilannya saja yang berbeda. Hal ini yang membedakan antara perbedaan pengertian tiny house antara negara maju dengan Indonesia. Di dalam tulisan ini akan dibahas mengenai apakah tiny house yang ada di urban kampung mencerminkan cara hidup yang sustainable dan apakah tiny house dapat menjadi salah satu solusi penyelesaian masalah kurangnya housing supply di kota padat penduduk. Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif (melalui interview dengan masyarakat urban kampung) dan kuantitatif (pengukuran rumah kecil di urban kampung) dalam pengambilan informasi. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa penduduk urban kampung sudah mengaplikasikan tiny living dalam kehidupannya. ......Competition on land for settlements and offices or business areas in big cities in Indonesia, especially metropolitan city such as Jakarta, had resulting in high land prices, this is something common to the public. This competition had also resulting shifting of settlements away from the city center and people having to commute to the city center every day to go to their workplaces. This problem also occurs not only in developing countries but especially in many developed countries. The term Tiny House Movement later emerged and considered to be a choice of solution to deal with this problem. Living in Tiny House does not only mean living in a small-sized house, but also adapting to a simpler life, less consumptive, more connected to nature and caring for the environment. Living in tiny house is not something new to Indonesian society. For people who live in urban villages, their homes can be said to be tiny houses, only their appearance is different. This is what distinguishes between the understanding of tiny house between developed countries and Indonesia. This paper will discuss whether tiny house in urban kampung reflects a sustainable way of life and whether tiny house can be one of the solution for lack of housing supply in densly populated cities. This research will use both qualitative methods (through interviews with urban kampung communities) and quantitative methods (measurements of tiny houses in urban villages) in information retrieval. Through this research it was found that urban kampung residents have applied tiny living in their lives.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993
304.2 CAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Soeratmo
Yogyakarta: Gadjah Mada University press, 1988
344.046 GUN a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The author, George M. Woodwell, founder of the WHRC, was intimately involved in the design and construction of the Gilman Ordway Campus, which was completed in 2003 in collaboration with McDonough+Partners. He details the challenges they faced, some of which are familiar to everyone who tries to "build green": the vagaries of building codes, the whims of inspectors, the obstreperousness of subcontractors, the search for appropriate materials, and the surprises involved in turning an old house into a modern office building. Woodwell puts the building in a larger context, not only within the work of the Center and the tradition of Woods Hole, but in the global need to minimize our carbon emissions and overall environmental impact. Building a world that works requires rethinking how we design, reuse, and live in the built environment while preserving the functional integrity of the landscape.
Washingto, D.C.: Island Press, 2009
e20405688
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Fachry Ardani
Abstrak :
ABSTRAK Manusia telah hidup berdampingan dengan alam semenjak dini. Mereka membentuk dan menciptakan ruang untuk hidup dengan bantuan alam dan lingkungan. Alam telah menjadi kebutuhan yang penting bagi manusia itu sendiri. Hubungan bawaan antara manusia dan alam ini dipelajari melalui konsep biofilia. Namun dengan meningkatnya urbanisme pada abad terakhir ini, tren perancangan arsitektur telah berubah, masyarakat urban mulai mendesain kota mereka berdasarkan kepentingan manusia dengan sedikit pertimbangan terhadap lingkungan. Tren tersebut telah terbukti secara saintifik dapat menimbulkan isu kesehatan. Sebagai respon terhadap fenomena ini arsitek dan peneliti mengembangkan bidang desain berbasis biofilia sebagai cabang dari ilmu arsitektur. Tulisan akademik bertujuan untuk mengamati pola-pola dari biofilia sekaligus faktor apa saja yang sejalan dengan keberadaan pola tersebut melalui studi kasus yang diambil dari taman perkotaan di Singapura. Hasil dari observasi tersebut akan menentukan apakah dari kedua desain biofilia dapat memiliki cara implementasi yang berbeda yang berhubungan dengan bentuk dan juga pengaruh apa saja yang bisa diberikan pada manusia dalam hal kesehatan.
ABSTRACT Humans have been living with nature since the dawn of times. They forged, created and constructed their living spaces through the uses of nature and environment. Nature had become an essential need for human themselves. This innate connection between human and nature is studied through the concept of biophilia. However, a rapid urbanism over these past centuries reoriented the architectural trends, urban people began to design the environment on behalf of their own importance with a less consideration of nature. This trend has scientifically proven could create an issue of healthiness. As a response to this phenomenon, architect and scientist developed the field of biophilic design as a branch of architecture. This academic writing will observes the biophilic patterns and factors that juxtapose with the existence of it through case studies taken from urban parks in Singapore. The result of the observation will determine whether both biophilic designs could have a different way of implementation regarding to the form as well as the impacts that it could give to human in terms of health.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shulman, Seth
Abstrak :
Cooler smarter shows you how to cut your own global warming emissions by twenty percent or more. It offers science-based strategies to cut carbon, including chapters on transportation, home energy use, diet, personal consumption, as well as how best to influence your workplace, your community, and elected officials.
Washingto, D.C.: Island Press, 2012
e20401967
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Clark, Helen
Abstrak :
The Singapore Lecture Series was inaugurated in 1980 by the Institute of Southeast Asian Studies with a founding endowment from the Monetary Authority of Singapore (MAS), and augmented by a generous donation in 1983 from Exxon Mobil Asia Pacific. The Singapore Lecture is designed to provide the opportunity for distinguished statesmen, scholars, and writers and other similarly highly qualified individuals specializing in banking and commerce, international economics and finance and philosophical and world strategic affairs to visit Singapore.
Singapore: Institute of South East Asia Studies, 2012
e20442393
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>