Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Drina Intyaswati
"Media televisi mempunyai keunggulan teknologi dan keunikan dalam proses penyampaian pesannya yaitu meliputi gambar 'dan suara, yang menghasilkan pesan yang lebih mudah dimengerti. Media massa khususnya televisi mengangkat peristiwa-peristiwa yang terjadi dan selanjutnya dikemas dalam bentuk berita yang mempunyai nilai jual agar suatu media dapat bersaing dengan media lainnya. Berita-berita televisi oleh masyarakat sering dimanfaatkan untuk mengetahui atau sebagai sumber informasi mengenai berbagai isu yang berkembang saat itu. Berita televisi yang memuat opini orang-orang tertentu mengenai berbagai isu bisa mempengaruhi persepsi khalayak mengenai opininya sendiri dan juga opini orang lain. Terpaan berita televisi yang sama tidak selalu menimbulkan persepsi yang sama pada semua individu dalam masyarakat.
Proses persidangan kasus Buloggate II yang dimulai 25 Maret 2002 dan diadakan setiap minggu merupakan proses persidangan yang mengundang banyak perhatian di berbagai kalangan masyarakat dan juga media massa. Dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimana kontribusi menonton berita di televisi terhadap pembentukan persepsi khalayak mengenai kasus Buloggate II.
George Gerbner sebagai pioner peneliti kultivasi percaya betul kepada kekuatan efek media khususnya televisi pada pembentukan persepsi penontonnya. Akan tetapi hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun menonton televisi dilakukan dengan cukup perhatian dan adanya kepercayaan terhadap isi berita televisi, pembentukan persepsi mengenai kasus Buloggate II tidak dipengaruhi oleh menonton berita di televisi. Pembentukan persepsi dalam penelitian ini dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan keterlibatan terhadap kasus Buloggate II serta pendidikan responden."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Aslamiah Achmad
"Manusia membutuhkan informasi dan hiburan. Salah satu sumber informasi yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini adalah televisi. Mengapa televisi ?. Televisi memiliki banyak keunggulan yaitu mudah dalam penggunaannya, menghasilkan audio dan visual sekaligus, mudah didapatkan dan yang utama program acara yang disajikan sangat bergam dan dikemas dengan cara yang menarik. Bahkan orang-orang, sering mengumpamakan televisi sebagai `second mother' (ibu kedua) yang dapat memberi pengaruh pada proses pembentukan persepsi dan nilai-nilai terutama terhadap anak-anak dan remaja.
Beragamnya isi pemberitaan televisi termasuk penyajian program berita yang mengkhususkan pada kejadian kriminal dan banyak ditayangkan merupakan salah satu alasan mengapa penelitian ini dilakukan. Dalam penyajian berita khusus kriminal khalayak dengan mudah melihat peristiwa kekerasan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dengan sangat vulgar, berani, mengerikan, menakutkan sekaligus membuat hati miris. Penayangan adegan kriminal dan kekerasan yang terus menerus dikhawatirkan dapat menjadikan khalayak utamanya anak-anak dan remaja menjadi tidak sensitif atau tidak peka terhadap kejadian kriminal , sehingga peristiwa-peristiwa sejenis dianggap hal yang lumrah.
Penelitian ini, ingin mengetahui apakah ada pengaruh antara menonton berita khusus tentang kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan. Teori utama yang digunakan adalah teori kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner. Teori ini berasumsi bahwa apabila seseorang sering melihat adegan kekerasan yang terus menerus dan berulang-ulang maka akan mempengaruhi persepsi mereka sehingga timbul anggapan bahwa dunia ini penuh dengan kekerasan.
Yang menjadi populasi penelitian ini adalah pelajar SLTP di Kota Bogor, dengan sampel yang dipilih dari 2 SLTP negeri di Kota Bogor. Untuk mengetahui hubungan antara variabel dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis bivariat dengan menggunakan Korelasi Tau Kendal , analisis korelasi parsial.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut : (1) Tidak ada hubungan yang signifikan antara menonton berita khusus kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan. (2) Pengalaman tidak mempengaruhi hubungan antara menonton berita khusus kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan. (3). Komunikasi antar pribadi.tidak mempengaruhi hubungan antar menonton berita kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan.
Ada beberapa hal yang menyebabkan tidak adanya pengaruh antara menonton berita khusus kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan , antara lain karena tingkat terpaan tayangan berita kriminal terhadap responden relatif kecil. Menurut Gerbner penonton ringan (light viewers) umumnya menonton antara 1-2 jam perhari, dimana jenis penonton ini tidak melihat dunia sesuram dengan penonton berat (heavy viewers). Umumnya responden dalam menonton tayangan berita kriminal masih digolongkan sebagai penonton ringan (light viewers).
Self sensor dari dalam diri para responden yang kuat sehingga tayangan tersebut tidak mempengaruhi persepsi mereka. Hal ini disebabkan karena umumnya responden memiliki orang tua dengan status sosial ekonomi yang cukup tinggi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Fetter (1984) bahwa keluarga dengan status sosial yang tinggi lebih memungkinkan untuk menyediakan media lain yang dapat merangsang bakat dan keterlibatan orang tua mendorong untuk membaca serta membuat pekerjaan rumah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Chontina
"Penelitian tentang Media Massa Sebagai Medium Perubahan dalam Era Reformasi ini berangkat dari perubahan-perubahan yang terjadi di era reformasi antara lain perubahan di bidang media televisi. Perubahan ini diaplikasikan dalam kebebasan media untuk menyampaikan informasi, antara lain, kebebasan untuk memberi informasi tentang pengusutan harta mantan kekayaan presiden Suharto, penculikan para aktivis dan penembakan mahasiswa. Dalam era orde baru, penyampaian informasi seperti itu, mustahil dilakukan karena pemerintah dapat menentukan isi media.
Kerangka pemikiran yang dipakai adalah perspektif struktural fungsional. Perspektif ini menyajikan bagaimana suatu sistem organisasi bekerja untuk mempertahankan dirinya. Literatur yang mendukung kerangka pemikiran ini adalah pemikiran MCQuail mengenai Teori atau Sistem Media yang menjelaskan berbagai sistem media yang berlaku di berbagai negara sesuai dengan kondisi sosial negara yang bersangkutan. Selain pemikiran tentang teori atau sistem media digunakan juga pemikiran McQuail tentang Kebebasan Media. Kebebasan media akan terwujud, antara lain jika tidak ada sensor, izin atau pengawasan oleh pemerintah, bebas untuk memperoleh informasi dan adanya tanggung jawab dan hak-hak yang sama dalam masyarakat serta independensi editorial. Pemikiran Domminick tentang pengawasan dan kepemilikan media turut menjadi acuan untuk mengetahui keberadaan pemilik dan pengawasan media televisi di berbagai negara.
Hasil dari penelitian ini menyajikan bahwa dalam era reformasi terjadi perubahan dalam melaksananakan fungsi media televisi yaitu ada kebebasan dalam mengungkap berbagai kasus yang menyangkut pemerintah. Hal ini disebabkan terjadi perubahan pada pihak pemerintah. Media massa yang merupakan subsistem dari sistem sosial yang lebih besar, terikat dengan sistem yang berada di atasnya. Perubahan yang terjadi di bidang media massa, belum secara mendasar. Jika menginginkan perubahan yang mendasar, maka harus melakukan perombakan struktur kekuasaan secara mendasar pula. Masih ditemukan intervensi pemerintah, pemilik, pemodal dan pasar terhadap media meskipun Menteri Penerangan sudah menyatakan bahwa pemerintah tidak akan mendikte media massa dan media massa bukan merupakan corong pemerintah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effendi Ghazali
"ABSTRAK
Seiring dengan berkembang pesatnya pertelevisian Indonesia, penelitian tentang televisi cenderung meningkat pula- Namun penelitian yang obyeknya bukan "output" siaran, amatlah langka bukan hanya di Indonesia tapi juga dalam perkembangan studi komunikasi secara global. Peneliti telah melakukan studi terhadap Manajemen Kebijaksanaan Siaran TVRI Stasiun Pusat Jakarta (1990, UI, skripsi S-1), dan kini ingin melanjutkannya di tingkat S-2 dalam konteks pertelevisian Indonesia yang sudah bukan tunggal atau monopoli TVRI lagi.
Studi ini berada pada genre "Interaksionisme Simbolik" dengan aliran `The Chicago School". Aliran ini menghindari pendekatan kuantitatif dan "scientific", namun menekankan pada kesejarahan, autobiografi, studi kasus, catatan-catatan, surat-Surat, wawancara tidak langsung, serta observasi terlibat.
Penelitian ini bergerak dari interaksi Teori Komunikasi dan Teori Organisasi, bahwa komunikasilah yang menciptakan struktur sosial, sehingga memasuki Teori Sistem dan Jaringan-nya yang luas. Dalam sistem (dengan analisis tatanan Weber, Garth dan Mills) terdapat tatanan ekonomi, politik, sosial, ideologi, dan budaya. Sedang anggota sistem yang abstraksinya lebih rendah dikaji dari analisis Kesejarahan llmu Media Massa. Interaksi dalam sistem berorientasi pada makna, sehingga antara anggola bisa lahir Teen Konvergensi dan Disvergensi.
Temuan penelitian yang perlama adalah pelaku-pelaku Budaya Pertelevisian Indonesia, yakni: Pemerintah (bersama Politisi), Praktisi Media (termasuk di dalamnya: Pengelola Stasiun TV, Rumah Produksi dan Periklanan), Peneliti (bersama Pemerhati), dan Pemirsa Sedangkan puncak penemuan adalah Model Budaya Pertelevisian Indonesia, yang sekaligus merupakan kritik terhadap Model Organisasi Industri Televisi diony'n Owen di& 1974 dan direvisi Agee dkk. 1991, serta Model McQuail, 1987. Model ini lebih fleksibel, terbuka untuk pergerakan, dan kemungkinan "overlapping" posisi dan sikap. sebagai dari Konvergensi dan Disvergensi.
Sebagaimana lazimnya aliran "Chicago School", penelitian ini memang mengarah pada studi makro, namun peneliti memperlengkapinya dengan pemeriksaan praktek model berupa sebuah studi kasus, yakni: Kasus Program "Perspektif" di SCTV, serta berbagai catatan terhadap fenomena lain yang merupakan ciri khasnya aliran "Chicago". Intinya tetaplah sebagai contoh terhadap: bagaimana "membaca" Budaya Pertelevisian Indonesia tersebut.
Temuan yang penting di dalam Budaya Pertelevisian Indonesia dan Modelnya adalah demikian kuatnya pertimbangan ekonomi politik dalam Budaya Pertelevisian Indonesia, yang seharusnya diimbangi dengan pertimbangan lainnya, terutama pertimbangan meningkatkan ketahanan komunikasi dengan dukungan ahli-ahli komunikasi dan bidang lain yang terkait serta berkompeten. Implikasi yang penting digarisbawahi dari penelitian ini antara lain perlunya segera dibentuk Badan Penyiaran Indonesia yang terpadu dan memegang otoritas tertinggi dalam bidang penyiaran. Badan inilah yang merencanakan, menganalisis dan membuat kebijakan serta keputusan mengenai pertelevisian Indonesia, dengan anggotanya yang terdiri dari berbagai departernen dan instansi serta pakar dari banyak bidang terkait."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library