Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khiyarunnas
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang memengaruhi pengguna dalam menggunakan Web Intranet Perbendaharaan pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan berdasarkan ekspektasi pengguna dan kualitas teknologi. Penelitian ini menggunakan model yang terdiri dari beberapa variabel yang terdapat pada Model Kesuksesan Sistem Informasi Delone dan Mclean 2003 dan Teori UTAUT yang diajukan oleh Venkatesh (2003). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan penyebaran kuesioner pada pengguna Web Intranet Perbendaharaan diseluruh Indonesia serta menggunakan teknik analisis Partial Least Square(PLS). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, ekspektasi kinerja, dan ekspektasi usaha. Hasil analisis terhadap 179 kuesioner yang diterima, menunjukkan bahwa niat memakai Web Intranet Perbendaharaan secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh kualitas informasi dan ekspektasi kinerja.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2017
336 ITR 2:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Darmawan Baginda
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas website Universitas XYZ dengan pendekatan WebQual. WebQual adalah sebuah pendekatan pengukuran kualitas website melalui persepsi pengguna berdasarkan tiga dimensi yaitu usability, information quality dan services interaction quality. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas XYZ dimana jumlah sampel diambil sebanyak 216 responden secara purposive sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan kuesioner berbasis WebQual 4.0 yang dianalisis dengan IPA (Importance Performance Analysis) untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan yang merupakan gap antara kepentingan dan kinerja. Hasil uji validitas dan reliabilitasmenunjukkan keseluruhan item kuesioner valid dan reliabel karena telah memenuhi persyaratan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 item yang dianalisis dengan metode IPA dikelompokkan ke dalam kuadran I (3 item), kuadran II (9 item), kuadran III (7 item) dan kuadran IV (3 item). Item yang dianggap penting dan perlu segera ditingkatkan terletak pada kuadran I yaitu kemudahan berkomunikasi melalui web, ketersediaan informasi yang cukup detail serta rasa aman dalam menyampaikan data pribadi. Hasil analisis korelasi ganda juga menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat antara variabel independen dan dependen dalam penelitian ini.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika,Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika , 2016
302 BPT 14:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wilopo
Abstrak :
Kajian ini membahas tentang pembaruan kelembagaan dan tata kelola dalam rangka perbaikan pelayanan ICT USO. Kajian ini menggunakan teori IBV (Peng, 2003, 2009) yang diperkaya dengan New Institutional Economic Sosiology (NIES) (Nee, 2003) dan kapabilitas informasi (informational capabilities) (Gigler, 2011). Kajian ini menggunakan pendekatan Multimethodology Pengkayaan Cultural Stream of Analysis Riset Tindakan berbasis SSM diperkaya dengan Social Network Analysis (SNA).

Hasil kajian untuk research interst menunjukkan bahwa penelitian ini mampu menyempurnakan konsepsi Peng (2009) yang menempatkan 2 (dua) elemen institusi yaitu institusi formal dan institusi informal dalam strategi. Penyempurnaan dilakukan dengan metode Soft System Metodhology (SSM) dengan penguatan oleh Social Network Analysis (SNA) menghasilkan konstruksi strategi berbasis kelembagaan dengan 4 (empat) elemen institusi yaitu institusi formal, institusi informal, institutional structure, dan capabilities information. Keempat elemen institusi atau empat elemen inti institusi (four core institution) memiliki dinamika yang bersifat fasilitasi (fasilitation), keterkaitan (interrelated), motivasi (motivation), dan pengaturan (govern). Penggunaan pendekatan multimetodologi riset tindakan berbasis SSM dengan Social Networking Analysis (SNA) dapat memperkaya analisis tiga (politik) di tahap 2 (dua), dan tahap 5 (lima) perbandingan dunia nyata dan konseptual. Temuan ini dan perkembangan penggunaan SSM di UI bisa dikatakan sebagai UI School atau mazab UI untuk penggunaan SSM Multimethodology.

Hasil kajian untuk problem solving menunjukkan bahwa pengaturan kelembagaan dari tataran makro, meso dan mikro menjadi sangat strategi dalam mengimplementasikan suatu kegiatan ICT USO. State regulation merupakan persoalan mendasar bagi dinamika hubungan antar aktor atau pemangku kegiatan (stakeholder), dan penataan di tingkat hubungan antar struktur pemerintahan (governance structure), serta optimalisasi manfaat kegiatan ICT USO pada tataran yang lebih bawah. Pendekatan kapabilitas informasi dapat memperkuat embededness dalam meningkatkan kapabilitas masyarakat di dalam mengelola potensi dan peluang yang dimiliki masyarakat melalui kegiatan ICT USO. Sebagai hasil kajian riset tindakan, menurut Checkland & Scholes (1990), restrukturisasi kelembagaan ini merupakan experience based knowledge yang dapat dikategorikan sebagai primary thesis dari IBV Strategy dimodifikasi dengan pendekatan tiga tataran kelembagaan (NIES) dan kapabilitas informasi (informational capabilities), yang dapat digunakan sebagai basis pengujian lebih lanjut dari suatu eksplorasi studi saintifik lainnya, sebagaimana dikemukakan oleh Barton et al (2009), dan Stephens et al (2009) yang kemudian dipertegas oleh Hardjosoekarto (2012).
This study discuss about institutional and governance reform in order to improve ICT USO. This study uses the theory of IBV (Peeng, 2003, 2009) are enriched with the New Institutional Economic sociology (NIES) (Nee, 2003) and capability information (Gigler, 2011). This study uses the approach Multimethodology Cultural Enrichment Analysis Stream of SSM-based action research enriched with Social Network Analysis (SNA).

Results of the study for research interest show that this research could improve the conception Peng (2009) who put two (2) elements of the institution of formal institutions and informal institutions in the strategy. Improvements made by Soft System Methodology (SSM) with reinforcement by Social Network Analysis (SNA) produces IBV construction with 4 (four) elements, namely the institution of formal institutions, informal institutions, institutional structure, and capabilities information. The four element institutions of or four core institution has dynamics that are facilitation, interrelated, motivation, and govern. The application multimethodology approach of SSM based action research with Social Networking Analysis (SNA) can enrich the analysis of three (political) in phase 2 (two), and stage 5 (five) comparison of real and conceptual world. These findings and developments in the use of SSM can be regarded as a UI School of SSM Multimethodology.

Results of the study for problem solving indicate that the institutional arrangements of the level of the macro, meso and micro become very strategic in implementing an ICT USO activities. State regulation is a fundamental problem for the dynamics of the relationship among stakeholders, and the relationship between governance structure, as well as optimizing the benefits of ICT USO activities at the lower level. The capability of information approach can strengthen embededness in improving community capabilities in managing the potential and opportunities of the society through the ICT USO. As the result of the action research study, according to Checkland & Scholes (1990), the institutional restructuring is experience-based knowledge that can be categorized as primary thesis of IBV Strategy modified with three levels of institutional approaches (NIES) and capability information (informational capabilities), which can be used further testing as a basis of an exploration of other scientific studies, as proposed by Barton et al (2009), and Stephens et al (2009) which was then confirmed by Hardjosoekarto (2012).
Depok: Universitas Indonesia, 2013
D1493
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogie Adhityawarman
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S25983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
ABSTRAK
Penyediaan biaya investasi yang tinggi untuk memenuhi jaringan komunikasi nirkabel yang handal dengan kapasitas yang besar merupakan salah satu tantangan bagi operator telekomunikasi saat ini. Pemanfaatan alokasi bandwith frekuensi secara efisien dan optimal merupakan salah satu solusi untuk mengatasi biaya investasi yang tinggi. Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu melakukan kajian analisa kelayakan biaya CAPEX dan OPEX skema Refarming Frekuensi dengan metode Replacement Analysis (RA) sesuai dengan tingkat presentase pertumbuhan pelanggan nirkabel layanan voice dan data (2012-2017) pada salah satu operator telekomunikasi di Indonesia. Metode kajian penelitian adalah melakukan kajian analisa kelayakan metode replacement Analysis (RA) untuk mengoptimasi kapasitas jaringan skema re-farming frekuensi dengan menggunakan empat skenario implementasi, yaitu 2G/3G collocation, 2G/3G/LTE collocation, 3G/LTE collocation, dan LTE (JBS). Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan yaitu setelah dilakukan kajian analisa kelayakan menggunakan metode Replacement Analysis (RA), skema Refarming Frekuensi merupakan salah satu solusi bagi operator telekomunikasi di Indonesia dalam melakukan optimasi kapasitas jaringan nirkabel eksisting (2G dan 3G) dan jaringan baru (LTE) yang handal dan dapat direkomendasikan sknario implementasi LTE karena biaya CAPEX dan OPEX yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan tiga scenario implementasi yang lainnya (2G/3G collocation, 2G/3G/LTE collocation, dan 3G/LTE collocation).
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika,Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika ,
302 BPT
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Handayani
Abstrak :
Melalui penerapan Interkoneksi berbasis Protokol Internet antara penyelenggara seluler yang memberikan manfaat bagi pelanggan dan efisiensi jangka panjang bagi penyelenggara seluler di Indonesia, Pemerintah Indonesia berencana menetapkan kebijakan untuk mendorong penerapan Interkoneksi berbasis IP. Namun, terdapat kekhawatiran bagi penyelenggara seluler yang sudah banyak berinvestasi dengan teknologi eksisting bahwa Interkoneksi berbasis IP akan menimbulkan biaya tambahan yang lebih tinggi dan akan menyebabkan penurunan pendapatan karena pendapatan layanan suara dan SMS penyelenggara seluler terus menurun sebagai hasil dari penyediaan layanan suara serupa yang disubstitusi oleh aplikasi OTT (Over the Top). Penelitian ini memodelkan kebijakan-kebijakan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah untuk mendukung rencana interkoneksi berbasis IP dengan menggunakan sistem dinamis. Model sistem dinamis yang dibangun menunjukkan bahwa penerapan interkoneksi berbasis IP akan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan penyelenggara seluler dan trafik layanan VoLTE serta dapat menurunkan biaya interkoneksi dengan dukungan revisi regulasi interkoneksi, revisi regulasi tarif seluler, regulasi OTT, tersedianya smartphone VoLTE dengan harga terjangkau dan sosialisasi untuk mendorong penggunaan layanan VoLTE. ......With the benefits for the customer and long-term efficiency for mobile operators in Indonesia through the implementation of Internet Protocol-based Interconnection between mobile operators, Government of Indonesia plans to set up a policy to push the adoption of IP-based Interconnection. However, the mobile operators that already heavily invested in the current technology are worry that the IP-based Interconnection will incur higher additional costs and will lead to declining revenue due to the facts that their voice and mobile-text revenue has continued to decline as a result of the provision of substituted similar voice services by OTT (over the top) application. This research developed a model of policies that can be carried out by the Government to support IP-based interconnection plan using system dynamics. The system dynamics model shows that the implementation of IP-based interconnection will have positive impact on increasing cellular operator revenues and VoLTE traffics and reducing interconnection costs with the support of revisions of interconnection regulations, revisions of cellular tariff regulations, OTT regulation, publicly available of affordable VoLTE smartphone and socialization to encourage the use of VoLTE services.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Perzil Yurdis
Abstrak :
Perkembangan teknologi telekomunikasi terjadi begitu cepat dengan perkembangan dan penerapan teknologi berbasis Protokol Internet IP , yang selain membuat jaringan menjadi lebih fleksibel, memberikan kapasitas jaringan yang lebih besar, dan juga variasi layanan yang sangat beragam. Dalam penyelenggaraan telekomunikasi dikenal suatu istilah Interkoneksi yakni keterhubungan antara penyelenggara jaringan telekomunikasi Peraturan Menteri Nomor 8 tahun 2006 tentang Interkoneksi. Hingga saat ini, interkoneksi di Indonesia dan juga di banyak negara masih mempertahankan kondisi Interkoneksi dengan perspektif teknologi Time Division Multiplexing TDM dimana layanan yang diinterkoneksikan masih sebatas layanan suara serta SMS.Implementasi interkoneksi IP memerlukan suatu persiapan yang sangat matang dari segi teknis, bisnis serta regulasi yang mendukung industry telekomunikasi di Indonesia. Indonesia memiliki pengalaman yang kurang baik mengingat regulasi khususnya di sektor telekomunikasi cenderung terlambat dalam mengantisipasi perkembangan teknologi serta perkembangan bisnis telekomunikasi. Tesis ini meneliti mengenai perkembangan interkoneksi IP, khususnya di beberapa negara lain sebagai study banding. Dengan melihat kepada pengalaman di negara lain, penerapan interkoneksi IP di Indonesia memerlukan persiapan terutama secara teknis, bisnis serta regulasi. Kesimpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah bahwa secara teknis, operator perlu mempersiapkan pengembangan jaringan berbasis IP dengan implementasi Session Border Controller SBC sebagai gateway yang memungkinkan terjadinya interkoneksi IP, operator juga perlu mempersiapkan layanan yang akan dikomersialisasikan dan dapat diselenggarakan antar operator interkoneksi , serta penyiapan kebijakan serta regulasi untuk mengantisipasi kehadiran interkoneksi IP supaya ekosistem industry telekomunikasi masih dapat tetap tumbuh secara bisnis, serta mengutamakan keamanan serta pelayanan masyarakat. ......The development of telecommunication technology is growing rapidly with the evolution and application of Internet Protocol IP based technology, which not only add flexibility to the network, but also providea greater network capacity and more diverse variations of services. In the telecommunication operation, there is a term known as Interconnection, which means connectivity between telecommunication network operators Regulation of the Ministry of Communication and Information Technology Number 8 of 2006 on Interconnection . To date, the interconnection implemented in Indonesia and also in many countries still preservea condition that is based on technological perspective, known as Time Division Multiplexing TDM where the interconnected services are still limited to voice and SMS services. The implementation of IP interconnection requiresproper preparationsin technical, business and regulatory aspects that support the telecommunication industry in Indonesia. Indonesia has a bad experience regarding the regulations, especially in telecommunication sector, as they tend to be late in anticipating the advancement of telecommunication technology and business. This thesis examines the development of IP interconnection, particularly in some other countries as a case study. By observing other countries rsquo experiences,it can be perceived that the implementation of IP interconnection in Indonesia requires preparations, especially in technical, business and regulation aspects. This study concludes that in technical aspect, the operators need to prepare IP based network development with the implementation of the Session Border Controller SBC as a gateway that allows IP interconnection. The operators also need to prepare the services that are going to be commercialized and operated between the operators interconnection as well as regulations and policies to anticipate the presence of IP interconnection so that the telecommunication industry business ecosystem can growwhile at the same time keep the security and public services as the top priority.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T46993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farianto
Abstrak :
Sejak pertama kali diluncurkan secara komersil pada tahun 2009, jumlah pengguna layanan LTE hingga kuartal ke-1 tahun 2017 mencapai 2,1 miliar pelanggan di seluruh dunia. Khusus di Indonesia sendiri, Ericsson memprediksi jumlah pengguna LTE akan mencapai 200 juta pelanggan pada tahun 2021. Voice over LTE VoLTE adalah layanan voice telephony berbasis jaringan LTE dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan layanan Voice over IP VoIP pada umumnya dengan menawarkan latency yang rendah serta kualitas percakapan yang lebih baik. Layanan VoLTE yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2012 hingga tulisan ini dibuat digunakan oleh 165 operator telekomunikasi di 73 negara di seluruh dunia. Teknologi VoLTE yang didukung oleh platform IP Multimedia Subsystem IMS merupakan teknologi berbasis IP dapat berfungsi secara maksimal apabila interkoneksi antar operator penyelenggara jaringan telekomunikasi saling terhubung menggunakan jaringan interkoneksi voice berbasis IP dengan menggunakan protokol SIP atau SIP-I. Saat ini operator telekomunikasi di Indonesia masih terhubung satu sama lain dalam jaringan interkoneksi yang berbasis TDM circuit switched . Tesis ini akan membahas kesiapan operator dari sisi jaringan dan infrastruktur yang mereka miliki untuk melakukan migrasi link interkoneksi dari jaringan konvensional berbasis TDM ke jaringan berbasis IP. Operator yang akan dijadikan bahan penelitian di dalam tesis ini adalah XL Axiata yang sudah melakukan ujicoba layanan VoLTE pada tahun 2016.
Since its first launch commercially in 2009, number of LTE users on Q1 2017 has reached up to 2.1 billion subscribers around the world. While for Indonesia, Ericsson predicted that number of LTE user will be reached around 200 million subscribers by 2021. Voice over LTE VoLTE is a voice telephony services that runs on top of LTE network offering low latency and better voice call quality compared to previous available Voice over IP VoIP service. VoLTE which firstly introduced in 2012, currently being developed by 165 telecom operators in 73 countries worldwide by January 2017. This VoLTE service which supported by IP Multimedia Subsystem IMS platform was naturally born as IP based technology and it will have its maximum functionalities when interconnection between telecom operators also using IP network by implementing SIP or SIP I protocol. Most of voice interconnection between mobile network operators in Indonesia now currently using TDM circuit switched instead of using IP network. This thesis will examine the readiness of telecom operator to migrate the TDM network into IP from network and infrastructure point of view. The subject for this research is XL Axiata which has launched VoLTE service demonstration in 2016.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T49737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Minoli, Daniel
Boston: Artech House, 1996
371.33 MIN d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wickramasinghe, Nilmini, editor
Abstrak :
Pervasive healthcare is an emerging research discipline, focusing on the development and application of pervasive and ubiquitous computing technology for healthcare and wellness. Pervasive healthcare seeks to respond to a variety of pressures on healthcare systems, including the increased incidence of life-style related and chronic diseases, emerging consumerism in healthcare, need for empowering patients and relatives for self-care and management of their health, and need to provide seamless access for healthcare services, independent of time and place. Pervasive healthcare may be defined from two perspectives. First, it is the development and application of pervasive computing (or ubiquitous computing, ambient intelligence) technologies for healthcare, health and wellness management. Second, it seeks to make healthcare available to anyone, anytime, and anywhere by removing locational, time and other restraints while increasing both the coverage and quality of healthcare. This book proposes to define the emerging area of pervasive health and introduce key management principles, most especially knowledge management, its tools, techniques and technologies. In addition, the book takes a socio-technical, patient-centric approach which serves to emphasize the importance of a key triumvirate in healthcare management namely, the focus on people, process and technology. Last but not least the book discusses in detail a specific example of pervasive health, namely the potential use of a wireless technology solution in the monitoring of diabetic patients.
New York: Springer, 2012
e20425886
eBooks  Universitas Indonesia Library