Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citra Hariyanti
"Jurnal ini membahas tentang mitos-mitos di Kelenteng Boen Tek Bio yang dipercaya oleh masyarakat Cina Benteng dan masyarakat Tangerang yang tinggal di sekitarnya.

This journal discusses myths in Boen Tek Bio temple, which is believed by Cina Benteng society and people in Tangerang who live around the temple.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Novita Sari
"Bangunan peribadatan merupakan ruang sosial yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan berbagai kegiatan sosial, baik secara individu maupun komunal. Pemaknaan ruang ephemeral dapat dilihat melalui kehadiran ruang dalam jangka waktu tertentu selama suatu kegiatan berlangsung, dan akan menghilang setelah mewujudkan fungsi dan tujuan dari individu yang membentuk ruang. Kelenteng merupakan salah satu bangunan peribadatan memiliki ruang-ruang yang disusun atas kepercayaan, nilai dan konsep filosofis kebudayaan Cina, sehingga di dalamnya juga terdapat tingkatan hierarki serta makna. Kajian ini secara khusus akan membahas mengenai tingkatan hierarki ruang pada Vihara Tri Ratna, mulai dari sakral hinggal profan dan juga makna yang terbentuk pada ruang terbuka sebagai area yang aktif digunakan untuk ritual sembahyang individu ataupun komunal. Melalui tahapan pengumpulan sumber data, pengolahan sumber data dengan memasukkan konteks ke dalamnya untuk memperoleh bukti arkeologis, serta interpretasi, penelitian ini bertujuan untuk melihat hierarki ruang pada kelenteng, serta makna ruang yang dapat ditelusuri melalui elemen-elemen pembentuk ruang ephemeral dengan melihat ruang terbuka sebagai frontier and bridge dan juga theatre of action. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa adanya dualitas makna antara frontier and bridges menjadi theatre of action, antara ruang semi-sakral menjadi sakral, pada saat ruang ephemeral terbentuk dan hilang.

Religious building is a social space used for various social activities, individually and communally. The meaning of ephemeral space could be seen through the presence of space in certain period of time during an activity and will disappear after the purpose of the created space has been finished. Chinese temple is one of religious building consist of spaces which are arranged based on the belief, values, and philosophical concept of Chinese culture, and there are also levels of hierarchy and meaning in it. This study will specifically discuss about the level of spacial hierarchy in Vihara Tri Ratna, start from the sacred area to the profane, and the meaning of the temple’s open space which is actively used for individual and communal ritual prayer. Through a series of method consist of data gathering, processing data by applying context in order to be archaeological evidence, and interpretation, this paper aim to see the hierarchy of the Chinese temple’s spaces, as well as the meaning of space which could be traced through the formed element of an ephemeral space by seeing temple’s open space as ‘frontier and bridges’ and ‘the theatre of action’. The results of the study indicate a duality of meaning between frontier and bridges to become the theatre of action, between semi-sacred space to sacred, at a certain point when ephemeral space is appeared and disappeared."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Derion Yesaya
"Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kemajemukannya. Salah satu unsur dari kemajemukan tersebut adalah keberagaman etnis dan suku bangsanya. Salah satu dari sekian banyak etnis dan suku bangsa yang ada di Indonesia adalah etnis Tionghoa yang merupakan keturunan nenek moyang rakyat Cina asli yang menetap di Indonesia. Menetapnya nenek moyang etnis Tionghoa menyebabkan terjadinya proses akulturasi. Salah satu produk akulturasi tersebut adalah kelenteng yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia. Banyaknya suku dari etnis Tionghoa yang ada di Indonesia, seperti suku Hokkian, Hakka, Kanton, dan suku-suku lainnya, serta daerah penetapan yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia, menyebabkan terjadinya keberagaman proses akulturasi yang menghasilkan produk akulturasi yang berbeda-beda juga. Dalam konteks Tugas Akhir ini, produk akulturasinya adalah kelenteng, yang selain jumlahnya sangat banyak di Indonesia, ragam atau variasinya juga sangat banyak. Pada Tugas Akhir ini, yang penulis teliti adalah kelenteng Bio Kanti Sara Tangerang Selatan, yang merupakan kelenteng tertua di Tangerang Selatan dan memiliki tuan rumah dewa Kwan Kong. Masalah yang diteliti adalah bagaimana penempatan altar dewa-dewi dibuat dengan metode tertentu demi mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh pembuat ataupun pengurus kelenteng. Metode penelitiannya kualitatif dan pengumpulan sumber informasi dilakukan melalui wawancara, studi pustaka, dan juga online browsing. Hasil yang ingin didapatkan adalah makna penempatan altar dewa-dewi pada kelenteng Bio Kanti Sara, Tangerang Selatan.

Indonesia is a country that is well known for its diversity. One of the elements of this pluralism is the diversity of ethnic groups. One of the many ethnic groups in Indonesia is the Chinese who are descended from the ancestors of the original Chinese people who had settled in Indonesia. The settling of the Chinese ancestors led to the process of acculturation. One of the acculturation products is temple, in which there are so many of them built in Indonesia. The large number of Chinese ethnic groups in Indonesia, such as the Hokkien, Hakka, Cantonese, and other tribes, as well as settling areas that are spread from the western tip to the eastern tip of Indonesia, have resulted in a diversity of acculturation processes that produce different acculturation products. Also, in the context of this Final Project, the product of acculturation is temple, which apart from being very numerous in Indonesia, have a great variety or variations. In this Final Project, what the writer researches is the Bio Kanti Sara temple, South Tangerang, which is the oldest temple in South Tangerang and has the god Kwan Kong as its host. The problem under study is how the placement of the altar of the gods is made with certain methods in order to achieve the goals that the maker or caretaker of the temple wants to achieve. The research method is qualitative and information sources are collected through interviews, literature studies, and online browsing. The result to be obtained is the meaning of the placement of the altar of the gods in the Bio Kanti Sara temple, South Tangerang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amalina Hasyyati
"Skripsi ini membahas ornamen hewan yang digambarkan pada bangunan suci klenteng abad XVIII-XIX di Kawasan Pecinan Semarag, dengan fokus pada kajian bentuk, persebaran, dan maknanya. Di dalam kebudayaan masyarakat Cina, hewan dianggap sebagai salah satu unsur yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Oleh sebab itu, unsur hewan menjadi hal yang wajib dihadiri pada bangunan suci klenteng dalam bentuk ornamen. Ornamen sebagai salah satu karya seni manusia dianggap sebagai bentuk penerapan doa dan harapan, sehingga sebagian besar bangunan suci memilikinya dengan makna tersendiri. Selain itu juga dijelaskan persebaran penggunaan ornamen hewan pada klenteng yang terletak di satu kawasan.

The writing describes the animal ornaments in the Chinese temples on the 18th-19th century in Semarang chinatown area, which are take shape, spread and the meaning as the subject. Animals are one of the very close elements to the human life in the Chinese culture. In this reason, there should be ornaments of the animal elements in the holy Chinese temples. Ornament is one of the human art as the symbol of praying and hope, which makes its own meaning for most of the holy places that has it in the building. It is also explained the spread of the animal elements in the temples in one location.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S70060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Andriani Parmita
" ABSTRAK
Kelenteng merupakan salah satu bangunan keagamaan yang sering menjadi obyek penelitian arkeologi. Kelenteng dibangun dengan menerapkan aspek-aspek yang ada pada arsitektur tradisional Cina, Ilmu fengshui dan ornamen. Penelitian ini membahas mengenai penerapan arsitektur tradisional Cina, ilmu fengshui, dan ornamen pada Kelenteng Dewi Welas Asih di Cirebon. Penelitian ini menggunakan tahapan metode arkeologi, yaitu observasi, pengolahan data, dan intepretasi. Pada tahap pengolahan data digunakan analisis bentuk dan analisis khusus. Hasil dari penelitian ini adalah Kelenteng Dewi Welas Asih hampir menerapkan seluruh aspek yang ada pada arsitektur tradisional Cina, namun tidak sepenuhnya menerapkan aspek yang ada pada ilmu fengshui. Diketahui juga bahwa terdapat empat tipe ornamen yang dapat diidentifikasi pada kelenteng, yaitu fauna, flora, manusia, dan benda buatan manusia.

ABSTRACT
Chinese temple is one of the religious buildings that often become the object of archaeological research. Chinese temple was built by applying Chinese traditional architecture, fengshui, and ornament. This research is talking about the applying of those three aspects in Dewi Welas Asih Temple in Cirebon. This research used three stages of archaeological method, which are observation, data processing, and interpretation. In data processing stage, the collected data then analyzed by form analysis and specific analysis. The results of this research are Dewi Welas Asih Temple almost applied every aspect in Chinese traditional architecture. However, this temple only applied several aspects in fengshui. Dewi Welas Asih Temple also has four types of ornaments that can be identified, those are fauna, flora, human and man-made objects.
"
2016
S61762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Cahya Perdana
"Klenteng adalah salah satu bangunan keagamaan yang sering dijadikan objek penelitian arkeologi. Pada bangunan klenteng biasanya banyak terdapat ornamen atau hiasan yang berada di bagian dalam bangunan maupun luar bangunan klenteng. Selain itu, pada pembangunannya sering menerapkan aturan umum arsitektur tradisional Cina dan aturan fengshui.
Penelitian ini membahas mengenai ornamen, penerapan arsitektur tradisional cina dan aturan fengshui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang menyebabkan Klenteng Shia Jin Kong tidak memiliki banyak ornamen dan apakah sepenuhnya menerapkan aturan umum dan fengshui.
Dalam penelitian ini digunakan tahapan metode arkeologi, yaitu observasi, pengolahan data, dan interpretasi. Pada tahap pengolahan data digunakan analisis ornamen dan analisis kronologi.
Hasil dari penelitian ini adalah Klenteng Shia Jin Kong merupakan klenteng rakyat yang dibangun pada akhir abad 19. Klenteng Shia Jin Kong juga menerapkan hampir semua aspek arsitektur tradisional Cina dan aturan fengshui.

Chinese temple is one of the religious buildings that often become the object of archaeological research. At the temple building there are usually lots of ornaments or decorations that were inside the building and outside the building of the temple. In addition, the construction often apply the general rule of traditional Chinese architecture and the rules of feng shui.
This study discusses the ornament, the application of traditional Chinese architecture and the rules of feng shui. The purpose of this study was to determine the factors that led to Shia temple Jin Kong does not have a lot of ornaments and they are fully apply the general rule and fengshui.
In this study used the stages of archaeological methods, ie observation, data processing and interpretation. At this stage of the analysis used data processing and analysis ornament chronology.
The results of this study are Shia Jin Kong Temple is a folk temple built in the late 19th century temple Shia Jin Kong also implemented nearly all aspects of traditional Chinese architecture and the rules of feng shui."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S69971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lady Nuzulul Barkah Farisco
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas hubungan bentuk dan tata letak bangunan, ornamentasi, dan feng shui yang diaplikasikan pada klenteng Dharma Rahayu Indramayu. Pada pembahasannya dapat dilihat apakah klenteng ini dibangun sesuai dengan aturan feng shui yang umumnya diterapkan dalam bangunan suci dan penerapan yang umumnya ada dalam suatu arsitektur Cina. Selain itu, dapat dilihat ragam ornamen yang terdapat dalam klenteng Dharma Rahayu, apakah memiliki korelasi atau tidaknya terkait letaknya yang berada di wilayah pesisir Jawa. Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk merekonstruksi salah satu hasil kebudayaan etnis Cina yang terdapat di Indramayu, berupa bangunan suci Klenteng. Hasil dari penelitian ini berupa klenteng Dharma Rahayu dibangun berdasarkan unsur feng shui dan aturan umum yang terdapat dalam bangunan Cina, khususnya bangunan suci. Ornamen yang terdapat dalam klenteng Dharma Rahayu berkaitan erat dengan letaknya yang dekat dengan perairan, dilihat dari beberapa jenis ornamen yang terdapat dalam klenteng Dharma Rahayu. Klenteng Dharma Rahau dibangun oleh masyarakat Cina yang berasal dari wilayah Cina bagian selatan, terlihat dari bentuk bangunan klenteng yang umumnya terdapat di wilayah Cina bagian selatan.

ABSTRACT
This undergraduate thesis talked about how is the correlation between shape, layout, and ornamentation in Dharma Rahayu temple is applied. This study observed the correlation between feng shui and basic rule of chinese architecture which is applied in Dharma Rahayu temple. Moreover, it can be seen ornament type in Dharma Rahayu temple, which has correlation or not with location in north coast of Java. Purpose of this research is to reconstruction one of the Chinese culture in Indramayu in the past, which is sacred building. At the end of this research, the result from the analysis is Dharma Rahayu Temple built with feng shui and general rule of basic chinese architecture, especially for sacred building. The ornamentation in this temple closely related with the location that near from sea and also river, it can be seen from motif in Dharma Rahayu temple that is divided into several types of ornamentation. Dharma Rahayu temple build by people from south China, it can be seen from the shape, ornament, and also deity inside the temple that is generaly aplicate from south China temple."
2016
S66878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library