Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Nidia Masithoh
"Reintegrasi mantan narapidana terorisme harus dilakukan secara terintegrasi mulai dari intervensi pembinaan dan pemberdayaan dalam Lapas dengan inisiatif program paska-rilis. Keterlibatan inisiatif mantan narapidana teror dalam reintegrasi luar Lapas mendapat atensi cukup besar beberapa tahun terakhir. Pelibatan yayasan mantan narapidana teror dalam skema asistensi dan supervisi dilakukan untuk membangun ruang dukungan sosial sebagai upaya pencegahan residivisme. Umumnya mantan narapidana teror mengalami risiko dan tantangan paska-rilis yang melekat seperti stigmatisasi, ketidakpercayaan dan ekslusi terhadap akses sosioekonomi. Mengingat hal ini, periode transisi menjadi masa krusial dalam menentukan keberhasilan program pencegahan. Yayasan mantan narapidana teror menginisiasi program pendampingan dan pengawasan berbasis komunitas dengan mendorong kemandirian finansial, mengubah cara pandang ke arah moderat melalui kajian dan dialog serta memastikan penerimaan komunitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk menggambarkan intervensi yayasan mantan narapidana teror dalam skema reintegrasi lanjutan dengan menekankan pada risiko krusial periode transisi sebagai urgensi keterlibatan inisiatif yayasan. Teori Ikatan Sosial digunakan untuk mengetahui unsur pencegah kembalinya binaan melakukan kejahatan teror. Penelitian ini menemukan bahwa Yayasan Lingkar Perdamaian memberikan bantuan moril dan materil sebagai bentuk dukungan sosial bagi mantan narapidana teror yang menjalani masa Cuti Menjelang Bebas. Yayasan Lingkar Perdamaian juga memastikan penerimaan komunitas terhadap reintegrasi mantan narapidan teror di wilayahnya.
Ex-terrorist reintegration must be carried out in an integrated way from in-prison empowerments with post-release program initiatives. The involvement of formers in reintegration has received considerable attention in recent years. The involvement of formers foundations in the assistance and supervision is to build a social support to prevent recidivism. Usually, ex-terrorist experience inherent post-release risks and challenges such as stigmatization, mistrust and socioeconomic exclusions. Transition period is a crucial in determining the success of prevention program. Formers foundation initiates community-based assistance and supervision by encouraging financial independence, changing perspectives towards moderation through discussion and dialogue and ensuring community acceptance in the first place. This study uses a descriptive qualitative method to describe the intervention of formers foundation in reintegration scheme by emphasizing the crucial risks of the transition period. Social Bond Theory is used to find out the elements of preventing ex-terrorist from re-committing terrorism. This research found that Yayasan Lingkar Perdamaian as formers foundation provides assistance on moral and material for ex-terrorist on their conditional release. Yayasan Lingkar Perdamaian also ensures acceptance of community for ex-terrorist reintegration in their area."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Angell, Ami M.
Boca Raton: CRC Press, Taylor & Francis Group, 2012
363.325 1 ANG t
Buku Teks Universitas Indonesia Library
London: Imperial College Press, 2015
363.325 1 TER
Buku Teks Universitas Indonesia Library
London: Routledge, 2012
363.325 1 TER
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Galeh Satriadi
"Terjadinya tindak pidana terorisme yang dilakukan oleh para mantan narapidana terorisme atau residivis terorisme menjadi sebuah pertanyaan besar tentang keberhasilan program deradikalisasi di Indonesia. Pengawasan dan evaluasi harus menjadi sebuah perhatian yang lebih bagi aparat keamanan maupun pemerintah. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa model deradikalisasi, salah satunya yaitu model deradikalisasi oleh mantan narapidana terorisme itu sendiri terhadap sesama mantan narapidana terorisme yang baru. Biasanya model deradikalisasi tersebut ada di beberapa komunitas mantan narapidana terorisme seperti pada Paguyuban Podomoro di Brebes, Jawa Tengah. Sejauh ini program tersebut dapat dikatakan efektif dikarenakan belum ada dampak negatif yang ditimbulkan oleh Paguyuban Podomoro. Namun, analisa tentang efektivitas model tersebut sangat penting dilakukan untuk mengetahui faktor apa sajakah yang dapat mengancam program deradikalisasi di Paguyuban Podomoro, salah satunya adalah lemahnya monitoring dan evaluasi. Peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kemudian untuk menentukan sejauh mana efektivitas program deradikalisasi di Paguyuban Podomoro, maka peneliti akan membandingkannya dengan program deradikalisasi hasil penelitian Sukabdi (2022). Analisis SWOT juga akan diterapkan untuk menentukan strategi perbaikan efektivitas program deradikalisasi di Paguyuban Podomoro.
The occurrence of criminal acts of terrorism committed by former terrorism convicts or terrorism recidivists is a big question about the success of the deradicalization program in Indonesia. Monitoring and evaluation must be a greater concern for security forces and the government. In Indonesia itself, there are several models of deradicalization, one of which is the model of deradicalization by former terrorism convicts themselves against new ex-terrorism convicts. Usually, this deradicalization model exists in several communities of former terrorism convicts, such as the Paguyuban Podomoro in Brebes, Central Java. So far this program can be said to be effective because there has been no negative impact caused by Paguyuban Podomoro. However, it is very important to analyze the effectiveness of this model to find out what factors could threaten the deradicalization program in Paguyuban Podomoro, one of which is weak monitoring and evaluation. Researchers will use qualitative research methods with a case study approach. Then, to determine the extent of the effectiveness of the deradicalization program in Paguyuban Podomoro, researchers will compare it with the deradicalization program resulting from Sukabdi's research (2022). SWOT analysis will also be applied to determine strategies for improving the effectiveness of the deradicalization program in Paguyuban Podomoro."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library