Found 2 Document(s) match with the query
Pamuntjak, Ilya Adzani
"Kenyamanan okupan dalam sebuah ruangan dikaitkan dengan kenyamanan termal, kesehatan, dan kontrol. Maka, kenyamanan termal adalah salah satu hal yang harus dicapaikan oleh sistem pendingin yang tersedia untuk sebuah ruangan indoor. Analisis kenyaman dilakukan dalam auditorium Makara UI Art Center yang menggunakan Chiller berbasis Refrigeran Alami R290. Pemasangan sistem pendingin ini adalah pertama di Indonesia untuk lembaga akademis sebagai kontribusi Universitas Indonesia pada Green Campus Movement. Maka, relevan untuk mengetahui kondisi kenyamanan termal dalam auditorium dalam kondisi pembebanan parsial dan beban kosong. Analisis dilakukan menggunakan temperature logger real-time. Sistem HVAC tidak dapat bereaksi jika diberikan lonjakan beban panas dan kelembaban yang bersifat tiba-tiba, dan sistem memerlukan waktu sekitar 60 menit untuk mengembalikan kelembaban auditorium kembali dalam zona nyaman. Untuk kondisi auditorium penuh, suhu rata-rata adalah 21.750C, dengan kelembaban rata-rata 57.84%, untuk auditorium kosong suhu rata-rata adalah 21.80 C, dan kelembaban rata-rata sebesar 53.14%, yang berarti kategori kenyamanan untuk auditorium adalah Cool Comfort. Perbedaan suhu simulasi dan data lapangan sebesar 12.7% atau +2.630C. Kecepatan udara di atas kepala menurut simulasi adalah 0.2 hingga 0.4 m/s, dimana titik-titik yang mencapai lebih dari 0.25 m/s dapat dikatakan tidak nyaman.
The purpose of this research is to analyze the dry-bulb temperature and humidity about thermal comfort according to SNI 03-6572-2001 standards for the Makara Art Center auditorium at the University of Indonesia using a chiller with the natural refrigerant R290. Thermal comfort is important for the well-being of occupants in the auditorium; therefore, the space must be cooled efficiently to ensure comfort. Data loggers are used to log dry-bulb temperature and humidity data in the auditorium and the results are compared to the SNI-03-6572-2001 indoor thermal comfort standards to create a conclusion of the thermal comfort inside the space. The HVAC system is not capable to detect and mitigate high humidity levels, and requires atleast 60 minutes to return the air humidity to comfortable levels. For full auditorium conditions, the average temperature is 21,750C, with an average humidity of 57.84%, for the auditorium the average temperature is 21.80C, and the average humidity is 53.14%, which means the auditorium can be put in the category of Cool Comfort. The difference in simulation temperature and field data is +12.7% or + 2.630C. The overhead air speed according to the simulation is 0.2 to 0.4 m / s, which means locations reaching more than 0.25 m/s can be considered uncomfortable."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Syahlaisa Afra Amani
"Kampung Kota, sebagai representasi kawasan high-density housing di negara berkembang, menghadapi tantangan dalam pencapaian pencahayaan alami dan kenyamanan termal akibat geometri ruang yang tidak terencana dan keterbatasan lahan terbuka. Skripsi ini bertujuan menginvestigasi strategi optimasi daylighting dan kenyamanan termal di konteks urban canyon Kampung Kota dengan memanfaatkan Vertical Daylight Factor (VDF) dan Overall Termal Transfer Value (OTTV). Metodologi yang digunakan meliputi pemodelan tipologi, analisis dampak parameter dengan Global Sensitivity Analysis dan Local Sensitivity Analysis, serta Multiple Objective Optimization (MOO) untuk menghasilkan konfigurasi parameter desain yang optimal. Hasil investigasi menunjukkan bahwa variabel sudut obstruksi menjadi faktor paling penting dalam tahap pembangunan awal, sementara itu window-to-wall ratio (WWR) secara signifikan memengaruhi performa pencahayaan di hampir semua orientasi pembangunan ekstensi vertikal. Reflektansi menunjukkan peran yang signifikan pada orientasi dengan paparan direct beam dari matahari secara parsial/tidak mendapat paparan. Untuk OTTV, ketebalan material, konduktivitas, dan absorbansi termal menjadi tiga properti material yang signifikan perannya. WWR menjadi variabel yang paling perlu dipertimbangkan untuk trade-off antara keseimbangan daylighting dan kenyamanan termal. Dengan bantuan Multiple Objective Optimization, konfigurasi urban canyon yang memenuhi kenyamanan termal dan pencahayaan dapat diamati.
Kampung Kota, as a representation of high-density housing areas in developing countries, faces challenges in achieving adequate daylighting and termal comfort due to unplanned spatial geometry and limited open space. This thesis aims to investigate optimization strategies for daylighting and termal comfort in the urban canyon context of Kampung Kota using the Vertical Daylight Factor (VDF) and Overall Termal Transfer Value (OTTV). The methodology includes typology modeling, parameter impact analysis through Global Sensitivity Analysis and Local Sensitivity Analysis, as well as Multiple Objective Optimization (MOO) to derive optimal design parameter configurations. The investigation results indicate that obstruction angle is the most critical factor during early development stages, while the window-to-wall ratio (WWR) significantly influences daylight performance across nearly all orientations in vertical extension scenarios. Reflectance plays a significant role in orientations that receive partial or no direct solar exposure. For OTTV, material thickness, termal conductivity, and termal absorptance are the three most influential material properties. WWR emerges as the key variable to consider in balancing the trade-off between daylighting and termal comfort. With the support of Multiple Objective Optimization, urban canyon configurations that satisfy both termal comfort and daylighting requirements can be identified."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library