Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Fitriana
Abstrak :
Pasang surut merupakan perubahan muka laut yang disebabkan gaya gravitasi antara bumi dengan benda angkasa lain yang dapat diamati melalui stasiun pasang surut yang dikelola oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Wilayah pesisir Pulau Jawa merupakan kawasan yang penting karena terdapat kota-kota besar yang menjadi pusat aktivitas manusia seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, dan kota lainnya yang sedang berkembang. Karena terletak di wilayah pesisir tentu saja kota-kota tersebut menghadapi berbagai dinamika laut seperti banjir rob, perubahan garis pantai, dan tsunami. Penelitian ini membahas tentang bagaimana karakteristik stasiun pasang surut Pulau Jawa, bagaimana menentukan bobot dari masing-masing kriteria penempatan stasiun pasang surut yang dapat menjangkau seluruh wilayah pesisir Pulau Jawa. Kriteria penempatan stasiun pasang surut yang digunakan adalah homogenitas area, aksesibilitas, kondisi masyarakat, dan insfrastruktur. Pengolahan data pasang surut menggunakan metode least square adjustment. Penentuan bobot dari masing-masing kriteria dilakukan dengan menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP), kemudian dengan analisa Geographic Information System (GIS). Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa karakteristik pasang surut Pulau Jawa didominasi oleh konstanta harmonik M2, tipe pasang surut di Pulau Jawa ada 3 (tiga) yaitu Campuran Harian Ganda, Campuran Harian Tunggal, dan Harian Tunggal. Hasil dari pengolahan dengan AHP memenuhi syarat dengan tercapainya CR yaitu 1,4%. Bobot dari masing-masing kriteria adalah homogenitas area 18,53%, aksesibilitas 25,44%, kondisi sosial masyarakat 10,51%, dan infrastruktur 45,52%. Kebutuhan stasiun pasang surut disetiap kabupaten/kota wilayah pesisir Pulau Jawa yaitu 13 kabupaten/kota yang berapa pada zona 1, 33 kabupaten/kota berada pada zona II, dan ada 10 kabupaten/kota yang berada pada zona III. ......Tides are sea level changes caused by the gravitational force between the earth and other celestial that can be observed through tidal stations managed by the Geospatial Information Agency (BIG). The coastal area of ​​Java Island is an important area because there are many cities becomes the center of human activity such as Jakarta, Semarang, Surabaya, and other cities that are developing. Because the located in coastal areas, these cities confront various marine dynamics such as tidal flooding, coastline changes, and tsunamis. This research take up about the analysis characteristics of the tidal stations in Java, and how to determine the weight of each criteria for placement the tidal stations that can coverage all the entire coastal area of Java Island. The placement criteria are area homogeneity, accessibility, community conditions, and infrastructure. Tidal data processing using the least square adjustment method. Determination of the weight of each criterion is done by using the analytical hierarchy process (AHP) method, then analysis spatial by Geographic Information System (GIS). The results of this study show that the tidal characteristics of Java Island are dominated by the harmonic constant M2, there are 3 (three) types of tides in Java, namely Mixed Daily Double, Daily Mixed Single, and Daily Single. The results of processing with AHP meet the requirements with the achievement of a CR of 1.4%. The weight of each criterion is 18.53% area homogeneity, 25.44% accessibility, 10.51% social conditions, and 45.52% infrastructure. The need for tidal stations in each regency/city in the coastal area of ​​Java Island is divided into 3 zones, namely zone I, zone II, and zone III. In zone I there are 13 districts, zone II there are 33 districts, and zone III there are 10 districts.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuartri Puspita Arum
Abstrak :
ABSTRAK
Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Indonesa yang memiliki wilayah pesisir terpanjang, dengan panjang sebesar 76,42 Km dan luas wilayah pesisir sekitar 1.168,85 km2. Proses dominan yang terjadi di pesisir Kabupaten Karawang adalah abrasi dan garis pantai  mundur antara 50-300 meter ke arah.  Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besar perubahan garis pantai yang terjadi di Kabupaten Karawang menggunakan citra Landsat  multi-waktu dengan pendekatan pasang-surut. Hasilnya Perubahan garis pantai lebih dinamis ketika periode 1999-2009 dengan luas abrasi sebesar 8611954m2 dan akresi sebesar 5471645m2. Hal ini dikarenakan pada periode tersebut berada pada dua jenis pasang surut yang berbeda, dimana pada tahun 1999 terjadi mixed-semidiurnal (Condong Ganda),  sedangkan untuk tahun 2009 pasut jenis mixed-diurnal (Condong Tunggal). Kemudian untuk periode 2009-2019 berada pada jenis pasut yang sama yaitu pasut jenis mixed-diurnal (Condong Tunggal) yang menyebabkan garis pantai terdeteksi mengalami sedikit perubahan.  Masing-masing segmen mengalami perubahan garis yang berbeda-beda pada tiap periode penelitian karena adanya variasi kemiringan, tutupan lahan dan morfologi muara sungai.
ABSTRACT
Karawang Regency is one of the districts in Indonesia which has the longest coastal area, with a length of 76.42 km and an area of around 1,168.85 km2 of coast. The dominant process that occurs on the coast of Karawang Regency is abrasion and the coastline retreating between 50-300 meters in a direction. The purpose of this study was to determine the extent of shoreline changes that occurred in Karawang Regency using multi-time Landsat imagery with a tidal approach. The result Changes in the shoreline were more dynamic during the period 1999-2009 with an abrasion area of 8611954m2 and an accretion of 5471645m2. This is because during that period there were two different types of tides, where in 1999 there was a mixed-semidiurnal (Double Leaning), while in 2009 the tide was mixed-diurnal (Leaning Tunggal). Then for the period 2009-2019 there was the same type of tide, namely the mixed-diurnal type tide (Leaning Tunggal) which caused the detected coastline to experience slight changes. Each segment experienced different line changes in each study period due to variations in slope, land cover and river estuary morphology.
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
cover
cover
cover
cover
<<   1 2   >>