Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siam Subagyo
"Telah dilakukan penelitian kandungan senyawa kimia dan aktivitas mutagenik tar yang terdapat dalam asap arus utama dari rokok putih dan rokok kretek. Dari 69 merk rokok yang diuji menggunakan metode dari "ISO" 3308, 11 merk dari jenis rokok putih produksi dalam negeri (PO), 14 merk rokok putih lisensi (PL), 1 0 rokok putih produksi luar negeri (P), 15 merk rokok kretek buatan tangan (RKT} dan 19 merk rokok kretek buatan mesin (RKM}. Kandungan rata-rata tertinggi dari tar terdapat pada RKT (45, 48 mg/batang), terendah pada P ('17, 16 mg/batang); sedangkan untuk nikotin tertinggi pada RKT (2,42 mg/batang), terendah pada P (1,21 mg/batang); karbon monoksida tertinggi pada RKT (23,63 mg/batang), terendah pada P (15,84 mg/batang); karyofilin tertinggi pada RKT (1,08 mg/batang), terendah pada RKM (0,94 mg/batang); eugenol tertinggi pada RKT (11 ,62 mg/batang) terendah pad a RKM (8,25 mg/batang) dan eugenol asetat tertinggi pada RKM (0,32 mg/batang), terendah pada RKT (0,21 mg/batang). Hasil pengujian· mutagenitas tar dari 3 jenis rokok yaitu 3 rokok putih (RP); 3 rokok mental (RM) dan 3 rokok kretek buatan mesin (RK), dengan metode "Ames", menggunakan bakteri uji Salmonella typhimurium strain TA 98, jumlah revertan per lempeng tertinggi dihasilkan oleh RP3 (307) dan yang terendah dihasilkan oleh RK1 (125) dan RM2 (125) serta aktivitas mutagenik tar RP lebih besar,dari RM atau RK. Pada pengujian aktivitas mutagenik lebih lanjut yaitu dengan penambahan campuran karyofilin, eugonal dan eugonal asetat pada masing-masing tar RP, terjadi penurunan jumlah revertan per lempeng dibandingkan jumlah revertan yang dihasilkan oleh masing-masing tar RP sendiri. Demikian juga pada masing-masing kadar tar yang menghasilkan jumlah revertan tertinggi yaitu 160 JJ9 (RP1 ), 320 IJQ (RP2), 320 JJ9 (RP3), ditambah karyofilin (3,39 JJQ), atau eugenol (9,23 J.Jg), atau eugenol asetat (2,67 JJQ), terjadi penurunan jumlah revertan per lempeng dibandingkan dengan jumlah revertan yang dihasilkan oleh tar baik tanpa maupun dengan penambahan campuran karyofilin, eugenol dan eugenol asetat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T40306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Besarnya jumlah perokok aktif yang ada di Indonesia diikuti juga oleh besarnya jumlah
perokok pasif. Penelitian telah membuktikan bahwa asap rokok dari perokok aktif dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang berbahaya bagi perokok pasif. Pengetahuan perokok pasif tentang bahaya asap rokok bagi perokok pasif akan mempengaruhi perilaku mereka terhadap hal tersebut. Untuk menggambarkan pengetahuan perokok pasif tentang bahaya asap rokok bagi perokok pasif dilakukan penelitian dengan metode survei cross-sectional pada 60 sampel yang dipilih secara random cluster sampling di RW 05 Kelurahan Bidara Cina pada tanggal 22 dan 23 Desember 2003. Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Dari hasil
penelitian ini didapatkan sebanyak 13,3% responden mempunyai pengetahuan sangat baik, 63,3% responden mempunyai pengetahuan baik, 23,3% resppnden mempunyai pengetahuan buruk, dan tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan sangat buruk. Selain itu, tidak didapatkan perbedaan pengetahuan yang berarti diantara jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5140
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Felicitas Tania Elvina
"Pendahuluan: Wasting, underweight, dan stunting meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas serta merupakan permasalahan yang masih ditemukan di Indonesia. Paparan asap rokok terhadap anak meningkatkan resiko wasting, underweight, dan stunting pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asosiasi antara paparan asap rokok terhadap status gizi anak 0-59 bulan yang berdomisili di DKI Jakarta.
Metode: Studi dengan pendekatan potong lintang dilakukan terhadap 121 orangtua dengan anak yang berusia 0-59 bulan pada Jakarta Pusat. Data mengenai paparan asap rokok diambil melalui kuesioner yang dibagikan kepada responded. Analisis data dilakukan dengan program SPSS. Status gizi anak dianlisa berdasarkan WHO Weight-for-Height, Weight-for-Age, and Height-for-Age Z-score.
Hasil: Dalam riset ini, prevalensi wasting, underweight, and stunting masing-masing adalah 6.6%, 9.1% and 31.4%. Analisis statistik bivariat dilakukan menggunakan chi-square dan fisher’s exact test yang menunjukan tidak adanya asosiasi antara paparan asap rokok dari ayah dan ibu yang merokok dengan wasting, underweight, dan stunting pada anak. Ditemukan adanya asosiasi anatara paparan asap rokok terhadap ibu saat kehamilan terhadap stunting pada anak (p= 0.024; OR= 0.409; CI(95%)= 0.186-0.898). Melalui analisa logistic regression, ditemukan assosiasi anatara umur ibu (p=0.042; OR= 3.223) dan pendidikan ayah (p=0.011; OR= 4.082) terhadap terjadinya stunting pada anak. Terdapat pula asosiasi antara umur ibu dan underweight pada anak (p= 0.047; OR= 4.229).
Kesimpulan: Tidak ditemukan asosiasi anatara paparan asap rokok terhadap anak dan wasting, underweight, dan stunting. Terdapat asosiasi anatara paparan asap rokok terhadap ibu saat hamil terhadap stunting pada anak.

Introduction:Wasting, underweight, and stunting is associated with an increase morbidity and mortality in children and is still a problem in Indonesia. Environmental tobacco smoke exposure towards children has been associated with an increase risk of wasting, underweight, and stunting in children. In this research, we aim to investigate the association between tobacco smoke exposure in DKI Jakarta household and nutritional status of children <5 years old.
Methods : Cross-sectional study with random sampling technique in 121 parents with children age 0-59 months in Central Jakarta. Tobacco smoke exposure is measured through questionnaire. The results are analyzed using SPPS statistic program. Nutritional status of children is analyzed through WHO Weight-for-Height, Weight-for-Age, and Height-for-Age Z-score.
Results: In this research, the prevalence of wasting, underweight, and stunting are 6.6%, 9.1% and 31.4%, respectively. Bivariate statistical analysis using chi-square and Fisher’s Exact Test showed no association between tobacco smoke exposure with wasting, underweight, and stunting, while an association was found between tobacco smoke exposure during pregnancy with stunting in children aged 0-59 months (p= 0.024; OR= 0.409; CI(95%)= 0.186-0.898). Logistic regression analysis showed that Mother's age (p and paternal education (p=0.011; OR= 4.082) increases risk of stunting in children. Age of mother is associated with Underweight in children (p= 0.047; OR= 4.229).
Conclusion: No association between paternal and maternal smoking with underweight, wasting, and stunting is found, while an association was found between tobacco smoke exposure during pregnancy with stunting in children."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Contents:
1. Ethanol
2. Passivrauchen am Arbeitsplatz
3. Aenderung der Einstufung Krebserzeugender Arbeitsstoffe"
Weinheim: Wiley-VCH, 1999
e20394419
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Suryatama
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Penelitian mengenai dampak kesehatan dari pajanan asap rokok lingkungan dengan menggunakan kotinin, yaitu suatu hasil metabolisme nikotin yang terdeteksi dalam urin, telah direkomendasikan sebagai pengukuran kuantitatif nikotin dalam tubuh dan biomarker pajanan asap rokok lingkungan. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan pajanan asap rokok di rumah pada perempuan dewasa bukan perokok, dengan mengukur kadar kotinin urin, CO ekspirasi dan melihat dampak kesehatannya.
Metode: Penelitian ini berjenis potong lintang terhadap 60 orang perempuan dewasa bukan perokok terpajan dan 58 orang tidak terpajan asap rokok di rumahnya dalam wilayah Pasar Rebo, Jakarta. Kadar kotinin urin diukur menggunakan metode pemeriksaan ELISA. Sebagai informasi tambahan, kami mengumpulkan data kadar CO ekspirasi, kuesioner kebiasaan merokok anggota keluarga di rumah dan dampak kesehatan respirasi subyek penelitian.
Hasil: Nilai median kadar kotinin urin yang didapat adalah 24,65 ng/ml pada kelompok terpajan dan 7,30 ng/ml pada kelompok tidak terpajan (p=0.000). Nilai median kadar CO ekspirasi adalah 5,00 ppm pada kelompok terpajan dan 3,00 ppm pada kelompok tidak terpajan (p=0.000). Durasi terpajan asap rokok (jumlah jam/hari) pada perempuan perokok pasif memiliki hubungan signifikan dengan tinggi rendahnya kadar kotinin urin(p=0.037). Gejala sesak napas yang muncul berhubungan signifikan dengan status pajanan asap rokok subjek (p=0.01). Faktor lama pajanan asap rokok terakhir memiliki hubungan signifikan dengan kadar CO ekspirasi (p=0,004). Nilai titik potong kotinin urin antara kelompok terpajan dan tidak terpajan asap rokok adalah 14,4 ng/ml (sensitifitas 75,0 %, spesifisitas 74,0 %, p=0.000). Nilai titik potong CO ekspirasi adalah 3,5 ppm (sensitifitas 75,0 %, spesifisitas 81,0 %, p=0.000).Terdapat korelasi yang cukup kuat dan signifikan antara kadar CO ekspirasi dan kotinin urin (r=0,641, p=0,000).
Kesimpulan: Kadar kotinin urin dan CO ekspirasi pada perempuan dewasa yang terpajan asap rokok lebih tinggi dibandingkan perempuan yang tidak terpajan asap rokok di rumah. Pengukuran kotinin urin adalah metode pengukuran pajanan asap rokok lingkungan dalam tubuh yang sensitif, non-invasif dan efektif.;Introduction :Studies of environmental tobacco smoke (ETS) health effects using cotinine, a nicotine metabolite detected in urine, has been recommended as a quantitative measurement of nicotine intake and as biomarker for ETS exposure in humans.

ABSTRACT
Objective: The aim of this study is to correlate dailyindoor ETS exposure in non-smokers (adult women) by measuring urinary cotinine levels, CO expiration and it`s health effects.
Method: We performed a cross-sectional study to 60 ETS-exposed and 58 non ETS exposed adult women in Pasar Rebo area, Jakarta. The urinary cotinine concentrations were measured and analyzed using ELISA method. In addition, CO expiration data and other information were collected through questionnaire regarding smoking habits of the subjects family members at home and respiratory health effects occured to subjects.
Results: Significant median urinary cotinine concentrations were found; 24,65 ng/ml in ETS-exposed group and 7,30 ng/ml in non-exposed to ETS group(p=0,000). Significant median CO expirationalso were found; 5,00 ppm in ETS exposed group and 3,00 ppm in non-exposed to ETS group (p=0.000). Total ammount of time (hours/day) women exposed to ETS in their house was significantly correlated to urinary cotinine concentrations result (p=0,037). The respiratory symptoms (dyspnea) occured to subjects showed significant relation with ETS exposure status (p=0,01). Time duration of last exposed to ETS had significant relation with CO expiration (p=0.004).The urinary cotinine concentrations cut-off point to differentiate ETS exposed and non-ETS exposed group in adult women was 14,4 ng/ml (sensitivity 75%,specificity 74%,p=0.000). The CO expiration cut-off point was 3,5 ppm (sensitivity 75%, specificity 81%, p=0.000). Strong and significant correlation was found between CO expiration and urinary cotinine value (r=0,641, p=0,000).
Conclusion: The urinary cotinine concentration and CO expiration are significantly higher in women exposed to tobacco smoke at home group than the non-exposed group. Urinary cotinine measurement is a sensitive, noninvasive and effective method to correlate with ETS exposure.;Introduction :Studies of environmental tobacco smoke (ETS) health effects using cotinine, a nicotine metabolite detected in urine, has been recommended as a quantitative measurement of nicotine intake and as biomarker for ETS exposure in humans.
Objective:The aim of this study is to correlate dailyindoor ETS exposure in non-smokers (adult women) by measuring urinary cotinine levels, CO expiration and it`s health effects.
Method :We performed a cross-sectional study to 60 ETS-exposed and 58 non ETS exposed adult women in Pasar Rebo area, Jakarta. The urinary cotinine concentrations were measured and analyzed using ELISA method. In addition, CO expiration data and other information were collected through questionnaire regarding smoking habits of the subjects family members at home and respiratory health effects occured to subjects.
Results :. Significant median urinary cotinine concentrations were found; 24,65 ng/ml in ETS-exposed group and 7,30 ng/ml in non-exposed to ETS group(p=0,000). Significant median CO expirationalso were found; 5,00 ppm in ETS exposed group and 3,00 ppm in non-exposed to ETS group (p=0.000). Total ammount of time (hours/day) women exposed to ETS in their house was significantly correlated to urinary cotinine concentrations result (p=0,037). The respiratory symptoms (dyspnea) occured to subjects showed significant relation with ETS exposure status (p=0,01). Time duration of last exposed to ETS had significant relation with CO expiration (p=0.004).The urinary cotinine concentrations cut-off point to differentiate ETS exposed and non-ETS exposed group in adult women was 14,4 ng/ml (sensitivity 75%,specificity 74%,p=0.000). The CO expiration cut-off point was 3,5 ppm (sensitivity 75%, specificity 81%, p=0.000). Strong and significant correlation was found between CO expiration and urinary cotinine value (r=0,641, p=0,000)
Conclusion :The urinary cotinine concentration and CO expiration are significantly higher in women exposed to tobacco smoke at home group than the non-exposed group. Urinary cotinine measurement is a sensitive, noninvasive and effective method to correlate with ETS exposure., Introduction :Studies of environmental tobacco smoke (ETS) health effects using cotinine, a nicotine metabolite detected in urine, has been recommended as a quantitative measurement of nicotine intake and as biomarker for ETS exposure in humans.
Objective:The aim of this study is to correlate dailyindoor ETS exposure in non-smokers (adult women) by measuring urinary cotinine levels, CO expiration and it`s health effects.
Method :We performed a cross-sectional study to 60 ETS-exposed and 58 non ETS exposed adult women in Pasar Rebo area, Jakarta. The urinary cotinine concentrations were measured and analyzed using ELISA method. In addition, CO expiration data and other information were collected through questionnaire regarding smoking habits of the subjects family members at home and respiratory health effects occured to subjects.
Results :. Significant median urinary cotinine concentrations were found; 24,65 ng/ml in ETS-exposed group and 7,30 ng/ml in non-exposed to ETS group(p=0,000). Significant median CO expirationalso were found; 5,00 ppm in ETS exposed group and 3,00 ppm in non-exposed to ETS group (p=0.000). Total ammount of time (hours/day) women exposed to ETS in their house was significantly correlated to urinary cotinine concentrations result (p=0,037). The respiratory symptoms (dyspnea) occured to subjects showed significant relation with ETS exposure status (p=0,01). Time duration of last exposed to ETS had significant relation with CO expiration (p=0.004).The urinary cotinine concentrations cut-off point to differentiate ETS exposed and non-ETS exposed group in adult women was 14,4 ng/ml (sensitivity 75%,specificity 74%,p=0.000). The CO expiration cut-off point was 3,5 ppm (sensitivity 75%, specificity 81%, p=0.000). Strong and significant correlation was found between CO expiration and urinary cotinine value (r=0,641, p=0,000)
Conclusion :The urinary cotinine concentration and CO expiration are significantly higher in women exposed to tobacco smoke at home group than the non-exposed group. Urinary cotinine measurement is a sensitive, noninvasive and effective method to correlate with ETS exposure.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Paskaliana Hilpriska Danal
"Pneumonia balita merupakan salah satu masalah kesehatan anak global yang menyumbang angka morbiditas dan mortalitas tertinggi khususnya di negara berkembang. Di Indonesia Timur, pneumonia balita sebagian besar dipicu oleh faktor lingkungan yakni terpaparnya anak pada asap rumah tangga maupun asap rokok. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi dan kesadaran orang tua akan bahaya asap rokok pada balita pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi orang tua tentang bahaya asap rokok terhadap balita pneumonia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki balita pneumonia berjumlah 11 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kemudian dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Tema yang dihasilkan di dalam penelitian ini meliputi (1) pandangan orang tua mengenai bahaya asap rokok, (2) bahaya asap rokok bagi balita, dan (3) dampak asap rokok bagi keluarga. Tema tersebut mengidentifikasi persepsi orang tua dengan balita pneumonia di Kabupaten Manggarai bahwa balita pneumonia di Manggarai rentan terpapar asap rokok pada berbagai kesempatan. Asap rokok berbahaya bukan hanya bagi kesehatan balita tetapi juga memberi beban pada kesejahteraan sosial dan ekonomi keluarga. Peningkatan kesadaran orang tua akan bahaya asap rokok perlu terus difasilitasi oleh perawat dengan komunikasi edukasi yang efektif dan menyesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi keluarga.


Pneumonia on under-five children is define as one of the major pediatric health crisis, contribute to highest morbidity and mortality globally particularly in developing nations. In Eastern Indonesia, pneumonia on under-five children is mostly predicted by environmental factor such as children are exposed to household smoke and tobacco smoke. This is caused by the lack of information received and lack of awareness on the effect of secondhand smoke on under-five children with pneumonia. This study was aimed to explore the parents perception on the effect of tobacco smoke exposure on under-five children with pneumonia. This study was a qualitative study using fenomenology approach. The participants in this study were 11 parents of under-five children with pneumonia. The data collection conducted through in-depth interview then analyzed using Coalizzi method. The themes identified in this study were (1) parents views on the effect of tobacco smoke; (2) the effect of tobacco smoke on under-five children; and (3) the impact of tobacco smoke on family. These themes identified the perception of parents with under-five children with pneumonia in Manggarai that the under-five children in Manggarai were on high risk of tobacco smoke exposure on several occasions. Tobacco smoke would not only endangering childs health but also burdening familys social and economy well-being. The improvement of parental awareness on the effect of tobacco smoke needed to comprehensivelyfacilitated by nurses through effective educating communication that suited with familys needs and conditions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riesto
"Salah satu unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan umat manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan adalah udara, namun seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia maka semakin banyak pencemaran yang dihasilkannya, salah satu hasil pencemaran yang umum terjadi dalam masyarakat adalah polutan dari asap rokok. Partikel dari asap rokok tersebut dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada manusia.
Salah satu cara untuk mengurangi pencemaran udara akibat asap rokok adalah dengan mendepositkan partikel-partikel dari asap rokok tersebut sehingga kebersihan udara sekitar dapat tetap terjaga.
Oleh karena itu dibuatlah suatu alat uji untuk mendepositkan partikel-partikel tersebut menggunakan gaya thermophoresis. Gaya thermophoresis adalah gaya yang terjadi pada partikel yang disebabkan adanya gradien temperatur. Alat uji ini dinamakan thermal precipitator dimana partikel asap rokok yang melewati alat ini akan tersaring sehingga pencemaran udara yang diakibatkan oleh asap rokok ini dapat teratasi.

One of the most important elements for maintaining the lives of human beings, animals and plants is air is an air, but within time, human life has change a lot and created more pollution, one of the pollution that is happening among the society is the pollutant from tobacco smoke. The particles from the smoke could cause so much distraction on human health.
In order to reduce air pollution caused by tobacco smoke, the particles from the tobacco smoke should be deposited so then the surround air quality can be keep clean and healthy.
Therefore, it needs to be built a device to deposits the particles using a thermophoretic force. Thermophoretic force is a force that applied on a particle because of a temperature gradient. This device called Thermal Precipitator where the particles from tobaccos smoke when passing through this device will be filtered so the pollution can be handled.
"
2008
S37367
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ziz Rachmat Destiyanto
"Salah satu penyebab pencemaran udara adalah adanya polutan yang berupa aerosol smoke. Aerosol smoke itu sendiri ada bermacam-macam, tetapi yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah tobacco smoke berukuran 0,01 ∝m ~ 1 ∝m dengan thermal precipitator sebagai alat pembersihnya yang paling efektif.
Dalam melakukan penelitian ini, dibuatlah suatu alat uji coba thermal precipitator yang terdiri dari box penampung, test section, exhaust fan, dan rangka. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan mempelajari dan menganalisa arah pergerakan smoke partikel yang kecenderungannya selalu menuju ke pelat yang lebih dingin, baik ketika posisi heater di atas maupun di bawah. Fenomena ini dinamakan thermophoresis, yaitu pergerakan partikel dalam suatu fluida yang diakibatkan adanya gradien temperatur dalam sistem tersebut.
Dari hasil eksperimen dan analisa dapat diambil kesimpulan bahwa alat uji thermal precipitator dapat digunakan sebagai smoke collector dengan memanfaatkan gaya thermophoresis. Hal ini dibuktikan dengan terlihatnya pergerakan partikel ke arah pelat yang lebih dingin. Arah pergerakan juga dapat diambil visualisasinya dengan menggunakan kamera digital.

One of the caused of Air pollution is pollutant on aerosol smoke. Aerosol smoke itself, has many kinds of type, but in this final project, we will discuss about tobacco smoke sized 0,01 ∝ m ~ 1 ∝m. And thermal precipitator as the most effective gas cleaner.
In our analyzing, made an equipment called thermal precipitator which is consists of smoke box, test section, exhaust fan and frame. Analyzing that has been done is to know smoke particle direction movement that has tendency to move to lower temperature plate, even heater on top or under the plate. This phenomena is called thermophoretic, particle movement in the fluid system that caused by temperature gradient in that system itself.
The experimental and analysation result can conclude that thermal precipitation can used for smoke collector, that utilized thermophoretic force. Proven by particle movement can be seen goes to the lower temperature plate. And also movement direction can be captured by digital camera.
"
2008
S37364
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indawati
"ABSTRAK
Latar Belakang : Benzo(a)pyrene (BaP) adalah hidrokarbon aromatik polisiklik sangat karsinogenik yang terdapat dalam asap rokok. Tidak hanya perokok yang perlu menjadi perhatian, namun bahaya yang ditimbulkan akibat asap rokok pada orang yang tidak merokok juga perlu diperhatikan.
Metode : Penelitian ini berjenis potong lintang pada 26 perempuan dewasa bukan perokok yang terpajan asap rokok dan 15 perempuan tidak terpajan asap rokok di rumahnya di kelurahan Palmeriam Kecamatan Matraman, Jakarta. Kadar BPDE-protein adducts diukur menggunakan metode ELISA. Kadar CO ekspirasi, informasi kebiasaan merokok anggota keluarga di rumah pada subjek penelitian dikumpulkan melalui kuesioner.
Hasil : Nilai BPDE-protein adducts <40 ng/ml sebanyak 16 orang (61,5%) dan nilai BPDE-protein adducts >40 ng/ml sebanyak 10 orang (38,5%), sedangkan pada kelompok perempuan tidak terpajan asap rokok di rumah, nilai BPDE-protein adducts <40 ng/ml sebanyak 11 orang (73,3%) dan nilai BPDE-protein adducts >40 ng/ml sebanyak 4 orang (26,7%), hasil analisis menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p=0,443). Pengukuran kadar CO ekspirasi pada penelitian ini memperoleh nilai tengah kadar CO ekspirasi pada kelompok perempuan yang terpajan asap rokok sebesar 5,5 ppm. Pada kelompok perempuan yang tidak terpajan asap rokok, rerata kadar CO ekspirasi sebesar 6 ppm, hasil analisis tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p=0,398). Lama pajanan, jenis rokok, banyaknya jumlah rokok yang dihisap serta banyaknya jumlah perokok aktif dirumah tidak mempengaruhi kadar BPDE-protein adducts.
Kesimpulan : Nilai BPDE-protein adducts >40 ng/ml pada perempuan terpajan asap rokok lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang tidak terpajan asap rokok di lingkungan rumah.

ABSTRACT
Background: Benzo(a)pyrene (BaP) is a polycyclic aromatic hydrocarbon contained in cigarette smoke. This highly carcinogenic substance is also found in Environmental Tobacco Smoke (ETS) which equally dangerous to the health of population and equally require attentions as much as cigarette smoke. This study observes level of BaP among those in risk of ETS exposure.
Methods: A cross-sectional study was performed involving 26 women exposed to ETS and 15 women unexposed to ETS in Palmeriam Matraman area, Jakarta, Indonesia. The BPDE (Benzo(a)pyrene Diol Epoxide) protein levels of adducts were measured using ELISA method. In addition, exhaled carbon-monoxide (CO) level during expiration was measured and family members smoking habits at home was obtained using questionnaire.
Results: The mean age of women exposed to ETS was 35.8 ± 6.5 years and women unexposed to ETS was 41.7±7.5 years. In the ETS exposed women, the BPDE level of <40 ng/mL was found in 16 people (61.5%) and the BPDE level of >40 ng/mL was found in 10 people (38.5%). In the ETS unexposed women, the BPDE level of <40 ng/mL was found in 11 people (73.3%) and the BPDE level of >40 ng/mL was found in 4 people (26.7%). None of these results were significantly different (p=0.443). The median exhaled CO level of ETS exposed women was 5.5 ppm and of ETS unexposed women was 6.0 ppm. None of these results were significantly different (p=0.398). No correlation was found between length of ETS exposure, types of cigarettes, number of cigarettes smoked and number of active smokers at home and BPDE-protein adducts level.
Conclusion: The BPDE level of ETS exposed women was higher than of ETS unexposed women (>40 ng/mL and <40 ng/mL, respectively). The median exhaled CO level of ETS exposed women was lower than of ETS unexposed women (5.5 ppm and 6.0 ppm). However, none of these results were statistically significant."
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Springer-Verlag, 1993
363.738 7 ENV (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>