Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Revina Tiara Putri
Abstrak :
Tuberkulosis yang resisten terhdap obat merupakan ancaman bagi pengobatan dan pencegahan kasus tuberkulosis, sehingga masih menjadi perhatian utama pada sektor kesehatan di seluruh dunia. Indonesia menempati posisi keempat negara dengan insidensi TB MDR terbanyak di dunia yaitu mancapai 32.000 kasus di tahun 2016. TB MDR dapat terjadi karena beberapa sebab yang salah satunya disebabkan oleh gagal pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko TB MDR dengan riwayat gagal terapi di RSUP Persahabatan periode 2016-2018. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan melibatkan 80 subjek dengan rincian 40 subjek berasal dari poli TB MDR dan 40 subjek berasal dari poli paru. Hasil analisis bivariat dan multivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan (tidak sekolah dan SD) dengan kejadian gagal terapi TB (p=0,016 ; OR= 9,552 ; 95% CI= 1,531 – 59,610). ......Drug-resistant tuberculosis is a threat to the treatment and prevention of tuberculosis cases, so it is still a major concern in the health sector throughout the world. Indonesia ranks fourth in the world with the highest incidence of MDR TB, reaching 32,000 cases in 2016. MDR TB can occur due to several reasons, one of reason is caused by treatment failure. This study aims to determine the risk factors for MDR TB with a history of treatment failure in RSUP Persahabatan for the period of 2016-2018. This study is a cross-sectional study and involved 80 subjects with details of 40 subjects from poly MDR TB and 40 subjects from pulmonary poly. The results of bivariate and multivariate analysis showed that there was a significant relationship between the level of education (not in school and elementary school) with TB treatment failure (p = 0.016; OR = 9.552; 95% CI = 1.531 - 59.610).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Purnama Hidayat
Abstrak :
Latar belakang: Kematian akibat pneumonia komunitas dilaporkan paling sering pada kelompok lanjut usia. Tingginya kegagalan terapi pada kelompok ini yang berkaitan dengan keterlambatan diagnosis, keparahan penyakit, infeksi bakteri atipikal, multipatogen, multiresisten, dan kondisi multikomorbiditas. Dengan memprediksi kegagalan terapi pada kelompok ini, klinisi dapat menyusun strategi yang lebih agresif untuk mencapai keberhasilan terapi. Namun mengingat respon klinis lanjut usia yang lebih lambat, parameter pencapaian stabilitas klinis dini (<3 hari) tidak dapat digunakan pada kelompok usia ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan klinis yang dapat digunakan dalam memprediksi kegagalan terapi pada pneumonia komunitas lanjut usia. Metode: Penelitian menggunakan desain kohort prospektif menggunakan data primer pada subjek pneumonia komunitas lanjut usia yang menjalani perawatan inap di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dilakukan pemeriksaan status klinis awal sebagai nilai dasar, dilanjutkan dengan pemantauan klinis hari pertama (24 jam setelah mendapatkan antibiotik) dan pemantauan klinis hari ke-tiga (72 jam setelah mendapat antibiotik). Hasil keluaran kegagalan terapi dinilai bila terdapat eskalasi antibiotik dan kematian dalam 14 hari pemantauan. Hasil: Sebanyak 231 subjek dimasukan dalam penelitian, 21 subjek mengalami drop out. Dari 210 subjek, kegagalan terapi dijumpai pada 111 subjek (52,9%). Setelah dilakukan analisis bivariat dan multivariat ditemukan perubahan klinis yang berhubungan dengan kegagalan terapi pada pneumonia komunitas lanjut usia adalah perubahan ADL pada hari pertama dengan RO 2,213 (95% IK: 1,269-3,861, p<0,01), perubahan ADL pada hari ke- tiga dengan RO 2,966 (95% IK: 1,603-5,489, p=0,001) dan perubahan tekanan darah sistolik pada hari ke-tiga dengan RO 1,021 (95%IK 1,005-1,036, p<0,01). Kesimpulan: Perubahan klinis dapat dijadikan parameter prognosis kegagalan terapi pada pneumonia komunitas lanjut usia.  Perburukan atau tidak perbaikan status fungsional pada hari pertama dan hari ke-tiga pasca mendapatkan terapi antibiotik berhubungan dengan kegagalan terapi. Perubahan tekanan darah sistolik yang lebih tinggi juga berhubungan dengan kegagalan terapi dengan mekanisme yang belum dapat dijelaskan. ......Background: The elderly with community-acquired pneumonia (CAP) had worse outcomes due to a high rate of treatment failure (TF). A more thorough clinical assessment is needed to evaluate treatment response in this population. Early detection of TF enables more aggressive management of CAP in the elderly, but the evidence is scarce. Aim: To determine any clinical status changes that can be used to predict TF in the elderly with CAP. Method: A cohort-prospective study with consecutive sampling methods was conducted. Included patients with CAP ≥60 years old. Clinical status, including blood pressure, pulse rate, respiratory rate, body temperature, peripheral oxygen saturation, functional status with Barthel Index, and mental status (delirium status and GCS), were recorded upon admission, 24 hours and 72 hours following the first antibiotic(s) administration. Treatment failure was determined in subjects required antibiotic escalation or died within 14 days of observation. Results: The clinical status changes related to TF were: the change of functional status and mental status 24 hours following antibiotic(s) administration; and the changes of systolic blood pressure, pulse rate, functional status, and mental status 72 hours following antibiotic(s) administration. Multivariate analysis revealed. Conclusion: Comprehensive clinical evaluation is required to predict TF in the elderly with CAP. Changes in functional status and mental status were recognized earlier than vital signs to predict TF in the elderly with CAP.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library