Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hengky Wijaya
Abstrak :
Menurut Peraturan Kapolri No. Pol.: 4 tahun 2005 tentang Pengurusan Tahanan pada Rutan Poin, bahwa perawatan adalah upaya memberikan pelayanan kepada tahanan dalam bentuk standarisasi ruang tahanan, pelayanan makan, dukungan kesehatan, pakaian, angkutanl kendaraan, kesempatan melaksanakan ibadah, kesempatan berkomunikasi dengan pengacaral penasihat hukumnya, kesempatan bertemu dengan keluarganya, rasa aman, dan hak-hak Iainnya. Yang termasuk hak-hak Iainnya yang dimiiiki tahanan diantaranya adalah mendapatkan pembinaan rohani berupa ceramah atau penyuluhan agama, dan membaca buku agama. Dalam tesis ini digunakan pendekatan kualitatif, yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu gejala sosial sebagai fenomena yang berhubungan antara satu fenoma dengan fenomena Iainnya yang tidak berdiri sendiri. Sehingga gejala-gejala tersebut merupakan suatu sistem (holistik) secara menyeluruh. Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analisis, yaitu bahwa gambaran situasi yang sebenarnya di lapangan menyangkut data-data yang berkaitan dengan pokok permasalahan, kemudian dikaitkan dengan teori manajemen, hubungan jasmani dan rohani, kesadaran, keintiman, untuk selanjutnya diperoleh suatu kesimpulan. Dengan kondisi jasmani yang sehat, yaitu dengan dilengkapinya berbagai fasilitas dan pemahaman rohani yang cukup, diharapkan para tahanan dapat segera menyesuaiakan dirt melalui proses yang bertahap, yang semula sebagai manusia babas dan sekarang menjadi manusia dengan hak-hak yang terbatas. Selanjutnya dengan proses perawatan tahanan diharapkan tahanan merasa ada kepastian tentang nasibnya. Keluarga tahanan segera tahu tentang kondisi keluarganya yang ditahan melatui proses perawatan tahanan, sehingga balk keluarga tahanan maupun tahanan menjadi lebih tenang. Materi perawatan tahanan dalam bidang jasmani dan rohani menggambarkan bahwa dibalik segala sesuatul fenomena yang nampak di alam semesta ini ada kekuatan spiritual yaitu Roh Absolut (Tuhan), sebagaimana disebutkan dalam teori jiwa dan tubuh. Wujud fisik atau materi sangat diperlukan untuk mengenal wujud spiritual. Karena wujud spiritual tidak akan dikenal tanpa dihadirkan wujud fisik. Pengaruh perawatan tahanan dirasakan oleh para tahanan setelah sekian Iama menjadi tahanan bermacam-macam, tergantung pendalaman masing-masing tahanan, yaitu ditentukan oleh lamanya seorang tahanan menjadi tahanan di Rutan Polsek Metro Cakung' dan tingkat kecerdasan tahanan itu sendiri. Dengan pembinaan jasmani dan rohani secara rutin, maka tahanan menjadi hidup secara teratur, disiplin, sehat, bertanggung jawab, mandiri, rajin beribadah, dan terberituk pribadi-pribadi yang berjiwa kuat, mempunyai keyakinan yang tangguh, sehingga mampu memberikan kebahagiaan, ketenteraman, pengayoman Sebagaimana yang diharapkan oleh dirinya sendiri, keluarga, madyarakat dan negara. Dengan perubahan pemahaman akan arti hidup dan perilaku salama berada dalam Rutan, maka diharapkan setelah keluar dari Rutan atau lembaga pemasyarakatan akan terjadi perubahan atitude atau sikap, sehingga hat ini oleh pembina rohani disebut sebagai nasihat bagi dirimya sendiri. Secara umum dapat disimpulkan bahwa perawatan tahanan yang bersifat jasmani atau empiris (fisik) belum ada standarisasi di Polsek ini. Hal-hal yang belum dilakukan di dalam kegiatan pembinaan rohani kepada tahanan di Rutan Polsek adalah belum menyediakan buku-buku agama yang berasal dari dinas. Buku-buku agama yang ada selama ini merupakan swadaya Polsek dan sebagian peninggalan dari pare tahanan yang pernah mendiami ruang tahanan tersebut. Jadi kegiatan pembinaan rohani di Polsek ini belum diatur secara fungsional, namun demikian untuk sementara pembinaan rohani ini cukup memberikan efek baik kepada pada tahanan. Tahanan menjadi memahami makna dari peristiwa yang dialaminya sehingga diharapkan dapat merubah pola pikir dan tindakannya untuk kearah yang lebih baik setelah keluar dari tahanan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dengan perawatan jasmani dan rohani kepada tahanan yang dilakukan di Polsek Metro Cakung, telah menimbulkan kesadaran bagi tahanan akan arti kebebasan, kemuliaan, kesehatan, dan keamanan diri dalam kaftan dengan pembinaan rohani yang dilakukan setiap individu.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, James L. Alvin
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T57264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyani
Abstrak :
Treatment Planning System (TPS) merupakan kunci dalam keberhasilan pengobatan radioterapi eksternal, yang secara langsung berdampak pada kualitas rencana perawatan dan ketepatan perhitungan dosis dalam perencanaan. Keluaran dari hasil perencanaan pada TPS berupa kurva DVH. DVH menjadi acuan dalam melihat penyebaran dosis pada target maupun organ sehat. Dalam penelitian ini, dilakukan perbandingan antara DVH hasil dari TPS dengan DVH hasil dari perhitungan analitik. Perbandingan DVH dilakukan dengan langkah awal membuat objek simulasi berupa fantom virtual menggunakan program Matlab dengan berbagai bentuk geometri, yaitu bola, kubus, dan silinder. Perencanaan terhadap objek simulasi dilakukan dengan menggunakan TPS Eclispe. Dari hasil perencanaan dengan menggunakan TPS Eclispe dan hasil perhitungan analitik, diperoleh perbedaan nilai tertinggi terdapat pada objek simulasi kubus untuk penyinaran 1 lapangan, dan pada objek simulasi silinder pada penyinaran 4 lapangan. Sementara pada perbandingan nilai Dmaks dan Dmin, perbedaan terbesar terdapat pada nilai Dmin dengan penyimpangan tertinggi berada pada objek simulasi kubus dan silinder. Tidak terdapat nilai yang sama pada perencanaan ini untuk semua objek simulasi.
Treatment Planning System (TPS) is the key to success of external radiotherapy treatment, which directly impacts the quality of treatment planning and the accuracy of dose calculation in planning. The output of the planning results at the TPS consists of the DVH curve. DVH is the target in looking at the distribution of doses to target and organ at risk. In this study, an experiment was conducted between DVH results from TPS and DVH results from analytical calculation. DVH comparison is done with the initial step of making simulation objects using virtual phantoms using the Matlab program with various geometric shapes, namely are sphere, cube, and cylinder. Planning of the simulation object is done using Eclispe TPS. From the results of planning using TPS Eclispe and analytical calculation results, the value of the assessment of the cube simulation object is obtained for 1 field illumination, and for cylinder simulation objects in 4 fields irradiation. While in determining the value of Dmax and Dmin, the biggest difference is the value of Dmin with the highest deviation in the comparison object of the cube and the cylinder. There are no equal values in this plan for all simulation objects.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T55297
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herdani Rahman
Abstrak :
Fantom merupakan material ekuivalen jaringan tubuh yang berfungsi untuk menyimulasikan interaksi radiasi yang terjadi. Keberadaan fantom di bidang medis menjadikan proses quality assurance (QA), quality control (QC) dan treatment planning system tidak perlu mengekspos jaringan tubuh asli. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan komposisi fantom organik (berbahan dasar lilin dan karbon aktif) juga memperoleh nilai exit dose fantom organik melalui variasi ketebalan serta korelasinya terhadap koefisien atenuasi. Komposisi fantom tersebut didapatkan melalui kesesuaian terhadap nilai CT number (dalam satuan HU) jaringan tubuh manusia. Komposisi bahan organik penyusun fantom berdasarkan penelitian ini untuk material ekuivalen lemak adalah 10% lilin cecek, 10% karbon dan 80% lilin parafin, otot 10% lilin cecek, 10% karbon dan 80% gondorukem, otak white matter 16% lilin cecek, 16% karbon dan 68% gondorukem, otak grey matter 20% lilin cecek, 20% karbon dan 60% gondorukem dan hati 40% tepung beras, dan 60% lilin cecek. Pengukuran exit dose dilakukan pada ketebalan fantom mulai dari 6 cm hingga 10 cm serta ukuran lapangan 20 cm × 20 cm dan 25 cm × 25 cm. Persentase penurunan nilai exit dose di ketebalan 10 cm relatif terhadap ketebalan 6 cm pada ukuran lapangan 20 cm x 20 cm menunjukkan nilai sebesar (29,1% ± 4,4%); (43,7% ± 2,7%); (43,0% ± 1,2%); (41,4% ± 0,4%); (51,2% ± 5,7%) untuk material ekuivalen jaringan lemak, otot, otak white matter, otak grey matter, dan hati secara berturut – turut. Sedangkan pada ukuran lapangan 25 cm × 25 cm menunjukkan nilai sebesar (30,0% ± 2,3%); (41,2% ± 2,6%); (41,9% ± 2,1%); (40,4% ± 1,1%); (47,5% ± 4,7%). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa, nilai exit dose berkurang seiring dengan bertambahnya ketebalan fantom. Hal serupa ditunjukkan oleh pengurangan ukuran lapangan yang menyebabkan berkurangnya nilai exit dose. Sementara itu, nilai dosis serap dan buildup factor menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan nilai exit dose, di mana penambahan ketebalan fantom menyebabkan naiknya dosis serap.
Phantom is an equivalent body tissue material that has always been used to simulate radiation interactions. the needs to expose human body with radiation in the process of QA, QC, and treatment planning system is no longer needed since the existence of phantom in the medical field. The purpose of this study is to determine the composition of organic phantom (wax and activated carbon) and also obtain the value of the exit dose of organic phantom through variations in thickness and its correlation to the attenuation coefficient. The phantom composition was obtained through conformity to the value of the CT number (in HU unit) human body tissue. The composition of the organic phantom for fat is 10% cecek wax, 10% activated carbon and 80% paraffin wax, muscle 10% cecek wax, 10% activated carbon and 80% gondorukem, brain white matter 16% cecek wax, 16% activated carbon and 68% gondorukem, brain gray matter 20% cecek wax, 20% activated carbon and 60% gondorukem and liver 40% rice flour, and 60% gondorukem wax. Exit dose was measured with phantom thickness variations ranging from 6 cm to 10 cm and field sizes of 20 cm × 20 cm and 25 cm × 25 cm. The decrease in percentage of exit dose based on thickness increment of the size of the field 20 cm x 20 cm were (29,1% ± 4,4%); (43,7% ± 2,7%); (43,0% ± 1,2%); (41,4% ± 0,4%); (51,2% ± 5,7%) for equivalent material fat, muscle, white matter brain, gray matter brain, and liver respectively. Whereas the size of the field 25 cm × 25 cm were (30,0% ± 2,3%); (41,2% ± 2,6%); (41,9% ± 2,1%); (40,4% ± 1,1%); (47,5% ± 4,7%). Based on these results it showed that the value of the exit dose decreases with increasing thickness of the phantom. The same results were showed by the reduction in the size of the field which causes a decrease in the value of exit dose. Meanwhile, the absorption dose value and buildup factor showed the opposite results with the exit dose value, where the phantom thickness increment.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library