Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Angka penderita TB paru semakin meningkat, hal ini terjadi disebagian besar negara di dunia terutama negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit TB paru di Indonesia menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan saluran pernapasan (SKRT, 1995). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi tentang gambaran kepatuhan berobat penderita TB paru dalam memeriksakan sputum selama pengobatannya dihubungkan dengan faktor pemudah (umur, jenis kelamin,, pekerjaan, dan pengetahuan), faktor pemungkin (jarak dan transportasi) dan faktor penguat (dukungan keluarga, pelayanan perawat puskesmas dan pelaksanaan pengawas oleh PMO). Pene/itian ini dilakukan di Puskesmas kecamatan Pulogadung pada tanggal 23 -
31 Desember 2003 dengan jumlah responden 58 orang. Desain penelitian yang digunakan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan pada semua penderita TB
paru BTA positif yang berobat di Puskesmas wilayah kecamatan Pulogadung dengan
cara puposive sampling. Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuesioner yang terdiri dari 40 pertanyaan dan disusun berdasarkan variabel yang terkait, yaitu kepatuhan dengan faktor pemudah, pemungkin dan pengual. Analisa data yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan prosentase untuk analisa univarial dan chi square untuk analisa bivariat. Setelah dilakukan uji, dihasilkan 86,7% responden penderila TB paru yang menjalani pengobatan patuh dalam memeriksakan sputumnya dan terdapat hubungan antara variabel independen umur. dan pengetahuan dengan kepatuhan penderita TB paru dalam memeriksan sputum selama pengobatannya dimana (p< 0,05).
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5341
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Reaksi orang tua terhadap suatu penyakit akan bervariasi, begitu juga terhadap anggota
keluarga yang sakit Tuberkulosis. Keadaan ini dapat mendorong keluargaforang tua untuk
menggunakan strategi koping tertentu untuk mengatasi masalah. Penelitian ini berjudul
Gambaran koping orang tua pada keluarga dengan penderita Tuberkulosis di wilayah kelja
Puskesmas Kemiri Muka Depok. Penelitian ini menggunakan desain diskriptif sederhana
yang bertujuan mendapatkan gambaran koping keluargaforang tua pada keluarga dengan
penderita Tuberkulosis. Penelitian dilakukan terhadap 22 keluarga yang rnempunyai
anggota menderita TB paru di wilayah Puskesmas Kemiri Muka Depok Analisa dilakukan
untuk mendapatkan frekuensi dari koping keluarga/orang tua dalam menghadapi masalah
keberadaan anggota keluarga dengan TB paru. Hasil penelitian menggambarkan respon
keluarga/orang tua adalah cemas. Hal ini mendorong setrategi koping keluarga/orang tua
untuk menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5396
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Saat ini angka kejadian TBC paru semakin meningkat, terutama terjadi di negara
berkembang seperti Indonesia (WHO, 2000).Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui gambaran tingkat motivasi berobat penderita TBC paru. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas wilayah kecamatan Pulogadung Jakarta Timur dengan jumlah
responden 60 orang yaitu seluruh penderira TBC paru yang berobat di Puskesmas.
Pengambilan sampel dilakukan melalui purposive sampling dengan usia 13 tahun keatas.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan alat menggunakan
kuesioner. Analisis data yang diguriakan adalah distribusi frekuensi dengan cara
menghitung frekuensi jawaban kuesioner dari responden dan hasilnya dikalikan 100%.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa gambaran tingkat motivasi berobat penderita
TBC paru pada umumnya bermotivasi tinggi yaitu sebesar 50%, sedangkan untuk yang
bermotivasi sedang sebesar 21,7% dan yang bermotivasi rendah sebesar 28,7%.
Penelitian ini merekomendasikan promosi kesehatan tentang TBC paru melalui
penyuluhan baik kepada penderita, keluarga, dan masyarakat sekitar."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5534
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Sebagian besar penderita TB dapat ditolong dengan obat anti tuberkulosis, namun untuk menyembuhkannya diperlukan pengobatan yang Iama karena basil tuberkulosis tergolong kuman yang sukar dibasmi. Selain itu kumarmya semi dormant, yaitu berada dalam makrofag, baru dapat dibunuh bila kuman keluar dari makrofag. Titik berat penatalaksanaan penderita TB adalah kesembuhan. Oleh karenanya kepatuhan penderita minum obat sampai selesai pengobatan merupakan kunci keberhasilan dalam penanggulangan TB. Ketidakpatuhan berobat alcan akan dapat mengakibatkan penderita tidak sembuh dan terus menularkan penyakit pada orang-orang disekelilingnya bahkan dapat terjadi kekebalan kuman terhadap obat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat ketaatan klien TB laki-|aki dengan klien TB wanita dalam menjalankan pengobatannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif perbandingan dengan menggunakan analisa data secara chi-square. Sampel diambil di Balkesmas PK Sint. Carolus dengan teknik purposive sampling. Peneliti menyadari berbagai keterbatasan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat ketaatan klien TB laki-laki dibandingkan dengan klien TB wanita dalam menjalani pengobatan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5103
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader
kesehatan tentang program DOTS dalam meningkatkan angka kesembuhan
pasien TBC di Puskesmas pekalongan lampung timur. Desain penelitian yang
digunakan adalah deskriptif sederhana, jumlah Sampel yang diambil 63 orang
untuk dijadikan responden dengan kriteria bisa mernbaca, menulis, sadar
penuh, dapat berkomunikasi secara verbal dan non verbal, tidak mengalami
pendengaran dan penglihatan serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
Cara pengambilan sample dengan random sederhana. Untuk mengumpulkan
data tingkat pengetahuan tersebut, peneliti menggunakan insrumen berupa
kuesioner. Hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan kader kesehatan
tinggi 63.49%, sedangkan yang rendah 36.5 1%. Dengan demikian peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kader kesehatan sebagian besar
tinggi. Peneliti juga memberikan rekomendasi pada peneliti selanjutnya untuk
meneliti hubungan pengetahuan tentang strategi DOTS dengan cakupan
kesembuhan TBC."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5338
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Keluarga, terutama pasangan merupakan individu yang sangat dekat (selalu kontak) dan
memegang peranan penting bagi kehidupan keluarganya. Tingkat pengetahuan pasangan
klien TB paru tentang pencegahan dan penularan TB paru sangat penting untuk
mencegah tertular penyakit TB, yang diderita oleh pasangannya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasangan klien TB paru tentang
pencegahan dan penularan penyakit TB paru. Desain yang di gunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif sederhana. Sampel yang digunakan adalah pasangan klien TB pam
dalam ikatan perkawinan yang sah. Peneiitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih Jakarta Pusat, pada tangga 1 dan 6 Mei 2002. Pengumpulan data
dilakukan pada 27 responden (n=27),dengan menggunakan kuesioner dan dengan teknik
berdasarkan quota yang berisi data demografi yang meliputi nama (inisial), usia,
pendidikan, pekerjaan (pasangan), agama, dan Iamanya menderita TB (pasangan), serta
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk mengetahui sejauhmana tingkat
pengetahuan tentang pencegahan dan penularan TB paru, sebayak 17 penanyaan. Data
diolah dengan menggunakan metode statistik tendensi sentral yaitu mean, median, dan
modus. Analisa data dalam penelitian ini hanya menggunakan mean dan modus. Hasil
perhitungan diperoleh rata-rata tingkat pengetahuan tentang penularan adalah 5,22 dan
termasuk dalam kriteria tingkat pengetahuan sedang ( berkisar antara 4-6). Sedangkan
tingkat pengetahuan tentang pencegahan diperoleh rata-rata 4,82 dan termasuk dalam
kriteria tingkat pengetahuan sedang (berkisar antara 3-5). Jadi kesimpulannya adalah
rata-rata tingkat pengetahuan pasangan klien TB paru tentang pencegahan dan penularan
penyakit TB paru di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat adalah tingkat
pengetahuan sedang."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5185
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Sovira
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar 1,25-dihydroxyvitamin D serum
dan hubungannya dengan interferon gamma, cathelicidin dan bacterial load pada
penderita TB paru BTA positif serta hubungan cathelicidin dengan bacterial load.
Rerata kadar IFN-γ adalah 10,8 ± 6,5 pg/mL, rerata kadar 1,25(OH)2D serum
adalah 121,5 ± 38,6 pmol/L dan rerata kada cathelicidin plasma adalan 90,4 ±
21,5 ng/mL. Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan kadar 1,25(OH)2D
serum dengan IFN-γ serum begitu juga dengan cathelicidin plasma. Kadar
cathelicidin plasma tidak berhubungan bermakna dengan bacterial load. Rerata
kadar IFN-γ serum dan cathelicidin plasma pada lesi kavitas lebih rendah daripada
lesi tanpa kavitas (masing-masing p = 0,031 dan p = 0,025). Rerata kadar
cathelicidin plasma subjek dengan riwayat pengobatan TB sebelumnya lebih
rendah daripada subjek kelompok kasus baru (p = 0,004). Pada penelitian ini
didapatkan juga hubungan bermakna kekuatan sedang antara kadar IFN-γ serum
dengan cathelicidin plasma (r = 0,540; p < 0,05).

ABSTRACT
The aim of study was to investigate levels of 1,25-dihydroxyvitamin D and its
relationshio with IFN-γ or cathelicidin in active pulmonary tuberculosis patients
and relation of cathelicidin with bacterial load. The mean of serum 1,25(OH)2D,
IFN-γ, and cathelicidin were 121,5 ± 38,6 pmol/L, 10,8 ± 6,5 pg/mL, 90,4 ± 21,5
ng/mL, respectively. The was no relation 1,25(OH)2D to IFN-γ and cathelicidin
either. The mean of serum IFN-γ and plasma cathelicidin in cavitary lession was
less than non cavitary lession. We also found that plasma cathelicidin level in
subject with prior treatment was less than new cases. There was relation of serum
IFN-γ to plasma cathelicidin (r = 0,540; p < 0,05)."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surbakti, Klara Morina Br
"Salah satu indikator program pengendalian TB secara Nasional strategi DOTS adalah angka keberhasilan pengobatan TB. Fokus utama pengendalian TB strategi DOTS adalah memutus mata rantai penularan TB oleh penderita TB paru sputum BTA positif. Berdasarkan penelitian penderita TB paru sputum BTA negatif dapat menularkan 13-20% (Tostmann A, et al, 2008). BBKPM Bandung sebagai salah satu UPK strategi DOTS pencapaian angka keberhasilan pengobatan masih dibawah target Nasional.
Tujuan: mempelajari faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan pasien TB paru sputum BTA negatif dan pasien TB paru sputum BTA positif. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB antara lain faktor individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kepatuhan berobat) dan obat dan penyakit (rejimen, dosis, lama pengobatan, komorbid HIV dan DM). Indikator keberhasilan pengobatan: pemeriksaan ulang sputum BTA menjadi/tetap negatif dan kenaikan berat badan.
Desain penelitian: kohort retrospektif.
Sampel: data pasien TB Paru yang tercatat di TB 01 tahun 2009-2011dijadikan 2 sub populasi, Pasien TB paru dengan sputum BTA negatif 292 kasus dan pasien TB paru dengan sputum BTA positif 461 kasus.
Analisis: multivariabel regresi logistik.
Hasil: OR keberhasilan pengobatan pasien TB paru sputum BTA negatif patuh berobat 1,4 dibandingkan tidak patuh (CI : 0,7-3,0) dan pasien TB paru sputum BTA positif patuh berobat 1,1 di bandingkan tidak patuh (CI : 0,6-2,2) setelah dikontrol umur, jenis kelamin dan pekerjaan.
Saran: Meningkatkan peran PMO, dan memperhatikan faktor komorbid dalam tatalaksana pengobatan pasien TB paru.

Succes rate of TB treatment is an important indicator of the Natinal TB control program.The main focus of TB control program DOTS strategy is to break the chain of TB transmission. Tostmann A, et al (2008) showed that through 13-20% sputum smear negative pulmonary tuberculosis patients can spread TB the bacteria. BBKPM Bandung as one of CGU DOTS strategy has lower treatment succes rate of the national targets.
Purpose: To study factors that influence the treatment succes rate of compare with both smear positve and negative pulmonary tuberculosis patients. Those are age, gender, occupation, treatment compliance (factor individu) and regimen, dose, duration of treatment, comorbid HIV and DM (drug and disease). Indicator of treatment succes are the conversion of sputum result examination and the gain weight.
Study design: a retrospective cohort study.
Samples: the pulmonary TB patient data recorded at TB 01 yeras 2009-2011. The number of TB patients with sputum smear positive are 461 and negative are 292.
Analysis: Multivariable logistic regression.
Result: OR treatment succes among sputum smear-negative pulmonary TB patients 1,4 (CI: 0,7-3,0) and among sputum smear positive pulmonary Tb patients who adhere to treatment is 1,1 (CI:0,6-2,2) after controlling for age, sex, and occupation.
Suggestion: Enhancing the role of the PMO to increase the treatment adherence rate, treat the TB patients with HIV and DM co-infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34959
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayushi Eka Putra
"Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Pengobatannya yang lama dan sulit mengarahkan pada upaya pencegahan yang dimulai dengan identifikasi faktor risiko. Studi crosssectional analitik ini bertujuan untuk membahas hubungan usia terhadap prevalensi TB paru pada pasien DM tipe 2. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ditemukan hubungan yang bermakna antara usia pasien di atas 40 tahun dengan peningkatan jumlah prevalensi TB paru pada pasien dengan DM tipe 2. Karenanya, disarankan untuk melakukan proses pencegahan DM tipe 2 sebagai faktor resiko infeksi paru yang bersifat modifiable, terutama pada pasien dengan usia di atas 40 tahun.

Lung tuberculosis is one of the high cause of mortality infection diseases in Indonesia. Recovering is usually difficult and needs long term of treatment, leading to the trend of preventing by identifying the risk factors. The purpose of this analytic cross-sectional study is to identify the influence of age to the prevalence of lung tuberculosis in patients with DM type 2. From the result of this study, it is known that there is statistically significant result concerning the influence of age older than 40 years old to the increase of prevalence of lung tuberculosis in patients with DM type 2. Therefore, it is suggested to prevent DM type 2 as a modifiable risk factor of lung infection, especially in patients older than 40 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chici Pratiwi
"HIV/AIDS telah menjadi penyakit yang merajalela di seluruh dunia. Sebagian besar pasien yang menderita HIV/AIDS meninggal karena penyakit infeksi yang menyertainya dan infeksi paru termasuk empat penyakit infeksi komorbid tersering pada pasien HIV/AIDS. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui prevalensi penyakit infeksi komorbid pada pasien HIV serta faktor-faktor yang berhubungan sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi pada pasien HIV dan mengurangi angka morbiditas ataupun mortalitas pada pasien HIV. Penelitian ini dikerjakan dengan metode cross-sectional. menggunakan 108 sampel yang dipilih dengan metode simple random sampling dari data rekam medik pasien RSCM tahun 2010. Data diolah dengan sistem SPSS menggunakan uji chi-square dan mann-whitney.
Hasilnya adalah responden dengan infeksi paru sebanyak 84,3%, paling banyak berada pada rentang usia 25-49 tahun (90,1%), berjenis kelamin laki-laki (70,3%), memiliki faktor resiko penularan berupa penggunaan jarum suntik saja (33%). Perbandingan Index Massa Tubuh dan cd4+ absolute pada pasien HIV dengan infeksi paru dan tanpa infeksi paru memberikan hasil nilai p berturut-turut p=0,009 dan p=0,913. Dengan demikian dapat disimpulkan, Infeksi paru pada pasien HIV/AIDS berhubungan dengan Index Massa Tubuh namun tidak berhubungan dengan cd4+ absolut serta karakteristik lainnya.

HIV/AIDS has become a worldwide disease. Most patients who suffer from HIV/AIDS die of infectious diseases that accompany it. Pulmonary infection is included in the four infectious diseases that most often occurs in patients with HIV. This study was designed to determine the prevalence of comorbid infectious disease in HIV patients and related factors that can prevent infection in HIV patients and reduce morbidity or mortality in HIV patients. The research was done by cross-sectional method, using 108 samples selected by simple random sampling method, and obtained from medical records of patients hospitalized RSCM in 2010. Data processed with the SPSS system using chi-square and Mann-Whitney test.
The result is respondents with pulmonary infection as much as 84.3%, most are in the age range 25-49 years (90.1%), male sex (70.3%), using needles as a risk factor of transmission (33%). The Comparison of Body Mass Index and absolute CD4 + count in HIV patients with pulmonary infection and without pulmonary infection giving the value of p respectively p = 0.009 and p = 0.913. It can be concluded, pulmonary infections in HIV / AIDS-related body mass index but not associated with an absolute CD4 + count as well as other characteristics.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>