Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
Zurcher, Erik J.
Jakarta: Gramedia, 2003
956.1 Zur s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Al-Din ibn al-Athir
"Summary:
Ibn al-Athir, who died in the 13th century, is one of the most important historians of Islam. His major chronicle, "the Kamil fi'l-Ta'rikh", is one of the greatest achievements of Muslim historiography. This title covers the early years of conquest and the period of the 'great sultanate"
New York, NY: Routledge, an imprint of the Taylor & Francis Group, 2010
956.015 DIN a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Medawati Piesparini
"Kesultanan Turki Usmani mulai tampak kelemahannya pada abad-abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya antara lain adalah kemunduran intelektual dalam kesultanan Turki Usmani, padahal padahal pada saat itu dunia Eropa sedang mengalami kemajuan pesat di bidang ilmu dan teknologi. Penyebab lainnya adalah terbelakangnya industri perang kesultanan Turki Usmani, sehingga kesultanan tersebut sering mengalami kekalahan dalam peperangan melawan kerajaan-kerajaan musuh, dan hal ini berakibat pada semakin mengecilnya wilayah kesultanan Turki Usmani. Sultan Ahmad III muncul sebagai sultan perintis pembaharuan Turki Usmani. Usaha pembaharuan dimaksudkan untuk memajukan kesultanan Turki Usmani terutama di bidang militer. Langkah Sultan Ahmad III dilanjutkan oleh Sultan Salim III dan Sultan Mahmud II. Sultan-sultan tersebut tidak hanya melakukan pembaharuan di bidang militer, tetapi juga di beberapa bidang lain. Usaha pembaharuan yang dilakukan oleh para sultan tersebut melibatkan banyak tenaga asing, terutama dari Eropa. Beberapa utusan kesultanan Turki Usmani yang dikirim ke Eropa untuk belajar di sana berhadapan dengan pandangan-pandangan baru Eropa sebagai akibat dari berbagai perubahan besar yang terjadi di sana. Adanya campur tangan asing dalam usaha pembaharuan di kesultanan Turki Usmani, dan masuknya paham-paham baru Eropa yang dibawa oleh para utusan pelajar pada akhirnya mempengaruhi kelangsungan kesultanan Turki Usmani. Pada tahun 1923 terbukti bahwa kesultanan Turki Usmani telah diubah menjadi bentuk Republik Turki."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13268
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lewis, Bernard
London: Oxford University Press, 1961
956.1 LEW e
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Dian Mardiana
"Konstantinopel merupakan kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu, dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmara dan Selat Tanduk Emas (Golden Horn Straits) yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. tembok konstantinopel mempunyai prestasi selama 1.123 tahun menahan 23 serangan yang dialamatkan kepadanya. hanya sekali saja tembok bagian lautnya pernah ditembus oleh pasukan salib pada tahun 1204. kondisi Konstantiopel yang istimewa ini digambarkan oleh Napoleon dengan kata-kata "kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!", maka tidaklah heran jika kemudia kota ini menjadi incaran yang paling diinginkan oleh bangsa-bangsa lain tidak terkecuali kaum muslimin pada saat itu. Telah banyak
percobaan dilakukan untuk menaklukan kota tersebut, namun semua percobaan itu tidak pernah membawa hasil. Hingga 8 abad setelahnya, seorang pemimpin yang dikenal dengan Sultan Muhammad al Fatih berhasil menaklukan kota tersebut. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 29 Mei 1453.
Constantinople is the largest city and the strongest fortress in the world at the time, surrounded by sea from three sides at once, namely the Bosphorus, the Sea of Marmara and the Golden Horn straits is guarded by a very large chains, so it is impossible for enemy ships to enter. Walls of Constantinople has achievement for 1,123 years of withstand 23 attacks addressed to it. Only one happened, part of the sea wall was attacked by the Crusaders in 1204. This Constantinopel special condition is described by Napoleon with words "if the world is a state, then Constantinople is the most viable to become the capital of it!". It is no wonder that the city became the most desired target by other nations, include the Muslims at the time. There have been many experiments were carried out to conquer the city, but all the attempts were never brought results. Up to 8 centuries later, a leader known as Sultan Muhammad al Fatih succeeded to conquer the city. The incident occurred on May 29, 1453."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Bambang Prijombodo
"Skripsi ini mencoba menggambarkan peranan Yeniseri khususnya pada masa awal pertumbuhan, perkembangan, sampai puncak kejayaan Kesultanan Turki Usmani. Dari hasil kajian ini diperoleh gambaran bahwa peranan Yeniseri yang anggota-anggotanya berasal dari anak-anak Kristen, Yahudi dan Islam di wilayah kekuasaan Turki Usmani yang diajarkan doktrin kesetiaan terhadap sultan melalui tarikat Bektasiyyah ternyata cukup besar dan berarti. Meskipun dalam peranan politiknya membuat sesuatu yang kurang baik karena terjadi intrik di kerajaan, tetapi secara keseluruhan peranan Yeniseri di Turki Usmani sangat baik. Terbukti dengan luasnya wilayah yang dikuasai Turki Usmani dan Yeniseri menjadi salah satu pasukan tentara yang disegani pada masanya dan banyak dikaji hingga saat ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13219
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mohamad Furqon Zahidi
"
ABSTRAK
Pada masa lalu Turki merupakan satu negara yang amat besar dan menguasai hampir sepertiga wilayah dunia. Setelah itu Turki mengalami kemunduran dan akhirnya pada awal abad ke-20 Turki berubah menjadi negara kecil dengan nama Republik Turki dengan Sekularisme sebagai ideologi negara.
Sekularisme yang menjadi kunci utama dalam modernisasi Turki ternyata menimbulkan masalah baru di kalangan masyarakat Turki yang mayoritas muslim. Modernisasi yang diterapkan oleh Mustafa Kemal Ataturk yang berpijak pada nilai-nilai secular, di satu sisi berhasil merubah bentuk negara Turki dari khilafah menjadi republik. Namun di sisi Iain menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat Turki. Ketidakpuasan ini akhirnya melahirkan satu gerakan masyarakat muslim Turki untuk menentang kebijakan-kebijakan sekular yang dianggap menyalahi ajaran-ajaran Islam. Gerakan ini bergerak di semua sektor kehidupan. Di bidang pendidikan misalnya, munculnya Gerakan Nursiyah yang dipimpin oleh Badi'uz Zaman Said Nursi (1873-1960). Sedangkan di bidang politik munculnya partai-partai politik yang berhaluan Islam dan berupaya menghidupkan kembali semangat keislaman di Turki. Di antara partai politik tersebut yaitu Partai Demokrat (Demokrat Partisi), Partai Aturan Nasional (Milli Nizam Partisi); Partai Keselamatan Nasional (Milli Selamet Partisi), dan Partai Kesejahteraan (Refah Partisi).
Usaha gerakan Islam ini tidaklah mudah mengingat Sekularisme di Turki di jaga kuat oleh kelompok militer, Beberapa kali organisasi dan partai politik yang muncul dengan membawa bendera Islam dibubarkan dan aktivisnya ditangkap. Meskipun demikian, dukungan dan simpati masyarakat terhadap gerakan Islam ini tidak pernah surut bahkan terus mengalami peningkatan. Karena bagaimanapun juga gerakan Islam di Turki telah mernberikan dampak yang luas dalam menyemarakkan semangat keagamaan di Turki.
"
1998
S13275
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Virginia H. Aksan
"[;Using close analysis of select campaigns, this book discusses the Ottoman Empire's changing internal military context, before addressing the modernized regimental organisation under Sultan Mahmud II after 1826. It is also a study of the decline of an international power, raising questions about the influence of culture on warfare., Using close analysis of select campaigns, this book discusses the Ottoman Empire's changing internal military context, before addressing the modernized regimental organisation under Sultan Mahmud II after 1826. It is also a study of the decline of an international power, raising questions about the influence of culture on warfare.]"
London: Roudledge, 2007
956.101 53 AKS o
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Hanioglu, M. Sükrü
"At the turn of the nineteenth century, the Ottoman Empire straddled three continents and encompassed extraordinary ethnic and cultural diversity among the estimated thirty million people living within its borders. It was perhaps the most cosmopolitan state in the world--and possibly the most volatile. A Brief History of the Late Ottoman Empire now gives scholars and general readers a concise history of the late empire between 1789 and 1918, turbulent years marked by incredible social change. Moving past standard treatments of the subject, M. S©ơkr©ơ Hanioglu emphasizes broad historical trends an."
Princeton: Princeton univ. press, 2010
956.015 HAN b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Ricko Soenoko
"Perjalanan sejarah Kesultanan Turki Usmani dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu zaman ekspansi (1326-1451), zaman kejayaan (1452-1568), zaman kemunduran dan keruntuhan (1569-1924). Dalam skripsi ini penulis membahas runtuhnya Kesultanan Turki Usmani secara deskriptif analisis, dan data penelitian menggunakan data kepustakaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari faktor utama penyebab runtuhnya Kesultanan Turki Usmani. Ada tiga faktor pendukung yang menyebabkan runtuhnya Kesultanan Turki Usmani. Pertama, munculnya konflik intern yang tidak dapat diselesaikan. Kedua, serangan pasukan negara-negara Eropa. Ketiga, gerakan makar politik Zionis dan Freemasonry terhadap Kesultanan Turki Usmani. Di antara tiga faktor itu maka faktor yang terakhirlah yang memainkan peranan paling panting sebagai penyebab utama runtuhnya Kesultanan Turki Usmani. Walaupun konflik dan serangan militer negara-negara Eropa membuat Kesultanan Turki Usmani lemah, namun kedua hal ini tidak menjadikannya runtuh. Runtuhnya Kesultanan Turki Usmani adalah hasil dari, usaha gerakan-gerakan politik yang muncul di Turki, yaitu Gerakan Turki Muda, Gerakan Ijtihad Wattaroqqi dan gerakan politik yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Ketiga gerakan di atas adalah merupakan 'Mantel' dari gerakan Freemasonry yang ada di Turki. Ketiga gerakan itu mempunyai ciri yang sama dengan Gerakan Freemasonry yaitu mendirikan negara nasional yang sekuler. Alasan utama Gerakan Freemasonry dan Zionis untuk meruntuhkan Kesultanan Turki Usmani adalah untuk menguasai negeri Palestina yang merupakan daerah kekuasaan Kesultanan Turki Usmani. Daerah ini akan dijadikan negara bagi bangsa Yahudi. Selama Kesultanan Turki Usmani masih ada maka cita-cita Zionis dan Freemasonry tetap mengalami hambatan dan rintangan."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S13395
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library