Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luh Putu Listya Paramita
"Latar belakang. Penegakan diagnosis demam tifoid masih sulit dilakukan jika hanya menggunakan gejala klinis. Dibutuhkan skor klinis untuk dapat menegakkan diagnosis di awal dengan tepat. Variabel pada skor Nelwan merupakan data yang dapat diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik sehingga dapat membantu penegakan diagnosis secara dini. Penelitian nilai dignostik skor Nelwan untuk mendiagnosis demam tifoid belum pernah dilakukan sebelumnyaTujuan. Mendapatkan nilai titik potong dan nilai diagnostik skor Nelwan dalam penegakkan diagnosis demam tifoid dewasaMetode. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan pendekatan uji diagnosis. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dari pasien poliklinik, IGD, dan rawat inap RSUP Persahabatan, RSUD Budhi Asih, RSUD Tanggerang Selatan, RS Hermina Ciputat, RS Metropolitan Medical Center dan Puskesmas di daerah Jakarta. Kriteria inklusi adalah pasien dengan keluhan demam selama 3-14 hari, mempunyai keluhan saluran cerna, dan bersedia mengikuti penelitian. Diagnosis demam tifoid didapatkan melalui kultur darah, kultur swab rektal dan PCR. Nilai titik potong skor Nelwan ditentukan berdasarkan kurva Receiver Operating Characteristic ROC . Titik potong tersebut kemudian dianalisis dan didapatkan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif NDP , nilai duga negatif NDN , rasio kemungkinan positif RKP dan rasio kemungkinan negatif RKN .Hasil. Selama penelitian didapatkan 233 sampel dengan proporsi demam tifoid 4,72 . Titik potong skor Nelwan yang optimal adalah 10 dengan AUC 71,3 95 IK 65,9 - 88,7 . Skor Nelwan dengan nilai cut off 10 memiliki sensitivitas 81,8 , spesifisitas 60,8 , nilai duga positif 9,3 , nilai duga negatif 98,5 , rasio kemungkinan positif 2,086, rasio kemungkinan negatif 0,299.Kesimpulan. Skor Nelwan dengan titik potong 10 dapat digunakan sebagai screening pasien dengan klinis demam tifoid.Kata kunci : skor Nelwan, demam tifoid.

Background. Typhoid fever can be complicated to diagnose if only clinical signs and symptoms are used. By using clinical scores, we can provide an early diagnosis precisel. Variables in Nelwan Scores are derived from history taking and physical examination. Evaluation of diagnostic value of Nelwan score has never been done before.Objectives. To get the cut off point and the diagnostic value of Nelwan score in diagnosing typhoid fever in adult patients.Methods. This study is a diagnostic test with a cross sectional method, involving subjects with fever 3-14 days and gastrointestinal complaints from policlinic, emergency department and hospital ward in Persahabatan Hospital, Budhhi Asih Hospital, South Tanggerang Hospital, HerminaCiputat Hospital, MMC Hospital, Jatinegara and Gambir Primary Health Centre. Diagnosis are confirmed by blood culture, rectal swab culture, and PCR. Cut off analysis was performed using Receiver Operating Characteristic ROC curve and diagnostic value was then analyzed to generate sensitivity, specificity, predictive value and a likelihood ratio.Result. This study involving 233 subjects with a proportion of typhoid fever is 4,72 . The optimal cut off point of Nelwan score is 10 with AUC 71,3 95 IK 65,9 - 88,7 . This cut off point has sensitivity 81,8 , specificity 60,8 , PPV 9,3 , NPV 98,5 , LR 2,086, and LR - 0,299.Conclusion. Nelwan score with cut off point 10 has a good diagnostic value as a screening tool for patients with typhoid fever clinical presentationKeywords :Nelwan score, typhoid fever "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Muallimah
"Demam tifoid, atau yang lebih dikenal sebagai penyakit tipes merupakan penyakit endemik di Indonesia. Diperkirakan hampir 100.000 penduduk Indonesia terjangkit demam tifoid tiap tahunnya. Salah satu langkah pencegahan penyebaran demam tifoid adalah melalui vaksinasi. Terdapat 3 jenis vaksin tifoid, yaitu TCV, vaksin polisakarida non konjugat suntik, dan vaksin oral. Sayangnya, ketiga vaksin memiliki rata-rata efektivitas < 75%. Maka dari itu, model penyebaran demam tifoid dengan intervensi vaksin dikonstruksi pada penelitian ini. Kajian analitik pada model dilakukan untuk melihat kepositifan, eksistensi dan kestabilan titik ekulibrium, dan juga bilangan reproduksi dasar dari model. Tak hanya itu, simulasi numerik dan interpretasinya dilakukan untuk melihat elastisitas dan sensitivitas R0 yang berkorelasi dengan paremeter efektivitas vaksin. Terakhir, dilakukan juga simulasi autonomous untuk melihat bagaimana perubahan setiap kelompok dalam populasi terhadap perubahan nilai parameter.

Typhoid fever is one of the endemic diseases in Indonesia. Around 100.000 Indonesians are estimated to get this disease every year. Typhoid vaccination is one of the effective strategies for preventing and controlling typhoid fever. There are 3 types of typhoid vaccines, the Typhoid Conjugate Vaccine (TCV), the unconjugated Vi Polysaccharide (ViPS), and the oral vaccine (Ty21a). The effectiveness of the three vaccines is no more than 75%. For that reason, a mathematical model of typhoid fever infection was constructed in this paper. An analytical study of the model was done to see the positivity of solutions, and the existence and stability of equilibrium points. Additionally, numerical simulation and interpretation were done to see the elasticity and sensitivity of the basic reproduction number."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library