Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizal Apriyansah
"Tulisan ini membahas mengenai identitas dan eksistensi musik Underground di Bandung pada tahun 1990 hingga 1999. Kebudayaan yang telah dirintis sejak akhir dekade 1960 di Indonesia, telah banyak mengalami penyesuaian identitas dan eksistensi terutama ketika memasuki dekade 1990. Kerusuhan yang terjadi pada konser Metallica tahun 1993 di Jakarta, berdampak kepada keberadaan musik Underground di Indonesia. Termasuk keberadaannya di kota Bandung. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui keadaan musik Underground di Bandung dalam mempertahankan identitas dan eksistensinya pada dekade 1990. Tulisan ini menggunakan metode sejarah dengan empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan telaah yang dilakukan, demi mempertahankan identitas dan eksistensinya. Komunitas musik Underground yang ada di Bandung menciptakan sebuah media yang bersifat independen dari nilai-nilai kemandirian dan anti kemapanan yang mulai diterapkan pada periode ini.

This article discussed the identity and existence of underground music in Bandung in 1990 until 1999. The culture that had been initiated since the late 1960s in Indonesia, has undergone many identity and existence adjustments, especially when entering the 1990s decade. The riots that occurred at the Metallica concert in 1993 in Jakarta, has an impact on the existence of Underground music in Indonesia. Including its presence in the city of Bandung. The purpose of this paper is to find out the state of underground music in Bandung in maintaining its identity and existence in the 1990s. It uses the historical method of the four stages: heuristics, criticism, interpretation and historiography. Based on the analysis, in order to maintain its identity and existence. The Underground music community in Bandung created a media that was independent from the values of independence and anti-establishment that began to be applied in this period."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dararima Sani
"Konser musik underground (MUG), sebagai ruang alternatif bagi individu yang menentang budaya arus utama, belum menjadi ruang aman dan bebas dari kekerasan seksual bagi perempuan. Skripsi ini bertujuan untuk memahami kontrol tubuh dan seksualitas yang dilakukan terhadap perempuan dalam konser MUG melalui kekerasan seksual oleh laki-laki. Teori yang digunakan adalah teori feminisme radikal dan carnival of crime. Data dikumpulkan dengan metode penelitian wawancara mendalam,focus group discussion, observasi partisipan, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konser MUG mempertahankan nilai patriarkis melalui superioritas laki-laki, stereotip gender, dan hegemoni maskulinitas sebagai transgresi maskulin yang memarjinalkan, mensubordinasikan, dan mengobjektifikasi perempuan. Hal tersebut menciptakan rape culture di mana kekerasan seksual oleh laki-laki menjadi alat kontrol sosial yang menanamkan rasa takut dan membebankan tanggung jawab untuk menghindari kekerasan seksual pada perempuan. Kontrol terhadap tubuh dan seksualitas perempuan tersebut menimbulkan perlukaan pada perempuan dan membangkitkan resistensi oleh perempuan. Dengan begitu, kontrol tubuh dan seksualitas yang dilakukan laki-laki melalui kekerasan seksual terhadap perempuan dalam konser MUG memengaruhi perbedaan pengalaman perempuan dalam konser MUG.

Underground music (MUG) concerts, as an alternative space for individuals who oppose mainstream culture, have not yet become safe spaces free from sexual violence for women. This thesis aims to understand the control of women's bodies and sexuality in MUG concerts through sexual violence by men. The theories used are radical feminism and the carnival of crime. Data were collected using research methods such as in-depth interviews, focus group discussions, participant observation, and literature studies. The research findings indicate that MUG concerts uphold patriarchal values through male superiority, gender stereotypes, and the hegemony of masculinity as a masculine transgression that marginalizes, subordinates, and objectifies women. This creates a rape culture where sexual violence by men becomes a tool of social control that instills fear and places the responsibility for avoiding sexual violence on women. Control over women's bodies and sexuality causes harm to women and provokes resistance from women. Thus, the control of women's bodies and sexuality by men through sexual violence at the MUG concert affects the differing experiences of women at the MUG concert.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library