Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hummel, James A.
Reading, MA: Addison-Wesley, 1965
516.3 HUM v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri Aulia
Abstrak :
Latar belakang: Filariasis bancrofti merupakan vector-borne disease yang terutama ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex quinquefasciatus dan masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penggunaan insektisida yang sering dan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan resistensi pada Cx. quinquefasciatus dan mekanisme resistensi tersebut dapat dievaluasi melalui aktivitas enzim detoksifikasi. Namun, belum ada penelitian tentang aktivitas enzim detoksifikasi pada nyamuk Cx.quinquefasciatus yang dipaparkan oleh λ-sihalotrin di Jakarta. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas larvasida λ-sihalotrin terhadap larva Cx. quinquefasciatus dan mendeskripsikan mekanisme larvasida melalui aktivitas enzim detoksifikasi. Metode: Uji bioassay dilakukan dengan memaparkan larva Cx. quinquefasciatus terhadap lima konsentrasi λ-sihalotrin (0,002; 0,015; 0,05; 0,2; 0,7 ppm). Angka mortalitas diukur setelah paparan selama 24 jam. Aktivitas enzim detoksifikasi meliputi asetilkolinesterase (AChE), glutation s-transferase (GST), dan cytochrome c-oxidase (COX) dianalisis menggunakan metode Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Hasil: Setelah paparan λ-sihalotrin selama 24 jam, angka mortalitas larva Cx. quinquefasciatus mulai dari 28,8% - 100%. Angka mortalitas 100% (125/125) ditemukan pada λ-sihalotrin dengan konsentrasi 0,7 ppm. Nilai LC50 sebesar 0,054 ppm (95% CI 0,038 – 0,068) dan LC90 sebesar 0,148 ppm (95% CI 0,117 – 0,208). Λ-sihalotrin menyebabkan peningkatan enzim AChE yang tidak signifikan, peningkatan enzim GST yang signifikan, dan penurunan enzim COX yang tidak signifikan. Kesimpulan: Λ-sihalotrin dengan konsentrasi 0,7 ppm memiliki aktivitas larvasida yang tinggi dengan mekanisme memengaruhi enzim detoksifikasi. ......Introduction: Bancrofti filariasis is a vector-borne disease transmitted by the Culex quinquefasciatus mosquito and is still a major health problem in Indonesia. Heavy and long-term use of insecticides causes the development of insecticide resistance in Cx. quinquefasciatus and the resistance mechanisms can be evaluated through detoxification enzymes. However, there has been no research on detoxifying enzymes activity in Cx. quinquefasciatus mosquitoes exposed to λ-cyhalothrin in Jakarta. Objective: This study aimed to evaluate the larvicidal activity of λ-cyhalothrin against Cx. quinquefasciatus larvae and describe the larvicidal mechanism through detoxification enzymes activity. Method: Bioassay tests were performed by exposing Cx. quinquefasciatus larvae to five concentrations of λ-cyhalothrin (0.002; 0.015; 0.05; 0.2; 0.7 ppm). The mortality rate was measured after exposure for 24 hours. The detoxification enzymes activity, including acetylcholinesterase (AChE), glutathione s-transferase (GST), and cytochrome c-oxidase (COX), were analyzed using the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) method. Result: After exposure to λ-cyhalothrin for 24 hours, the mortality rate of Cx. quinquefasciatus ranges from 28.8% - 100%. A mortality rate of 100% (125/125) was found in λ-cyhalothrin with 0,7 ppm concentration. The LC50 value was 0.054 ppm (95% CI 0.038 – 0.068) and the LC90 was 0.148 ppm (95% CI 0.117 – 0.208). Λ-cyhalothrin caused a non-significant increase in the AChE enzyme, a significant increase in the GST enzyme, and a non-significant decrease in the COX enzyme. Conclusion: Λ-cyhalothrin with a concentration of 0.7 ppm has high larvicidal activity by influencing detoxification enzymes.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This book defines gene therapy, and places lentivectors within this fascinating therapeutic strategy. Then follows a comprehensive description of the development of retroviral and lentiviral vectors and how to specifically target distinct cell types and tissues. The authors also discuss the application of lentivector gene therapy for the treatment of cancer and autoimmune diseases, ending with the application of lentivectors in human gene therapy clinical trials.
Heidelberg : Springer, 2012
e20401567
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Amah Majidah Vidyah Dini
Abstrak :
Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah kemungkinan peningkatan kejadian yang terus menerus dari vector borne disease. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian utama di banyak negara tropis. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa variasi iklim (jumlah hari hujan, lama penyinaran matahari, kelembaban) memiliki hubungan bermakna dengan insiden DBD di Kota Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara faktor iklim (suhu, curah hujan, hari hujan, lama penyinaran matahari, kelembaban, dan kecepatan angin) dengan kejadian DBD di Kabupaten Serang tahun 2007-2008. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder faktor iklim dan jumlah kasus DBD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor iklim suhu, curah hujan, hari hujan, lama penyinaran matahari, kelembaban, dan kecepatan angin dengan angka insiden DBD di Kabupaten Serang tahun 2007-2008. Hal ini disebabkan karena kurang lamanya durasi data yang diambil, kurang lengkapnya data iklim yang didapat, dan kurangnya frekuensi data insiden DBD yang diambil.

One of the impacts of climate change is the possibility of continuous increase in the incidence of vector borne disease. Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a vector-based disease that causes many deaths in tropical countries. Previous research stated that climate variation (number of rainy days, solar radiation, humidity) was significantly related to the high incidence of dengue in Bogor city. The purpose of this research is to know the description and the correlation between climatic factors (temperature, rainfall, rainy days, solar radiation, humidity and wind speed) and the incidence of DHF in Serang District in 2007-2008. The data collected include secondary data on climatic factors and the number of dengue cases. The results of this study indicate that there was no significant correlation between the climate factors (temperature, rainfall, rainy days, solar radiation, humidity, and wind speed) and the incidence rate of DHF in Serang District in 2007-2008. The reasons for this are the following: the data were not collected for a sufficiently long period of time; the obtained climate data were incomplete; and there was insufficient data on the frequency of DHF incidences taken.
Universitas Indonesia, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Filiariasis limfatik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh parasit Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Diagnosis secara mikroskopis dengan menemukan mikrofilaria dalam darah mempunyai sensitifitas yang rendah terhadap penderita infeksi ringan, kronis, maupun pada occult filariasis. PCR merupakan metode invitro untuk mengamplifikasi DNA spesifik secara enzimatik. Disimpulkan bahwa teknik amplifikasi Hha 1 dengan PCR dapat digunakan sebagai alternatif dalam diagnosis filaria Brugia maupun deteksi larva filaria Brugia dalam nyamuk vektor untuk kepentingan epidemiologi.
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pada saat ini telah dikembangkan penggunaan kelambu yang dicelup dengan insektisida sebagai suatu cara dalam penanggulangan vektor malaria. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas kelambu yang dicelup permetrin dan lamda siholotrin terhadap vektor malaria di Tipuka, Irian Jaya denagn menggunakan gubuk percobaan. Parameter yang dievaluasi adalah efek bunuh, efek iritan, dan efek halau kelambu celup permetrin dan lamba sihalotrin. Dosis permetrin yang digunakan adalah 500 mg/m2 dan lamda sihalotrin 25 mg/m2. Pengamatan dilakukan sebanyak 53 kali selama 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan kelambu celup lamda sihalotrin 25mg/m2 mempunyai efek deterent yang lebih besar dibanding kelambu celup permetrin tetapi efek bunuhnya lebih kecil dibanding kelambu celup permetrin terhadap vektor malaria di Tipuka, Irian Jaya. Efek excito-reppelent tidak berbeda antara kelambu celup permetrin dan lamda sihalotrin.
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Kasus penularan dirofilariasis pada anjing sering terjadi di berbagai tempat di Indonesia tetapi informasi tentang vektor nyamuk lokal sebagai penularnya masih minim sekali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai vektor alamiah dari segi pengamatan sistematik di lapangan, khususnya di daerah Bogor yang bersifat endemik dirofilariasis. Dalam penelitian ini tiga lokasi dipilih, yaitu sekitar kandang anjing di daerah lingkungan perkotaan (urban), pinggiran kota (semi-rural), dan daerah yang kondisi alamnya masih belum banyak berubah (natural bush-land condition). Penangkapan nyamuk dilakukan dengan perangkap cahaya, dua kali sebulan selama tujuh bulan. Nyamuk yang tertangkap dibedah dan diperiksa terhadap paritas dan infeksi larva Dirofilaria immitis. Dari 9 jenis nyamuk yang tertangkap di Taman Kencana, 4 jenis di antaranya terinfeksi oleh larva D.immitis, dan 1 jenis bersifat infektif karena mengandung larva stadium III. Di lokasi pinggiran kota (Mega Mendung) dan lokasi yang masih terawat kondisi alamnya (Gunung Putri) tidak ditemukan nyamuk yang terinfeksi. Berdasarkan indeks vektor potensial diduga bahwa Culex quinquefasciatus adalah vektor utama, Culex tritaeniorhynchus vektor sekunder, dan Armigeres subalbatus serta Culex fuscocephalus adalah vektor-vektor yang bersifat minor.
MPARIN 12 (1-2) 1999
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
London: British Museum Press, 1973
638 INS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Ismail Gani
Abstrak :
Penyakit tular vektor merupakan masalah kesehatan masyarakat, diantaranya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus serta filariasis yang ditularkan Culex quinquefasciatus. Pemberantasan penyakit tersebut dilakukan dengan memberantas vektornya terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dewasa ini pemberantasan vektor diupayakan dengan pemberantasan biologik antara lain dengan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti terhadap Ae.albopictus dan Cx.quinquefasciatus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae.albopictus dan Cx.quinquefasciatus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiber glass, keramik, dan semen yang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dan berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Selanjutnya dilihat perkembangan pada minggu-minggu berikutnya dan penelitian ini dihentikan sampai jumlah larva yang mati <70%. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae.albopictus di ketiga bak adalah dua minggu sedangkan terhadap Cx. quinquefasciatus di bak semen dan keramik adalah satu minggu, dan di bak fiber glass dua minggu. Pada uji McNemar didapatkan p <0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti terhadap Ae. albopictus lebih lama dibandingkan Cx. quinquefasciatus. Vector borne diseases is a public health problem, such as dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus and filariasis transmitted by Culex quinquefasciatus. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today?s control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). This study aims to determine residual effect of Bti against Ae. albopictus and Cx. quinquefasciatus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae Ae. albopictus and Cx. quinquefasciatus from laboratory colonies introduced into containers of fiber glass, ceramics, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then counted the number of dead larvae. After that, the progress of the study seen in the following weeks and the study was stopped until the number of larvae that died <70%. As control 100 larvae introduced to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. albopictus larvae in the three containers is two weeks whereas against Cx. quinquefasciatus in the containers of cement and ceramic is one week, and in the fiber glass is two weeks. McNemar test showed p <0,05, which means there is significant difference. It was concluded that residual effect of Bti against Ae. albopictus is longer than Cx. quinquefasciatus.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Service, Mike
Abstrak :
Arthropod vectors of human infections, such as malaria, filariasis, West Nile virus, Lyme disease and typhus, are a continuing threat to human health. Medical Entomology for Students provides basic information on the recognition, biology, ecology, and medical importance of the arthropods that affect human health. The fourth edition of this popular textbook is completely updated, and now incorporates the latest strategies for controlling insects, ticks and mites. Extensive illustrations, with new colour photographs of some of the most important vectors and pests, will assist readers in recognizing arthropods such as mosquitoes, flies, and myiasis causing larvae. With a clear presentation and concise style, this text is specifically aimed at students of medical entomology, tropical medicine, parasitology, and pest control. It will also be essential reading for physicians, nurses, health officials, and community health workers
United Kingdom: Cambridge University Press, 2008
e20528228
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>