Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Rahmadhani
Abstrak :
Azolla sp. dikenal berperan sebagai pupuk hijau ramah lingkungan karena mengandung nitrogen. Kandungan nitrogen pada Azolla sp. berasal dari simbiosisnya dengan Anabaena azollae, cyanobacteria pengikat nitrogen. Saat ini belum banyak penelitian mengenai pengaruh pengaplikasian Azolla dalam bentuk segar ke tumbuhan yang ditanam di sistem hidroponik. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan Azolla sp. segar terhadap pertumbuhan vegetatif pakcoy pada sistem hidroponik sistem sumbu dan untuk menganalisis potensi Azolla sp. segar dalam mengurangi pemakaian pupuk AB Mix. Penelitian dilakukan menggunakan sistem hidroponik sumbu dan menggunakan rancangan acak berblok (RAB) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan. Kelima perlakuan tersebut adalah full AB Mix (P1), pupuk half AB Mix (P2), pupuk half AB Mix + 20 g Azolla sp. (P3), pupuk half AB Mix + 40 g Azolla sp. (P4), dan 40 g Azolla sp. (P5). Berdasarkan hasil uji lanjut Dunn (P<0,05), tumbuhan pakcoy pada perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P4 pada parameter jumlah daun, lebar kanopi, berat basah, serta berat kering. Sementara itu, tumbuhan pakcoy pada perlakuan P1 berbeda nyata dengan perlakuan P4 dalam hal kandungan klorofil total. Kombinasi Azolla sp. segar 40 g dan AB Mix 50% pada volume larutan nutrisi 2,5 L dapat mendukung pertumbuhan vegetatif pakcoy dalam hal jumlah daun, lebar kanopi, berat basah, dan berat kering. Penggunaan Azolla sp. segar 40 g tanpa penambahan pupuk AB Mix pada volume larutan nutrisi 2,5 L dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia, namun tidak dapat berperan sebagai sumber nitrogen tunggal bagi tumbuhan. ......Azolla sp. is known as an environmentally friendly green manure because it contains nitrogen. Nitrogen content in Azolla sp. is derived from its symbiosis with Anabaena azollae, nitrogen-fixing cyanobacteria. There is not much research on applying Azolla in its fresh form to plants grown in hydroponic systems. The research aimed to analyse the effect of the addition of Azolla sp. fresh on the vegetative growth of Bok choy on the axis hydroponic system and to analyse the potential of Azolla sp. fresh in reducing the use of AB Mix fertilizer. The study was conducted using a hydroponic axis system and a randomized block design (RAB) consisting of 5 treatments and 5 replications. The five treatments were complete AB Mix (P1), half AB Mix (P2) fertilizer, half AB Mix fertilizer + 20 g of Azolla sp. (P3), half AB Mix fertilizer + 40 g of Azolla sp. (P4), and 40 g of Azolla sp. (P5). Based on Dunn's test results (P<0.05), Bok choy plants in treatment P1 were not significantly different from treatment P4 in the number of leaves, canopy width, fresh weight, and dry weight. Meanwhile, Bok choy plants in treatment P1 significantly differed from treatment P4 in total chlorophyll content. The combination of a 40 g fresh Azolla sp. and AB Mix 50% at a volume of 2.5 L nutrient solution can support the vegetative growth of Bok choy in the number of leaves, canopy width, fresh weight, and dry weight. A fresh 40 g Azolla sp. fertilizer without adding AB Mix fertilizer at a volume of 2.5 L of the nutrient solution can be used to reduce chemical fertilizers but cannot act as a sole nitrogen source for plants.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Anggraeni
Abstrak :
Underutilized Fruit Trees (UFTs) berhasil diidentifikasi, dimanfaatkan, dan dilestarikan oleh kelompok masyarakat hukum adat yang tinggal di Kampung Urug, Jawa Barat. Pada awal tahun 2020, Kampung Urug dilanda banjir dan tanah longsor yang menyebabkan lokasi tempat tumbuh UFTs rusak. Upaya sistematis dan terintegrasi untuk meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim perlu dilakukan. Peningkatan ketahanan terhadap perubahan iklim dapat dilakukan dengan mendokumentasikan pengetahuan lokal masyarakat hukum adat dalam membudidayakan UFTs dan meminimalisir dampak perubahan iklim serta pendekatan lintas sektoral di tingkat lokal melalui analisis vegetasi dan analisis perubahan kerapatan vegetasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan teknik budidaya UFTs, lokasi tempat tumbuh UFTs, menganalisis kerapatan vegetasi tempat UFTs ditemukan, mendokumentasikan pengetahuan lokal masyarakat hukum adat dalam menghadapi perubahan iklim, menganalisis perubahan kerapatan vegetasi selama 10 tahun, menganalisis struktur dan komposisi vegetasi di Kampung Urug. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kombinasi. Pengumpulan data dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan 16 orang, wawancara mendalam dengan 19 orang, dan observasi lapangan. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa teknik budidaya UFTs yang dilakukan oleh masyarakat hukum adat di Kampung Urug adalah pemilihan bibit (pilihan bibit tatangkalan), penyiapan lahan (nyiapkeun taneuh), penanaman tanaman (melak tatangkalan), perawatan tanaman (ngurus tatangkalan), dan pemanenan (panen). Sebanyak 53 UFTs yang berasal dari 13 spesies ditemukan di 24 placemark yang berbeda. Sebanyak 62% UFTs ditemukan di lokasi dengan indeks vegetasi sedang dan 38% UFTs ditemukan di lokasi dengan indeks vegetasi rendah. Masyarakat hukum adat mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan musim. Salah satu gejala adanya perubahan iklim adalah terdengarnya suara Presbytis comata yang tinggal di Gunung Pongkor. Pada daerah bervegetasi sangat tinggi terjadi penurunan luas kerapatan vegetasi sebesar 94%. Pada daerah bervegetasi rendah, bervegetasi sedang, dan bervegetasi tinggi terjadi peningkatan luas kerapatan vegetasi, secara berurutan sebesar 1%, 34%, dan 59%. Schima wallichii memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi (41,84%), diikuti oleh Mangifera kemanga (18,77%) dan Sandoricum koetjape (14,75%). Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan program konservasi keanekaragaman hayati. ......Underutilized Fruit Trees (UFTs) have been identified, utilized, and preserved by indigenous people living in Urug Village. However, Urug Village hit by flooding and landslides in early 2020, damaging the location where UFT grew.  Therefore, a systematic and integrated effort is needed to increase resilience to climate change. Increasing resilience to climate change can be conducted by documenting local knowledge of indigenous peoples in cultivating UFTs and minimizing the impact of climate change, also a cross-sectoral approach at the local level through the analysis of vegetation and analysis of changes in vegetation density. This study aims to determine UFTs cultivation techniques, locations where UFTs grow, vegetation density where UFTs are found, find out local knowledge of indigenous peoples in dealing with climate change, changes in vegetation density over 10 years, structure and composition of vegetation in Urug Village. This research was conducted using a combination research method where data collection was carried out through Focus Group Discussions (FGD) with 16 people, in-depth interviews with 19 people, and field observations. Based on this research, the UFTs cultivation techniques carried out by the indigenous people in Urug Village are the selection of seeds (pilihan bibit tatangkalan), land preparation (nyiapkeun taneuh), planting (melak tatangkalan), caring (ngurus tatangkalan), and harvest (panen). A total of 53 UFTs from 13 species  found in 24 different placemarks. A total of 62% of UFTs were found in locations with medium vegetation index and 38% of UFTs were found in locations with low vegetation index. Indigenous peoples define climate change as a change in season. One of the symptoms of climate change is the sound of Presbytis comata who lives on Mount Pongkor (2) There is a decrease of vegetation density by 94% in the area with very high vegetation. There is an increase of vegetation density in the area with low, moderate, dan high vegetation density by 1%, 34%, dan 59%, respectively (3) Schima wallichii) has the highest Importance Value Index (41.84%), followed by Mangifera kemanga(18.77%), and Sandoricum koetjape (14.75%). The results of this research can be used as a basis for biodiversity conservation programs.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharfina Ishmah
Abstrak :
Anggrek merpati Dendrobium crumenatum merupakan anggrek yang tersebar luas di Asia Tenggara dan memiliki nilai sebagai tanaman hias dan tanaman obat. Spesies ini dapat beradaptasi pada berbagai habitat, salah satunya habitat terang hingga ternaung. Intensitas cahaya diketahui memiliki pengaruh terhadap perkembangan tumbuhan. Informasi mengenai pengaruh intensitas cahaya pada anatomi Dendrobium crumenatum masih terbatas, penelitian ini ditujukan untuk membandingkan karakter anggrek yang tumbuh di habitat terang dan ternaung. Habitat terang dan ternaung ditentukan dengan membandingkan intensitas cahaya menggunakan lux meter. Organ vegetatif berupa daun, akar, dan pseudobulb diambil dari anggrek yang tumbuh di habitat tersebut. Sampel disayat, diwarnai dan diawetkan, lalu diamati di bawah mikroskop cahaya. Hasil parameter kualitatif dideskripsikan, sementara parameter kuantitatif dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas cahaya memiliki pengaruh pada karakter morfologi dan anatomi D. crumenatum. Perbedaan anatomi pada daun yaitu ketebalan daun, ketebalan kutikula, ketebalan mesofil, ketebalan epidermis adaksial, dan kerapatan stomata abaksial. Ditemukan karakter anatomi berupa trikoma sumur pada daun. Ketebalan kutikula dan epidermis yang berbeda signifikan teramati pada pseudobulb Tidak didapat perbedaan anatomi bernilai signifikan pada akar. Dapat disimpulkan bahwa intensitas cahaya lebih memengaruhi karakter anatomi daun. Studi eksperimental serta penggunaan spesies lain sebagai pembanding disarankan untuk penelitian lanjutan.
Pigeon orchid Dendrobium crumenatum is commonly found in South East Asia, with values as ornamental and medicinal plant. This species adapts in broad habitat ranges, such as sunny to shaded habitats. Light intensity is known to influences plant development. There are limited informations of how light intensity affect D crumenatums anatomy, this research is aimed to compare the anatomy of D. crumenatum from sunny and shaded habitats. Habitat types determined by comparing light intensities using lux meter. The vegetative organs including leaf, pseudobulb and root were sampled. Samples were cut, stained and preserved, then observed using light microscope. Observed qualitative parameters were described, quantitative parameters were analyzed using unpaired t-test. This research shows that light intensity affected morphology and anatomy of D. crumenatum. Anatomical difference with statistical significance in leaves are leaf thickness, cuticle thickness, adaxial epidermis thickness, mesophyll thickness, and frequency of abaxial stomata. Noteworthy feature of the leaf includes sunken trichomes. Different cuticle and epidermis thickness were observed in the pseudobulb. There was no significant anatomical differences with in the root. It can be concluded in D. crumenatum, light intensity affects leaf anatomy the most. Experimental research and study regarding other species are suggested in the future
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library