Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Ariyani
Abstrak :
Perubahan iklim merupakan isu yang sedang dihadapi oleh masyarakat global, yang dipengaruhi oleh variabilitas curah hujan dan suhu udara. Penelitian ini di lakukan di wilayah sungai Nasal-Padang Guci, dengan menganalisa trendline curah hujan dan suhu udara, selama kurun waktu 1910-2010, sehingga diketahui pengaruhnya terhadap neraca air. Penelitian ini menggunakan metode Mann Kendall Test untuk mengetahui kecendrungan trendline nya, serta metode Neraca Surplus Defisit untuk menganalisa neraca airnya. Dari hasil analisa didapatkan bahwa suhu rata-rata bulanan naik sebesar 0,80C selama 54 tahun, sedangkan kenaikan curah hujan pada tahun 1910-1978 sebesar 20 mm/69 tahun, dan meningkat selama tahun 1979-2010 sebesar 125 mm/30 tahun. Kenaikan curah hujan dan suhu udara mempengaruhi ketersediaan dan kebutuhan air di WS Nasal-Padang Guci, dalam hal ini ketersediaan air dipengaruhi oleh curah hujan dan evapotranspirasi yang merupakan fungsi dari suhu, sedangkan kebutuhan airnya dipengaruhi oleh tataguna lahan dan jumlah penduduk. Dari perhitungan neraca air diketahui bahwa ketersediaan air sungai pada tahun 2030 lebih kecil dibandingkan dengan 2010, hal ini disebabkan karena pengaruh peningkatan suhu udara, sehingga nilai evaporasinya semakin besar. Ketersediaan air pada tahun 2010 sebesar 3358,4 juta m3/tahun, sedangkan kebutuhan air untuk irigasi 669 juta m3/tahun (20%), RKI (rumah tangga, perkotaan dan industri) sebesar 87,2 juta m3/tahun (3%), dan sisanya 2602,2 juta m3/tahun (77%), tidak dapat dimanfaatkan. Ketersediaan air pada tahun 2030 menurun dibandingkan dengan 2010 yaitu sebesar 2498,9 juta m3/tahun, untuk irigasi sebesar 1133,7 juta m3/tahun (45%), RKI sebesar 136,5 juta m3/tahun (4%), sedangkan sisanya 1228,8 juta m3/tahun (51%) tidak dapat dimanfaatkan. Pada tahun 2010 air masih bisa mencukupi kebutuhannya dan terjadi defisit pada tahun 2030, yaitu pada bulan Agustus dan September, sehingga diperlukan bantuan waduk untuk menyimpan air pada saat surplus, yang nantinya bisa digunakan kembali pada saat defisit. ...... Climate change is a global issue that is currently being faced by the global comunity, which is strongly influenced by precipitation and air temperature variability. The research examines the increase rainfall and air temperature, during the period 1910-2010 in the Nasal-Padang Guci River Area, and its influences on water balance. The study uses Mann Kendall Test to determine the trend line of precipitation and air temperature, The methode used water surplus and defisit to analyze water balance. The temperature rise of 0,80 C/54 years on the average. Rainfall in the year 1910-1978 increase by 20 mm/69 years, this is considered reasonable, and does not have any significant effect. However increases significantly in the year 1979-2010 it amounted to 125 mm/30 years. The increase of precipitation and air temperature variability affects water availability and water demand, in the Nasal-Padang Guci river area, in this case water availability is affected by rainfall and evapotranspiration which is a function of temperature, while the water demand is influenced by land use and population. From the water balance calculation the water availability in 2030 is less than 2010, this was due to the effect of increasing air temperature increases, because increase of evaporation rate. Water Aviability in the year 2010 amounted to 3358.4 million m3 / year, while the water demand for irrigation is 669 million m3 / year (20%), household, urban and industrial amounted to 87.2 million m3 / year (3%), and 2602.2 million m3 / year (77%), can not be used. Water Aviability in 2030 decreased compared to 2010 amounted to 2498.9 million m3 / year, for irrigation amounted to 1133.7 million m3 / year (45%), household, urban and industrial at 136.5 million m3 / year (4%), and 1228.8 million m3 / year (51%) con not be used. By 2010 the water was still meet the demand while by 2030, there will be a deficit in the month of August and September, so that is the necessary support from reservoirs to store water surplus, which will be used during the defisit period.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titiek Ujianti Karunia
Abstrak :
Neraca air baku DKI Jakarta terdiri dari kebutuhan dan ketersedian air baku yang ada di DKI Jakarta. Jumlah penduduk yang semakin bertambah dan perubahan tata guna lahan hingga tahun 2030 menyebabkan kebutuhan air bertambah setiap tahunnya. Strategi potensi sungai Cisadane dan Citarum, panen hujan dan reverse osmosis menjadi sumber daya alternatif untuk menambah ketersediaan air baku. Jumlah defisit air baku setelah diaplikasikannya strategi ini berkurang 37.3% dari tahun 2010 sebesar 9661.536 l/det menjadi 3604.931 l/det pada tahun 2030. Untuk menghilangkan defisit air baku diperlukan tambahan altenatif sumber daya air lainnya berupa Waduk Ciawi dan IPA Buaran III ......DKI Jakarta water balance consists of the demaind and supply water in DKI Jakarta. Number of gowing population and the changes in landuse through 2030 led the demaind of water grow every year. Strategy of potential Cisadane and Citarum river; rain harvesting; and reverse osmosis are the alternative to increase the supply of water. The amount of water deficit after this strategy apllied was reduced 37.3% from 2010 amounted 9661.536 l/s to 3604.931 l/s in 2030. To eliminate the deficit of water required additional alternative from other water resources such as Ciawi reservoir and IPA Buaran III
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Hendransen S.
Abstrak :
Salah satu dampak yang timbul akibat populasi yang cepat pada suatu wilayah adalah keterse
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paris: Unesco, 1978
R 553.7 WOR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Giska Pramesti
Abstrak :
Kebakaran lahan gambut di Indonesia masih memiliki tingkat kerawanan yang cukup tinggi untuk terjadi. Hal ini membuat Badan Restorasi Gambut membuat teknik pencegahan dan pengendalian bahaya kebakaran. Salah satunya adalah dengan memperhatikan penataan air dalam metode rewetting yang bertujuan untuk menjaga dan mengembalikan kelembapan lahan gambut. Metode rewetting ini menjadi dasar dari penerapan teknik canal blocking yang digunakan di beberapa lahan gambut, contohnya pada Kesatuan Hidrologi Gambut Sungai Buluh Besar. Studi kasus ini dilakukan guna menganalisis dampak dari lahan gambut yang mengalami kekeringan dan pengaruh gambut yang menggunakan metode rewetting dalam penyebaran titik api. Lahan gambut yang mengalami defisit air ternyata meningkatkan laju perambatan dari pembakaran membara dan berpotensi meningkatkan sifat hidrofobik yang dimiliki gambut. Hal ini harus dicegah dengan penjagaan tinggi muka air lahan gambut yang tidak boleh berada di bawah 0.4 m dari permukaan gambut sesuai dengan keputusan Kementerian Lingkungan Hidup KLHK No.16 Tahun 2017. Berdasarkan keputusan tersebut, maka Badan Restorasi Gambut bekerjasama dengan masyarakat setempat melakukan pengambilan data terkait penyekatan di KHG Sungai Buluh Besar. Setelah peneliti melakukan pengolahan data yang diambil dari dokumen Rencana Tindakan Tahunan Restorasi Gambut 2018 dan halaman situs sipalaga.brg.co.id, maka didapatkan nilai keandalan penjagaan tinggi muka air di lahan gambut dengan penyekatan adalah sebesar 95.83%. Ini membuat nilai neraca air per tahunnya mengalami surplus dengan asumsi kelebihan volume air di musim hujan ditampung pada kolam penampung. Fluktuasi nilai neraca air yang dihasilkan per tahunnya dikaitkan dengan penemuan hotspot di sekitar lahan gambut tersebut. Dari data data yang didapatkan menunjukkan bahwa semakin banyak neraca air yang dihasilkan maka semakin sedikit jumlah hotspot yang ditemukan.
Peatland fires in Indonesia still have a high level of vulnerability to occur. This incident made the Peat Restoration Institution make a fire prevention method. One of that is to pay attention to water arrangement in the rewetting method that aims to maintain and restore peatland moisture. This rewetting method forms the basis of the application of canal blocking technique used in several peatlands, such as in the Buluh Besar Peat Hydrology Unit. This case study was conducted to analyze the impact of peatlands experiencing drought and the effect of peat using rewetting methods in spreading hotspots. Peatlands that experience a water deficit increase the propagation rate of smoldering combustion and have the potential to improve the hydrophobic nature of peat. This fact must be prevented by maintaining the peatland water level that must not be below 0.4 m from peat surface based on the decision of the Ministry of Environment (KLHK) No.16 of 2017. Based on this decision, the Peat Restoration Agency, in collaboration with the local community, collected data related to the canal blocking in KHG Sungai Buluh Besar. After the researchers conducted data processing taken from the 2018 Peatland Restoration Annual Action Plan document and sipalaga.brg.co.id, the reliability value of water level guarding in peatlands with canal blocking is 95.83%. It makes the annual water balance value surplus with the assumption that the excess volume of water in the rainy season is accommodated in the reservoir. Fluctuations in the value of the water balance produced annually are associated with the discovery of hotspots around the peatlands. From the data obtained shows that the more water balance produced, the less number of hotspots found.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gisda Pratika Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Berdasarkan data hasil pemantauan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok tahun 2015, kualitas air lindi pada inlet dan outlet di pengolahan air lindi TPA Cipayung menunjukkan bahwa COD dan BOD merupakan memiliki konsentrasi efluennya sangat tinggi sehingga membutuhkan pengolahan. Salah satu pengolahan air lindi secara biologis adalah filter terendam dengan memanfaatkan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penghilangan dengan media sarang tawon dan EM4 dalam mereduksi kadar COD dan BOD pada air lindi TPA Cipayung. Penelitian ini dilakukan secara anaerobik dengan variasi HRT 3, 5, dan 7 hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase penghilangan kadar COD pada HRT 3 hari berkisar 45,5―52,3%, HRT 5 hari berkisar 55,5―61%, dan HRT 7 hari berkisar 68,6―73,2%. Sedangkan, untuk parameter BOD menghasilkan efisiensi sebesar 60,3―63% pada HRT 3 hari, HRT 5 hari berkisar 72,5―74,6%, dan HRT 7 hari berkisar 77―80,8%. Penggunaan EM4 terbukti mampu mempercepat pembentukan
ABSTRACT
Based on data of monitoring result by Depok Agency for Hygiene and Landscape Gardening in 2015, leachate quality at the inlet and outlet in TPA Cipayung?s leachate treatment showed that the content of COD and BOD are the parameters that have high concentration of effluent, so they need a treatment. One of biological treatment for leachate is submerged filter by utilizing bacterial. This research aims to know the removal efficiency with honeycomb medium and EM4 in reducing COD and BOD in TPA Cipayung?s leachate treatment. This research used anaerobic process with the HRT variations 3, 5, and 7 days. The result of this research showed that COD removal at 3 days HRT were 45,5―52,3%, 5 days HRT were 55,5―61%, and 7 days HRT were 68,6―73,2%. While the BOD efficiency removal were 60―63% in 3 days HRT, 5 days HRT were 72,5―74,6%, and 7 days HRT were 77―80,8%. Using EM4 can generate the formation of biofilm which increases the removal efficiency of COD and BOD.;
2016
S65567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library