Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Berat badan anak usia sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kebiasaan jajan saat di sekolah. Dengan jajan di sekolah akan mengurangi nafsu makan pada saat makan yang pada akhirnya akan mempengaruhi berat badan anak. Bertolak dari fenomena tersebut, untuk melihat hubungan antara keduanya maka dilakukan penelitian yang dilaksanankan di SDN 02 Petang Pegangsaan Kecamatan Menteng Jakarta dengan 28 responden menggunakan metode deskriptif sederhana dengan uji statistik Chi square fisher exact dengan P= 0.409 dan α = 5%. Dari 17 responden yang selalu jajan didapatkan 13 responclen (76,5%) mempunyai berat badan kurang dari normal dan 11 responden yang jarang jajan terdapat 6 responden (54,5%) mempunyai berat badan kurang dari normal. Penelitian tersebut tidak memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi berat badan anak. Dari hasil analisis di dapatkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kebiasaan jajan dengan berat badan pada anak usia sekolah."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5144
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Masa balita merupakan masa penting dalam pertumbuhan, karena sebagian besar sistem fisiologis matur pada masa itu (Wong,2001 ). Salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi maturitas sistem fisiologis adalah gizi. Pemerintah, dalam hal ini Depkes memantau gizi balita dengan mengadakan program Posyandu yang dikelola oleh kader dan masyarakat di bawah binaan tenaga kesehatan di Puskesmas. Beberapa usaha yang dilakukan di Posyandu antara lain adalah pemberian penyuluhan serta penyaluran makanan tambaban yang merupakan bantuan dari berbagai pihak. Kader juga merujuk balita yang status gizinya buruk ke Puskesmas untuk diberikan tindakan lebih lanjut. Bila ibu dengan teratur melakukan kunjungan ke posyandu, maka makin banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan anak. Selain itu, ibu juga akan mendapat makanan tbahan untuk memenuhi kebutulan gizi balita sehingga dapat meningkatkan gizi balita yang ditandai dengan meningkatnya berat badan (BB) balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara frekuensi kunjungan ke Posyandu dengan peningkatan BB balita Kelurahan Kayumanis, Jakarta Timur. Responden diambil dengan metode total sampling sejumlah 38 orang dan menggunakan desain korelasi dengan Pearson chi square dan Pearson corelation. Kondisi demografi ibu balita menunjukkan 92.1% ibu balita berusia dewasa awal yaitu 19-44 tahun dengan pendidikan SLTA sebanyak 47.4%. Status pekerjaan terbanyak ibu rumah tangga yaitu 81.6%, serta penghasilan keluarga kurang dari UMR Rp.625.000, bulan) sebanyak 57.9%. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara frekuensi kunjungan ke Posyandu dengan peningkatan BB balita yang berstatus BGM, dengan p>0.05, dan r-0.103. Peneliti merekomendasikan untuk melakukan kembali penelitian lebih lanjut mengenai faktor faktor lain yang mempengaruhi peningkatan BB balita."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5168
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Status gizi balita pada dasarnya merupakan keadaan sehat sebagai pencerminan konsumsi pangan serta penggunaannya oleh tubuh. Kurang gizi merupakan asupan nutrisi yang tidak adekuat bagi sel tubuh, hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai factor yang komplek, diantaranya kelainan fisik, pengaruh Iingkungan social budaya, perekonomian dan pengetahuan. Pengaruh tingkat pengetahuan individu tenitama ibu cukup tinggi kontribusinya dalam pemberian pelayaitan kesehatan balita yaitu dalam pemberian asupan makan. Apabila ada keterbatasan persepsi dan motivasi yang merupakan dampak dari kurangiya pengetahuan, akan membentuk tingkah laku dalam penyediaan asupan makanan tidak adekuat, jika hal ini berkelanjutan maka akan terjadi masalah status kekurangan gizi balita berupa kekurangan kebutuhan energi, kebutuhan tumbuh dan kembang yang dapat dilihat penyimpangan standar pertumbuhannya pada KMS. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kebutuhan nutrisi balita dengan peningkatan berat badan balitanya yang mengalami kurang gizi selama mengikuti program di Klinik Balita Sehat yang diantaranya kegiatan pemberian makanan tambahan dan penyuluhan. Penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden di Klinik Balita Sehat. Pengetahuan yang digunakan peneliti terdiri 17 pertanyaan kebutuhan nutrisi balita yaitu tentang jumlah ibu yang pernah menerima penyuluhan nutrisi balita, ASI ekslusif, usia bayi hanya diberi ASI dan yang sudah diberi makan selain AS!, komposisi makanan pokok pada balita, fungsi karbohidrat, sumber karbohidrat, fungsi protein, sumber protein pada makanan, fungal vitamin A bagi tubuh manusia, sumber vitamin A, proritas ibu memberikan menu makan keluarga, frekuensi makan pokok balita, perlu atau tidaknya balita diberikan makan tambahan, frekuensi makan tambahan, cara ibu memberikan makan bila balita sulit makan, kesadaran ibu terhadap adanya masalah pertumbuhan pada balitanya. Dan hasil penelitian ditemukan bahwa secara umum tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan nutrisi pada ibu dengan peningkatan berat badan balita yang mengalami kurang gizi, namun pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang berarti antara pengetahuan ibu tentang cara ibu memodifikasi pemberian makan apabila balita sulit makan dengan peningkatan berat badan balitanya, sehingga menurut peneliti pengetahuan ini sangat penting diberikan kepada ibu balita agar tercapainya peningkatan berat badan yang diharapakan pada balita kurang gizi."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5194
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adiba Fajrina
"Skripsi ini membahas pertambahan berat badan selama hamil dan faktor lainnya dengan berat badan lahir. Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional dan jumlah sampel 116 orang. Tempat penelitian di Rumah Bersalin Lestari, Ciampea, Bogor tahun 2010-2011. Data karakteristik ibu (umur, pendidikan, paritas, urutan kehamilan dan riwayat keguguran), data pemeriksaan kehamilan (kunjungan, pertambahan berat badan selama hamil, berat badan ibu sebelum hamil, tekanan darah sistole, urutan kelahiran, dan riwayat kehamilan), dan data kelahiran bayi (berat badan). Analisa hubungan menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi pertambahan berat badan sebanyak 87,2%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pertambahan berat badan ibu selama hamil dengan berat bayi lahir dan pendidikan ibu dengan berat bayi lahir. Namun, tidak mendapat hubungan yang bermakna antara umur, paritas, berat badan sebelum hamil, tekanan darah sistole, urutan kehamilan, dan riwayat keguguran dengan berat bayi lahir.

This paper discusses about weight gain during pregnancy and the other factors of birth weight. Quantitative research with cross sectional design and 116 respondent in sample size. Research at the Lestari maternity hospital, Ciampea, Bogor from 2010 to 2011. Maternal data characteristics (age, education, parity, order of pregnancy and a history of miscarriage), prenatal data (visits, weight gain during pregnancy, maternal weight before pregnancy, systolic blood pressure, birth order, and history of pregnancy), and birth data infants (body weight). Analysis of this relationship using the chi square test.
The results showed that the prevalence of weight gain is 87.2%. The results of statistical tests showed there are a significant association between maternal weight gain during pregnancy and maternal education with birth weight. However, do not have a significant relevance between age, parity, weight before pregnancy, systolic blood pressure, pregnancy order, and a history of miscarriage with birth weight.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Marlia Dewi
"Kurang energi kronis pada ibu hamil dapat menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia yang akan dilahirkan. Keadaan ini bisa meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan juga meningkatkan risiko kematian ibu. Angka kematian ibu, angka kematian bayi dan prevalensi lbu hamil berisiko KEK di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan hal tersebut, tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari perbedaan ukuran lingkar lengan atas (LILA) pada ibu hamil menurut karakteristik demografi, sosial ekonomi dan akses ke tempat pelayanan kesehatan berdasarkan dala Riskesdas dan Susenas 2007. Ibu hamil dikatakan berisiko KEK bila berukuran lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 em. Sa,pel penelitian sebanyak 6.868 ibu hamil yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun metode analisis yang digunakan terdiri dari analisis deskriptif dan analisis regresi logistik biner. Berdasarkan deskriptif odds ratio, disimpulkan bahwa semua variabel bebas kecuali variabel umur dan jwnlah anak yang dilahirkan mempunyai kecenderungan berisiko KEK searah dengan arah hipotesis. Setelah dilakukan pengujian secara statistik d3lam analisis inferensial, diperoleh bahwa pengeluaran makanan dan kesehatan sebagai dua faktor yang dipandang mernpunyai pengaruh seeara langsung terhadap risiko KEK pada ibu hamil, ternyata temuan penelitian menunjukkan hanya faktor kesehatan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ukuran LILA ibu harnil. Pada faktor klasifikasi, dari dua faktor yang mewakili karakteristik demografi menunjukkan bahwa hanya umur yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap risiko KEK pada ibu hamil. Ibu hamil berumur kurang dari 20 tahun dinyatakan berisiko KEK lebih tinggi dibandingkan ibu harnil berumnr 20-34 tahun. Semua fuktor yang mewakili karakterisik sosial ekonomi selain daerah tempat tinggal, mempunyai pangaruh yang signifikan terhadap risiko KEK pada ibn hamil dan searah dengan hipotesis penelitian. Ibu hamil yang berpendidikan rendah dan menengah, ibu hamil dengan pendapatan perkapita rata sampel dan ibu hamil yang mempunyai lingkungan rumah tangga kurang baik berasosiasi positif lerhadap ukuran LILA ibu hamil. Daerah lempat tinggal juga rnempunyai pengaruh terhadap risiko KEK pada ibu hamil, tetapi besaran dan arab pengaruhnya tidak dapat diuji karena tidak memenuhi persyaratan analisis. Akses ke tempat pelayanan kesehatan juga merupakan faktor yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap risiko KEK pada ibu hamiL lbu hamil yang dapat menjangkau tempat pelayanan kesehatan lebih mudah mempunyai keeenderungan berisiko KEK lebih rendah dibandingkan ibu hamil yang sulit untuk menjangkau tempat pelayanan kesehatan.

Chronic Energy Deficiency (CED) in pregnancy reduce the quality of human resources. It is high risk having low birth weight babies and a high risk of maternal mortality and sickness. Reported in The Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2002, maternal mortality rate in Indonesia still in high level The purpose of this research were to investigate the influence of demographic factors (age and parity). social economic factors (education, per capita expenditure, place of residence and household environment) and access to health set"vice center factors (distance, time and public transport facility to health service center} toward mid upper ann circumverenee of pregnant woman. Pregnant woman is having risk chronic energy deficiency (CED) ifMUAC <23,5 em. In this research, food expenditure over total expenditure and health were considered as the most important factors affecting mid upper arm circurnverencc (MUAC) beside other factors such as age, parity, education, per capita expenditure, place of residence, household environment and access to health service center. The data used in this research was Basic Health Research and National Socio Economic women. Descriptive analysis and logistic regression were used to examine the association. Result of the analysis showed that health had positive effect to MUAC on pregnant women, while food expenditure over total expenditure did not have significant effect to MUAC on pregnant women. Risk chronic energy deficiency were high among those pregnant women who were under 20 years of age, low level of education, bad household environment and have difficult aceess to health service center. Place of recidence also have effect to MUAC on pregnant women but ignorable of its direction. Age have strongest effect to MUAC on pregnant women. Base on that analisis. the effort to overcome the CED in pregnancy should be preventive measure before getting pregnant or even before marriage."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T20974
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Lidya
"Tesis ini untuk mengtahui hubungan penambahan brat badan hamil (PBBH) dengan kejadian BBLR di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat pada tahun 2008. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain kohort retrospektifif. Hasil penelitian menyarankan ibu hamil perlu dianjurkan untuk meningkatkan asupan makanan selama hamil agar PBBH memenuhi rekomendasi. Perlu juga pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil kurang energi kronis (PMT-Bumil KEK). Ibu hamil perlu secara intensif dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai ketentuan pelayanan antenatal yang direkomendasikan Depkes RI. Follow-up PBBH ibu terutama pada pertengahan dan akhir kehamilan yang merupakan waktu yang kritikal untuk mengidentifikasi resiko teljadinya BBLR.

The focus of this study is to know relation of pregnancy weight gain and low birth-weight in Kembangan District Community Health Center Jakarta Barat on 2008. This research is an analytic study that use cohort retrospective design. The data were collected by secondary data. The researcher suggest that pregnant women should have adequate dietary intake and a standard prenatal care. For pregnant women with chronic energy deficiency (CED) need supplement dietary intake. Pregnancy weight gain at secondary and third trimester was a critical period to identification of low birth-weight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T33072
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Kadek Anggi Mahendra Putri
"ABSTRAK
Weight cycling merupakan suatu siklus berulang dari penurunan berat badan yang disengaja melalui diet yang diikuti oleh peningkatan berat badan kembali yang tidak disengaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi weight cycling berdasarkan keseimbangan asupan makro saat diet, frekuensi makan, dukungan sosial, aktivitas olahraga, dan tingkat stres pada model di tiga agency model terpilih di Denpasar, Bali tahun 2016. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian ini melibatkan 78 orang model wanita dari tiga agnecy model terpilih di Denpasar dengan rentang usia 19-25 tahun. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan wawancara semiquantitative food frequency questionnaire. Hasil penelitian ini menunjukkan 62,8% model mengalami weight cycling dan sebesar 79,6% model tergolong dalam weight cycler tingkat ringan. Uji chi-square menunjukkan terdapat perbedaan proporsi weight cycling yang bermakna berdasarkan keseimbangan asupan makro saat diet (OR=10,000), frekuensi makan (OR=19,556), dukungan sosial (OR=9,738), aktivitas olahraga (OR=3,143 dan OR=13,750), dan tingkat stress (OR=1,600 dan OR=9,120) pada model di tiga agency model di Denpasar, Bali tahun 2016.

ABSTRACT
Weight cycling is a repetitive cycle of intentionally losing weight through diet followed by unintentionally weight regain. This study aims to determine the differences proportion of weight cycling based on macronutrient intake balance when dieting, eating frequency, social supports, exercise activities, and stress levels among models in three selected Model Agencies in Denpasar, Bali in 2016. The study design that used in this research is cross sectional study. This research involved 78 female models from three different selected agency in Denpasar, with an age range between 19-25 years old. The data was collected through questionnaire and interview of semiquantitative food frequency questionnaire. The study result showed 62,8% models experience weight cycling and 79,6% models are categorized to mild weight cyclers. Chi-square test show that there are significant differences in the proportion of weight cycling based on macronutrient intake balance when dieting (OR=10,000), eating frequency (OR=19,556), social supports (OR=9,738), exercise activities, (OR=3,143 dan OR=13,750) and stress levels (OR=1,600 dan OR=9,120) among models in three selected Model Agencies in Denpasar, Bali in 2016."
2016
S64334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saly Marla Papeti
"ABSTRAK
Interdialytic weight gain IDWG merupakan masalah yang dijumpai pada pasien hemodialisis HD dan mempengaruhi probabilitas kesintasan akibat adanya akumulasi cairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesintasan tiga tahun pertama pasien HD kronik berdasarkan IDWG. Desain penelitian menggunakan studi kohort retrospektif dengan metode Kapplan-Meier untuk analisis kesintasan pada 72 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 87.5 responden mengalami IDWG berlebih dengan 16.7 responden mengalami event, dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara IDWG berlebih dan HID terhadap kesintasan tiga tahun. Hal ini disebabkan terpenuhinya dosis HD dan kecepatan aliran darah yang mempengaruhi tercapainya adekuasi HD. Hasil penelitian ini dapat memotivasi perawat untuk memantau IDWG, pencapaian dosis HD dan berat badan pada akhir sesi HD.

ABSTRACT
Interdialytic weight gain IDWG is a problem in hemodialysis patients and influencing the probability of survival due to fluid accumulation. This study aims to assess the survival the first three years of chronic hemodialysis patients based interdialytic weight gain. The study design used a retrospective cohort study using Kapplan Meier method for survival analysis on 72 respondents. The results showed that there were 87.5 of respondents experiencing excessive IDWG with 16.7 of them experienced event, and there was no significant association between excessive IDWG and intradialysis hypotension against the survival of three years. This could be resulted by the fulfillment of the hemodialysis dose and quick of blood Qb which affect the achievement of hemodialysis adequacy. The results of this study can motivate nurses in monitoring IDWG, achieving hemodialysis dose and body weight at the end of hemodialysis session. "
2017
T47266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanty Harjati
"Bayi prematur mengalami keterbatasan secara anatomi dan fisiologi tubuh, salah satunya belum berfungsi dengan baiknya sistem pencernaan bayi, sehingga memerlukan pengunaan selang orogastrik untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pemantauan nutrisi bayi diukur melalui jumlah residu lambung, yaitu jumlah sisa nutrisi enteral yang tidak terserap oleh tubuh pada pemberian nutrisi terakhir sebelum nutrisi enteral berikutnya diberikan. Berdasarkan lima kasus yang diangkat, keseluruhannya merupakan bayi prematur yang menggunakan selang orogastrik. untuk mengoptimalkan toleransi minum bayi diperlukan serangkaian intervensi keperawatan melalui pemberian posisi lateral kanan. Pemberian posisi selama dan setelah nutrisi enteral diberikan merupakan salah satu proyek inovasi yang menggunakan desain pre-posttest with control group dengan metode kuasi eksperimen. Pemantauan dilakukan selama empat hari dengan total responden 30 bayi. Hasil Proyek Inovasi ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah residu lambung yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,017 dan p=0,137), tidak terdapat perbedaan yang bermakna berat badan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (30,000±19,062 gram/KgBB/hari dan 23,540±15,302 gram/KgBB/hari). Akan tetapi, peningkatan berat badan kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pengaturan posisi lateral kanan setelah pemberian nutrisi enteral dapat diaplikasikan untuk menurunkan residu lambung dan meningkatkan berat badan bayi prematur.

Premature babies experience anatomical and physiological limitations, one of which is that the baby's digestive system is not functioning properly, so that it requires the use of an orogastric tube to meet their nutritional needs. Infant nutritional monitoring is measured by the amount of gastric residue, which is the amount of remaining enteral nutrition that is not absorbed by the body at the last nutritional intake before the next enteral nutrition is given. Based on the five cases raised, all of them were premature babies who used an orogastric tube. To optimize the baby's drinking tolerance, a series of nursing interventions are needed by providing the right lateral position. Providing positions during and after enteral nutrition is given is one of the innovation projects that uses a pre-posttest with control group design with a quasi-experimental method. Monitoring was carried out for four days with a total of 30 babies as respondents. The results of this Innovation Project showed that there was a significant difference in the amount of gastric residue between the intervention group and the control group (p = 0.017 and p = 0.137), there was no significant difference in body weight between the intervention group and the control group (30,000 ± 19,062 grams / KgBB / day and 23,540 ± 15,302 grams / KgBB / day). However, the weight gain of the intervention group was higher than that of the control group. Right lateral positioning after enteral feeding can be applied to reduce gastric residue and increase the weight gain of premature babies."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>