Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Dalam pembangunan konstruksi beton pada daerah rawa, dibutuhkan penelitian tentang rawa beserta kandungan-kandungan yang ada pada rawa tersebut, baik air rawa maupun lumpur rawa. Rawa yang dijadikan pada penelitian ini adalah rawa alami yang belum (tidak) tercemar, kemudian besar konsentrasi dari rawa alami tersebut diperbesar hingga 10x lipat terhadap senyawa SO42-, Cl-, dan NO3-. Senyawa ini disebut sebagai zat korosif karena sangat mempengaruhi kuat tekan (mutu) beton. Penelitian ini dititikberatkan pada lumpur rawa dan sampai berapa besar pengaruh lumpur rawa terhadap penurunan mutu beton. Kuat tekan (mutu) beton sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia dari material yang digunakan dan juga faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak mendukung dapat mengurangi mutu dari beton. Lingkungan yang tidak mendukung yaitu kadar pH yang rendah, banyaknya kandungan unsur klorida bebas, sulfat dan banyaknya zat organic. Tapah-tahap dalam melakukan penelitian ini dimulai dengan mencari rawa yang masih alami (belum tercemar) dengan menggunakan data dari BAPEDAL dan BAPEDALDA untuk mencari lokasi rawa tersebut dan pada akhirnya dipilih rawa Cengkareng, kawasan Pluit, Jakarta Utara. Kemudian mengambil sampel lumpur rawa untuk diperiksa kualitasnya. Beton yang diteliti adalah beton dengan mutu rendah (15 MPa), mutu sedang (35 MPa), dan mutu tinggi (50 MPa). Beton yang dibuat bukanlah beton standar, melainkan beton yang dicampur dengan lumpur rawa. Lumpur rawa di sini menggantikan posisi pasir sebesar 25% dari berat pasir yang dibutuhkan. Sampel beton yang sudah jadi akan direndam dengan 5 kondisi rendaman (proses curing), yaitu rendaman air tanah, lumpur rawa alami, lumpur rawa + H2SO4 10x, lumpur rawa + HCl 10x, lumpur rawa + NHO3. Kemudian akan diukur kuat tekan (mutu) beton yang dihasilkan dari masing-masing rendaman dan akan dibandingkan dengan kuat tekan beton standar. Setelah itu ada juga pengujian permeabilitas beton, XRF (X Ray Fluorescence, dan XRD (X Ray Diffraction). Hasil dari penelitian ini adalah dengan penambahan lumpur rawa pada campuran beton maka kuat tekan (mutu) beton menjadi berkurang. Besar penurunan kuat tekan yang terjadi untuk mutu rendah hingga hari ke-84 sebesar 18,7%, untuk mutu sedang sebesar 35%, dan untuk mutu tinggi sebesar 18%. Penambahan konsentrasi sebesar 10x pada lumpur rawa terhadap zat korosif pada beton mutu rendah mengakibatkan perubahan konsentrasi (nilai) dari lumpur rawa. Pencampuran zat korosif pada beton mutu rendah mengakibatkan penurunan mutu beton terhadap beton campur (+ lumpur rawa alami). Besar (%) penurunan kuat tekan (hingga hari ke-84) yang terjadi dengan penambahan lumpur rawa dengan zat korosif adalah : lumpur rawa + H2SO4 10 x sebesar 9%, lumpur rawa +HCl 10x sebesar 20,17%, dan untuk lumpur rawa + NHO3 10 x sebesar 16,9%. Berdasarkan penelitian ini, didapat hasil/kesimpulan bahwa untuk membangun konstruksi beton pada lumpur rawa disarankan menggunakan beton dengan mutu rendah.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyati Retno Wulan
Abstrak :
ABSTRAK
Konversi lahan sawah terjadi sebagai konsekuensi logis dari perkembangan wilayah. Adanya peningkatan jumlah penduduk disertai tingkat urbanisasi yang cukup tinggi, dan berkembangnya jumlah perumahan dan industri juga penurunan luas lahan sawah dan penyempitan luas panen yang mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman padi, kondisi Kabupaten Karawang sebagai lumbung padi nasional mengalami peningkatan luas konversi lahan sawah tiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi konversi lahan sawah ke penggunaan nonpertanian di Kabupaten Karawang dengan menggunakan data panel 30 kecamatan di Kabupaten Karawang selama lima tahun 2011-2015 dan dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas padi tidak signifikan terhadap luas konversi lahan sawah, sedangkan jumlah penduduk, luas kerusakan tanaman padi, jumlah perumahan dan industri signifikan dan berpengaruh positif terhadap peningkatan luas konversi lahan sawah. Kata kunci: Pertanian, Sawah, Penyempitan luas panen.
ABSTRACT
AbstractRice field conversion happens as a logical consequence of area development. Increased population along with high rate of urbanization, and increasing number of houses and industries, as well as decreasing rice field land size and decreasing harvested area reduced the productivity of paddy. Rice field conversion in Karawang Regency, which is the national granary, increases every year. This study was aimed to analyze factors which influence rice field conversion into non agricultural usage in Karawang Regency using panel data of 30 sub districts in Karawang Regency for five years 2011 2015 and was analyzed using multiple linear regression. The research result showed rice productivity wasn rsquo t significant on the size of rice field conversion, while population, extent of paddy damage, number of housing and industry were significant and had positive influences on increased size of rice field conversion.Keywords Agriculture, Rice field, Decreasing harvested area.
2016
T46990
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Ardi
Abstrak :
Ikliin di muka bumi berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan, bagi Indonesia pengaruhnya akan besar terutama pada bidang pertanian. Iklim sudah pernah diklasifikasikan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah Schmidt-Fergusson dan Morh. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahul wilayáh iklim basah menurut klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson dan Morh. Adapun masalah yang akan dibahas adalah : 1. Bagaimanakah distribusi curah hujan di Jawa bagian tengah. 2. Dimanakah wilayah iklim basah menurut Schmidt-Fergusson dan Morh di Jawa bagian tengah. Untuk dapat memberikan penilaian yang objektif tentang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian untuk menyusun angka curah hujan diambil dari Verhandelingen No 37 yang meliputi kurun waktu 1920-1910. Sedangkan variabel-variabel yang diamati adalah pola umum curah hujan baik tahünan maupun bulanan serta variabel-variabel lain yang diduga mempengaruhinya, yaitu : DKAT. Arah Angin dan Ketinggian. Yang dimaksud dengan Jawa bagian tengah adalah wilayah yang ineliputi Daerah Propinsi Jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan iklim yang dirnaksudkan dalam tulisan ini adalah hasil klasifikasi rnenurut Schmidt-Fergusson dan Morh. Jawa bagian tengah menurut klasifikasi iklim Morh mempunyai wilayah iklim antara kelas. II sampai dengan kelas yb. Sebagian besar wilayah Jawa bagian tengah didominasi oleh iklim kelas III, umumnya terdapat di bagian tiinur dari Jawa bagian tengah. Iklim kelas II luasnya relatif sempit, terdapat di pesisir utara dan pesisir selatan bagian thur dari Jawa bagian tengah. Pada bagian barat dan daerah pedalaman iklimnya adalah kelas IV, Va dan Vb. Menurut klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson, Jawa bagian tengah mempunyai tipe iklim antara tipe A sampai dengan tipe D. Sebagian besar wilayah Jawa bagian tengah didominasi oleh tipe ik1im..C, umumnya terdapat di bagian timur dari Jawa bagian tengah. Tipe iklim D luasnya relatif sempit, umumnya terdapat di pesisir utara dan pesisir selatan bagian timur dari Jawa bagian tengah. Tipe ilim D luasnya relatif sempit, umumnya terdapat di pesisir utara dan pesisir selatan bagian timur dari Jawa bagian tengah. Tipe iklim A dan B umumnya terdapat di bagian barat dan daerah pedalaman. Dari hasil super impose kedua tipe iklim tersebut, maka didapatkan 2 wilayah iklim, yaitu iklim sangat basah dan iklim basah. Iklim sangat basah meliputi kabupaten : Cilacap bagian barat dan selatan Purwokerto bagian utara dan tengah, Purbalingga bagian barat, Banjarnegara bagian utara dan tengah, Pekalongan bagian selatan, dan Batang bagian barat. Iklim basah meliputi kabupaten : Cilacap bagian tengah dan timur, Purwokerto, Purbalingga bagian timur, Banjarnegara, Kebumen, Wonosobo, Temanggung, Pemalang bagian selatan, Pekalongan bagian tengah, Batang bagian tengah, Kendal bagian barat, Magelang dan Ungaran.
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Hanifa Irliana
Abstrak :
ABSTRACT
Aktivitas manusia menghasilkan air limbah domestik yang mengandung berbagai jenis polutan, termasuk organik, padatan, dan nutrien. Tingginya konsentrasi polutan yang dibuang ke badan air dapat menurunkan kualitas air yang akan memberikan dampak-dampak lainnya. Lahan basah buatan Constructed Wetlands CW banyak digunakan sebagai alternatif pengolahan air limbah dan dapat dibedakan menurut sistem alirannya, diantaranya aliran sub-permukaan vertikal Vertical Sub-Surface Flow VSSF dan horizontal Horizontal Sub-Surface Flow HSSF. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan efisiensi penyisihan polutan dengan memanfaatkan keunggulan dari masing-masing sistem aliran. Penelitian ini menggunakan 1 reaktor hybrid CW kombinasi VSSF CW dan HSSF CW dan 1 reaktor HSSF CW aliran tunggal untuk dibandingkan efisiensi pengolahannya. Kedua reaktor diberi perlakuan sama dalam hal jenis media, tanaman, volume reaktor, serta waktu tinggal. Jenis media yang digunakan adalah pasir dan kerikil. Spesies tanaman yang digunakan adalah Canna indica. Waktu tinggal ditetapkan selama 1 hari. Parameter yang diuji adalah COD, TSS, amonia, deterjen MBAS, serta minyak dan lemak. Air limbah dialirkan ke masing-masing reaktor secara batch selama 10 hari. Untuk membandingkan efisiensi pengolahan kedua reaktor, dilakukan uji t-independen.Hasil penelitian menunjukkan bahwa HSSF CW menghasilkan efisiensi penyisihan COD sebesar 83,02, TSS sebesar 90,1, amonia sebesar 60,74, MBAS sebesar 89,14, dan minyak sebesar 32,21. Sementara itu, reaktor hybrid CW menghasilkan efisiensi penyisihan COD sebesar 84,91, TSS sebesar 91,24, amonia sebesar 84,8, MBAS sebesar 90,83 dan minyak sebesar 32,58. Parameter amonia, MBAS, dan minyak telah menunjukkan efluen yang memenuhi baku mutu lingkungan. Uji t-independen menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan hanya ditunjukkan pada penyisihan amonia, dimana hybrid CW lebih efisien daripada HSSF CW.
ABSTRACT
Human activities produce domestic wastewater containing various types of pollutants, including organic, solid, and nutrient. The high concentration of pollutants discharged into water bodies can degrade the quality of water that will lead to further impacts. Constructed Wetlands CW is widely used as an alternative to wastewater treatment and can be differentiated according to the flow system, such as Vertical Sub Surface Flow VSSF and Horizontal Sub Surface Flow HSSF. This research aimed to analyze the efficiency improvement of pollutant removal by utilizing the advantages of each flow system.This research used a hybrid CW reactor a combination of VSSF CW and HSSF CW and a single flow HSSF CW reactor to compare their removal efficiencies. Both reactors were treated equally in the type of media, the type and number of plants, the volume of the reactor, and the retention time. The types of media used are sand and gravel. The plant species used is Canna indica. Retention time is set for 1 day. The parameters tested were COD, TSS, ammonia, detergent MBAS, as well as oils and fats. Canteen wastewater was flowed in batch system for 10 days. To compare the removal efficiency of the two reactors, an independent t test was conducted. The results showed that HSSF CW resulted in COD removal efficiency of 83,02, TSS 90,1, ammonia 60,74, MBAS 89,14, and oil 32,21. Meanwhile, hybrid CW produced COD removal efficiency of 84,91, TSS 91,24 , ammonia 84,8, MBAS 90,83 and oil 32,58. The ammonia, MBAS, and oil parameters have shown that the effluent meets the environmental quality standard. The independent t test shows that significant differences are only shown in ammonia removal, where hybrid CW is more efficient than HSSF CW.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam , 1995
333.91 POT t (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Reddy, K. Ramesh
Boca Raton: CRC Press, 2008
577.68 RED b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Selangor: Perbadanan Putrajaya, 1999
R 959.5 PUT
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Ardhy Noegroho
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang karakteristik bentang lahan rawa dalam kaitannya dengan pengembangan persawahan di sekitar sungai Kumbe, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Pola spasial sebaran bentang lahan rawa ditelusuri melalui analisis data citra Landsat 7 tahun 2005, 2007, 2010, 2012, dan foto udara tahun 2015. Klasifikasi lahan rawa di daerah studi ditetapkan melalui observasi pasang surut sungai Kumbe dan timpang susun dengan peta ketinggian. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa lahan rawa di muara Sungai Kumbe merupakan lahan rawa air tawar yang tidak dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Kondisi lahan rawa pada tahun 2015 dapat di kategorikan sebagai rawa lebak dalam. Wilayah ini tersebar di bagian tengah daerah studi. Lahan rawa lebak dalam tidak dapat dikembangkan sebagai lahan persawahan namun dapat difungsikan sebagai tampungan air storage untuk kebutuhan air irigasi persawahan.
ABSTRACT
Indonesia is an agricultural country with many of natural resources land that can be used as farming. The growing population lead to high land use as both a settlement and economic activity center for urban and industrial development. The late condition can disrupt food security. Rice is a staple food for Indonesian people. Corn was staple food of the islands of Java and Madura islands are becoming obsolete. Likewise with Sago which slowly abandoned by the people of Papua. The potential landscape for rice fiel is Kumbe river in Distric Semangga, Merauke, Papua. The method to do this research is a quantitative descriptive design. The results of this study concluded that the wetlands in the Kumbe river, District Semangga fit for use as agricultural land as well as the continuation of agricultural land continued, wetlands can also be used as a raing storage or as a source of irrigation because of the nature puddle changing.
2017
T49554
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Ediviani
Abstrak :
ABSTRAK
Anaerobic digestion AD yang mengolah limbah makanan merupakan metode waste-to-energy yang menghasilkan efluen cair. By-product tersebut dikenal sebagai digestat mengandung nutrien yang tinggi yang dapat didayagunakan oleh makrofit akuatik hias dalam system lahan basah buatan. Penelitian yang dilakukan mengevaluasi kapasitas pendayagunaan nutrien dari Canna indica, Iris pseudacorus, dan Typha latifolia dari digestat cair, sekaligus memperbaiki kualitas dari efluen cair AD. Lahan basah buatan yang ditanami T. latifolia mampu menyisihkan TSS dan COD secara efektif. C. indica menyisihkan N hingga 72 N sebagai penyisih N paling efisien, dan pendayaguna N terbesar. I. pseudacorus menyisihkan P hingga 98 dan memiliki kandungan TP dalam tanaman yang lebih tinggi dari T. latifolia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendayagunaan nutrient menggunakan system lahan basah buatan mampu memperbaiki kualitas efluen dalam waktu yang singkat, sekaligus menambah nilai estetika terhadap lingkungan.
ABSTRACT
Anaerobic digestion AD which treats food waste is a waste to energy method that produces liquid effluent. This by product, known as digestate, contains high nutrients that could be recovered using ornamental aquatic macrophytes in a constructed wetland system. This study investigates the capacity of nutrient recovery of Canna indica, Iris pseudacorus, and Typha latifolia from liquid digestate, together with improving the quality of AD effluent. Constructed wetland with T. latifolia effectively removed TSS and COD. C. indica removed up to 72 N as the highest N removal efficiency, and recovered most of N, even though it still needs longer detention time to meet the standard. I. pseudacorus removed up to 98 P yet the average TP level in the plant was only slightly above T. latifolia. The result shows that nutrient recovery using constructed wetland improves the effluent quality within short operation period, meanwhile, C. indica and I. pseudacorus as ornamental aquatic macrophytes also added the aesthetic value to the environment.
2017
T49010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Heryadi
Abstrak :
Tujuan dan penelitian ini adalah untuk mengetahui wilayah iklim basah di Jawa Barat dan hubungannya dengan penggunaan tanah. Masalah yang dikemukakan adalah pertama dimana wilayah iklim basah di Jawa Barat ?, Bagaimana hubungannya dengan penggunaan tanahnya khususnya jenis penggunaan tanah kebun campuran ?. Dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jawa Barat mempunyai topografi yang lebih bervariasi, dimana rangkaian gununig-gununqnya membentuk lingkaran. Sehubungan dengan itu, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Wilayah iklim basah mempunyai hubunqan dengan ketinggian. 2. Ada hubungan antara wilayah iklim basah dengan jenis penggunaan tanah kebun campuran, dimana semakin basah iklimnya jenis penggunaan tanah kebun campuran akan semakin luas. Batasan, pengertian wilayah iklim basah didasarkan kepada perbandingan jumah bulan basah dan bulan bulan kering, yaitu dengan jumlah bulan basah minimum adalah tujuh bulan, dan jumlah bulan kering maksimum adalah dua bulan. Kebun campuran adalah sebidapg tanah di luar pekarangan, dan ditumbuhi bermacam-macam tanaman secara tercampur (Sandy 1975).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>