Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erna Sofiah
"Studi ini menelaah fungsi reproduksi perempuan dalam konteks budaya dan kesehatan tradisional, terutama proses reproduksi yang dibantu oleh dukun beranak di Kecamatan Ujungberung. Pendelcatan kualitatif dengan perspektif feminis digunakan untuk menganalisis permasalahan penelitian ini. Saya menelaah sepuluh informan utama (ibu nifas) dan tujuh orang informan pendukung (dukun beranak) dengan meton wawancara mendalam.
Hasil panelitian menunjukkan:
Pertama, persepsi ibu clan dukun beranak tentang kehamilan sehat dan persalinan aman pada umumnya adalah sama, yakni bahwa kehamilan merupakan kodrat percmpuan dan kchamilan sorta persalinan dipandang sehat dan aman jika tidak berisiko bagi ibu.
Kedua, lemahnya kondisi ekonomi, kebiasaan orang tua, kasulitan transportasi, kenyamanan psikologis dan agama mendorong perempuan bersalin dan telah bersalin di daerah itu untuk mernilih proses prsalinan dan perawatan pascasalin dengan dukun beranak. Secara fisik sebagian besar informan yang ditangani oleh tenaga medis mengalami tindakan medis tanpa persetujuan terlebih dahulu. Secara psikis, para informan merasa bahwa hubnngan interpersonal dengan dukun beranak sangat baik.
Ketiga, dukun beranak tidak hanya memberikan pertolongan pada saat kehamilan atau persalinan saja, namun juga pada masa pascasalin.
Para dukun beranak masih memegang budaya Sunda yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan berupa ritual pada setiap tahap perkembangan kehamilan. Salah satu refleksi teoretis dari temuan saya adalah kesadaran informan atas hak reproduksinya masih kurang, disebabkan oleh sistem patriarki yang tercermin dalam istilah Awewe mah dulang rinande [perempuan harus selalu patuh], adanya kelas sosial ekonomis dan adanya diskriminasi hak antara perempuan dan laki-laki dalam kesehatan reproduksi. Maka dari itu, pemberdayaan perempuan rnengenai hak reproduksi dan kesetaraan gender merupakan kebutuhan mendesak yang harus segera direalisasikan. Dukun beranak dan tenaga medis diharapkan dapat bersinergi rnelalui komunikasi efektif untuk mengubah kondisi kesehatan perempuan ke arah yang lebih baik.

The research discusses women's reproductive functions in the context of culture and traditional health, particularly reproductive process assisted by TBAs in Ujung Berung District Bandung. Qualitative approach in feminist perspective is used to analyze the cases. l analyzed ten primary informers (post-partum women) and seven secondary informers (TBAS) employing deep interview method.
The results of the study indicate that:
First, the perception of mothers and the TBA's in healthy pregnancy and safe delivery is similar, namely that pregnancy is a destiny for women and that healthy pregnancy and safe delivery are the ones that bring no risks for both the mother and the baby.
Second, low income condition, parental guidance, and psychological comfort make women prefer to ask for TBA's assistance. Physically, most informiers handled by medical staff experience medical agreement without prior agreement from the informers. Psychologically, informers feel that the interpersonal relations among informers with TBA is very well.
Third, TBA not only the TBA's assist with personal care in pregnancy, delivery and especially post natal attendance.
TBA is following traditional rituals during the stages of pregnancy, on delivery and in post natal progress. One of the theoretical reflections from my finding is that the informers' awareness of reproductive rights is still very low, which I assume to have been caused by patriarchal system reflected in what the Sundanese say as "Awewe mah dulang tinarrde" [which literarlly means women are supposed to be submissive], the existence of social economy class, and there is a discrimination between women's and men's reproductive rights, and women occupy a subordinated position. Therefore, women empowerment over reproductive rights and equality is a demand which needs to be realized immediately. TBA and medical assistance are expected to be in synergy through effective communication to better women's healthy condition."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T33060
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Indah Sri Bernadetta
"ABSTRAK
Latar Belakang : Kehilangan gigi masih menjadi masalah dalam kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Kehilangan gigi posterior yang tidak digantikan dengan gigi tiruan dapat menyebabkan terganggunya kemampuan mastikasi. Kemampuan mastikasi yang buruk berdampak terhadap pemilihan makanan dan mempengaruhi status nutrisi. Jika hal ini terjadi pada ibu hamil, dapat mempengaruhi bayi yang ada di dalam kandungannya. Belum ada penelitian yang mengamati hubungan kemampuan mastikasi dengan berat lahir bayi di Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu meneliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat lahir bayi seperti asupan nutrisi ibu, paritas, jarak kehamilan, usia kandungan jenis kelamin bayidan faktor lainnya. Adapun penelitian terdahulu tentang asupan nutrisi ibu hamil dengan berat lahir bayi ditinjau berdasarkan jenis makanannya. Sedangkan dalam penelitian ini asupan nutrisi ibu di amati berdasarkan total kalori yang di konsumsi ibu. Tujuan : Menganalisis hubungan kemampuan mastikasi, asupan nutrisi, dan indeks massa tubuh ibu hamil yang kehilangan gigi posterior terhadap berat lahir bayi. Metode: Studi analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan teknik consecutive sampling pada ibu yang sudah melahirkan, usia 20-35 tahun, memiliki satu atau lebih gigi yang hilang dan tidak memakai gigi tiruan. Subjek diamati jumlah dan lokasi gigi hilangnya, pengambilan data dari buku KIA, menjawab kuesioner kemampuan mastikasi dan aupan nutrisi. Penelitian ini dianalisis dengan one sample t-test, independent t-test, Kruskal-Wallis dan uji korelasi pearson. Hasil: Kemampuan mastikasi pada ibu hamil yang kehilangan gigi posterior memiliki hubungan bermakna dengan berat lahir bayi dengan nilai p 0.000, asupan nutrisi pada ibu hamil yang kehilangan gigi posterior memiliki hubungan bermakna dengan berat lahir bayi dengan nilai p 0.000, Indeks Massa Tubuh IMT ibu hamil yang kehilangan gigi posterior memiliki hubungan bermakna dengan berat lahir bayi dengan nilai p 0,038. Aspek yang paling berhubungan dengan berat lahir bayi adalah indeks massa tubuh ibu hamil yang memiliki nilai korelasi pearson 0,142. Kesimpulan: Terdapat hubungan kemampuan mastikasi pada ibu hamil yang kehilangan gigi posterior dengan berat lahir bayi, terdapat hubungan asupan nutrisi pada ibu hamil yang kehilangan gigi posterior dengan berat lahir bayi, terdapat hubungan Indeks Massa Tubuh IMT ibu hamil yang kehilangan gigi posterior dengan berat lahir bayi, aspek yang paling berpengaruh terhadap berat lahir bayi adalah indeks massa tubuh

ABSTRACT
Background Tooth loss is still a major oral health problem oral health in Indonesia. Tooth loss which can rsquo t replaced by denture can cause mastication ability disturbance. Bad mastication function can affect to food choice and nutritional status. If this occurs to pregnant women, it can affect the baby in her womb. There is no study which observes the relationship beetween mastication ability with infant birth rsquo s weightin Indonesia. Some previous studies showed factors which affect infant birth rsquo s weightsuch as mother rsquo s nutrient intake, parity, pregnancy gap, fetal age, infant sex and other factors. Previous research about pregnant women nutrient intake with infant birth rsquo s weightwere viewed based on type of food. While in this study mother rsquo s nutrient intake dased on total calories. Objective To analyze relationship between mastication ability, nutrient intake and body mass index of pregnant women with posterior tooth loss with birth weight of baby. Method Study design is analytical observational study with cross sectiona. This study was performed with consecutive sampling, to mothers who gave birth, aged 20 35, have one or more missing posterior teeth, no denture. Missing teeth number and location were observed, the data was taken from KIA booklet and subjects answered questionairre about mastication ability and nutrient intake. This study was analyze by one sample t test, independent t test, Kruskal Wallis and Pearson. Result Mastication ablity of pregnant women with posterior tooth loss with infant birth rsquo s weightwas found statistically significant p 0,000 . Nutrient intake of pregnant women with posterior tooth loss with infant birth rsquo s weight was also found statistically significant p 0,000 . BMI of pregnant women with posterior tooth loss with infant birth rsquo s weight was found statistically significant p 0,038 . The most correlate aspect with infant birth rsquo s weight is BMI of pregnant women with pearson correlation value 0,142. Conclusion There is a relationship between mastication ability of pregnant women with posterior tooth loss with infant birth rsquo s weight. There is a relationship between nutrient intake of pregnant women with posterior tooth loss with infant birth rsquo s weight. There is a relationship between BMI of pregnant women with posterior tooth loss with infant birth rsquo s weight. The most correlated aspect with infant birth rsquo s weight in BMI of pregnant women. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002
613.042 44 WOM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Fathu Rizqi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26455
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Retnoningrum
"Tujuan: Memperoleh data prevalensi perempuan dengan gejala saluran kemih bawah di RS Cipto Mangunkusumo, Indonesia.
Metode: Studi deskriptif dan analitik dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner. Subjek penelitian yakni perempuan yang berada di poliklinik Ginekologi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, menjalani wawancara menggunakan metode konvensional dan menggunakan International Consultation on Incontinence Questionnaire (ICIQ) Female LUTS long form yang divalidasi ke Bahasa Indonesia.
Hasil: Metode konvensional hanya menanyakan sebuah pertanyaan tentang gangguan berkemih tanpa menanyakan gejala yang lebih detail, menghasilkan prevalensi LUTS yang rendah sebanyak 17.3%. Pada sisi lain, dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur menggunakan ICIQ- FLUTS long form, luaran prevalensi LUTS total adalah 95.3% pada populasi penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa LUTS mempunyai prevalensi yang tinggi pada populasi studi dengan faktor resiko yang teridentifikasi berupa persalinan pervaginam.
Kesimpulan: LUTS adalah kondisi yang dengan prevalensi tinggi pada populasi penelitian. Untuk mendapatkan prevalensi yang lebih akurat, metode skrining sangat penting. Penggunaan kuesioner terstruktur secara signifikan menapis LUTS lebih tinggi dari metode konvensional. Kuesioner ICIQ FLUTS long form adalah alat yang direkomendasikan untuk digunakan pada penelitian epidemiologi dan dan juga pada praktek klinik sehari- hari. Penelitian lanjutan dengan basis komunitas direkomendasikan untuk mendapatkan prevalensi nasional LUTS di Indonesia.

Objective: To obtain the prevalence of women with Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) in Cipto Mangunkusumo National Hospital, Indonesia.
Method: Descriptive and analytic study with questionnaire- based data collection. All of the subjects were interviewed using the conventional method and International Consultation on Incontinence Questionnaire (ICIQ) Female LUTS long form validated in Indonesian language at Gynecology outpatient clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Results: The conventional method which pose only one single question of urination disturbance without asking the detailed symptoms, low prevalence of LUTS obtained i.e. 17.3%. On the other hand, with a well structured questionnaire using ICIQ- FLUTS long form, the prevalence of LUTS was 95.3% prevalence of LUTS. This result revealed that LUTS was a common condition among Indonesian women in the study population with identified risk factor of vaginal delivery.
Conclusion: LUTS is a frequent condition in this population. To obtain a more accurate prevalence, method of screening is important. A structured questionnaire screened LUTS significantly higher than the conventional method. The ICIQ FLUTS long form questionnaire validated in Indonesian language is a robust questionnaire that recommended to be used in epidemiological research as well as routine clinical practice. Further community based research is warranted to obtain the national prevalence of LUTS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library