Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Satrio Nugroho
"Makalah ini mengeksplorasi tentang bagaimana konten seksuaal begitu kental dalam film komedi. Makalah ini berusaha menjelaskan fenomena di mana film komedi, terutama di Indonesia banyak menggunakan konten seksual untuk meraup untung. Makalah ini mengungkap bahwa industri perfilman Indonesia sudah dimasuki oleh budaya populer (Barat) di mana Hollywood menjadi pemimpin tren budaya populer dalam seni perfilman. Konten seksual yang banyak ditemukan dalam film komedi Indonesia sejalan dengan Teori Budaya Industri yang dipaparkan oleh Theodore Adorno.
Film komedi Hollywood memang menggunakan unsur seksual sebaga pemanis film itu sendiri. Di Indonesia sendiri, yang menggunaka konten seksual sebagai konten tambahan utama dalam film komedi sudah ada dari era 70-an. Budaya industri sudah memiliki standar bahwa film komedi yang menambahka unsur seksual akan laku di pasaran sehingga tinggal sedikit tempat bagi para pelaku industri perfilman yang tidak ingin memasukan unsur seks ke dalam film komedi.
Makalah ini menemukan bahwa film komedi yang tidak menambah unsur seksual di dalamnya maka akan sulit mendapat tempat di masyarakat luas yang direpresentasikan sebagai pasar. Sehingga perkembangan film komedi Indonesia menjad seragam, dan yang berbeda dengan budaya populer akan ditinggalkan atau dikonsumsi oleh kalangan tertentu.

This study explores how the content seksuaal so thick in the comedy. This study attempted to explain the phenomenon in which the comedy, especially in Indonesia, many use to reap a profit of sexual content. This study revealed that the Indonesian film industry has been infiltrated by popular culture (Western Culture) in which Hollywood became the leader of popular cultural trends in the art of cinema. Sexual content found in many Indonesian comedy film in line with the theory presented by the Cultural Industries Theodore Adorno.
Hollywood comedies do use sexual element as a sweetener film itself . In Indonesia alone, which make use of sexual content as the main additional content existing in the comedy of the 70's. Cultural industries already have a standard that comedy would attach sexually explicit behavior in the market which will leave little room for the actors of the film industry who do not want to incorporate elements into the sex comedy.
This study found that the comedy does not add to the sexual element in it then it will be difficult to get a place in the wider community is represented as a market. So the development of Indonesian comedy faint uniform, and that is different from the popular culture will be abandoned or consumed by certain circles.
"
Depok: [Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia;;, ], 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Pratama Riyono
"Parfum merupakan sebuah produk yang sudah digunakan oleh manusia sejak ratusan tahun yang lalu. Sepeti layaknya semua produk yang hadir untuk diperjualbelikan, parfum juga merupakan produk yang membutuhkan strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualanya, salah satunya dengan menggunakan iklan. Menariknya, iklan parfum seringkali menampilkan tubuh perempuan baik parfum yang ditujukan untuk laki-laki maupun para perempuan sendiri. Hal ini tentunya menimbulkan kontroversi sehingga terkadang dibeberapa negara iklan-iklan parfum seperti itu tidak dapat ditayangkan.

Perfume is a product that has been used by humans since hundreds of years ago. Like any other product, perfume is also a product that needs a marketing strategy to increase it’s sales, one of the strategies is using advertising. Interestingly, the ads often featured sex and female body for men and women themselves. This is certainly cause controversy so that sometimes in some countries such as perfume ads that can not be displayed.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library