Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathul Masruri Syaaf
"Unit usaha las sektor informal merupakan saah satu sektor informal yang mempunyai tingkat bahaya dan risiko yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil studi kasus industri pengelasan di Bali oleh Adioka (1997), dalam Razi,(2001), diketahui bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh langkah kerja yang tidak aman, peralatan yang tidak memadai, dan kondisi lingkungan fisik yang buruk. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa kecelakaan kerja masih sering terjadi dan angka kecelakaan yang ada biasanya hanya data kecelakaan sektor formal, sedangkan data kecelakaan kerja untuk sektor informal masih sangat minim. Padahal dalam UU Ketenagakerjaan RI No. 25 Tahun 1997 Bab XI mengenai Tenaga Kerja di Dalam Hubungan Kerja Sektor Informal dan di Luar Hubungan Kerja Pasal 158-160 menyatakan bahwa adanya jaminan sosial dan keselamatan kerja serta pembinaan dari pemerintah bagi pekerja sektor informal. Namun kenyataannya, pekerja sektor informal masih banyak yang tidak mengetahui pentingnya K3 dan kurangnya perhatian dari pemerintah terutama masalah keselamatan kerja di sektor informal.
Kalaupun ada, pembinaan dilakukan untuk hal-hal yang lebih terkait masalah produktivitas bukan keselamatan kerja. Untuk itu pemerintah seharusnya menggalakkan penerapan K3 sebagai gerakan nasional yang merupakan upaya penting dalam dunia ketenagakerjaan. Hal ini mutlak dilakukan untuk melindungi para pekerja sehingga terbebas dari musibah dan kecelakaan.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis perilaku berisiko (At-Risk Behavior) pada pekerja unit usaha las sektor informal di kota X tahun 2008. Kerangka konsep yang digunakan adalah teori ABC (Antecedent, Behavior, and Consequences). Variabel anteseden yang diukur adalah awareness terhadap K3, pengetahuan dan persepsi pekerja terhadap bahaya di tempat kerja, ketersediaan peralatan kerja, pelatihan keselamatan, peraturan/tata tertib, pengawasan, safety promotion, dan ketersediaan APD. Sedangkan variabel konsekuensi yag diteliti adalah sanksi dan penghargaan.
Penelitian ini dilakukan terhadap pekerja unit usaha las sektor informal di kota X sebanyak 6 informan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth-interview) dan observasi terhadap pekerja las dan pemilik unit usaha las. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecelakaan yang umumnya terjadi di unit usaha las sektor informal adalah kecelakaan minor yaitu luka-luka ringan akibat percikan api dan luka akibat menggerinda. Penyebab utama kecelakaan pada pekerja adalah perilaku berisiko (At-Risk Behavior) dalam bekerja yang tidak mengutamakan keselamatan dalam bekerja. Informan sudah mengenali Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bahaya yang ada di tempat kerja. Walaupun demikian persepsi pekerja terhadap bahaya yang ada masih rendah (perceived risk rendah). Selain itu, informasi yang didapat menunjukkan bahwa peralatan kerja yang digunakan sudah tersedia dan cukup lengkap, namun APD yang ada masih kurang dan tidak memenuhi standar keselamatan. Pelatihan keselamatan belum pernah diikuti atau diadakan oleh unit usaha las sektor informal. Peraturan yang ada pun bukan peraturan tertulis, dan pengawasan yang dilakukan lebih mementingkan target produksi. Kelengkapan Safety promotion/sign belum ada di unit usaha las sektor informal. Untuk variabel konsekuensi, sanksi yang ada tidak tegas dan tidak signifikan. Sedangkan penghargaan, masih banyak unit usaha las sektor informal yang belum menerapkannya. "
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Wiria Puspa
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis persepsi just culture pada pekerja di PT. Y, sebuah perusahaan minyak dan gas bumi di Kalimantan Timur. Persepsi just culture dinilai dengan menggunakan Just Culture Assessment Tool (JCAT) yang membagi persepsi just culture ke dalam 6 (enam) dimensi, yakni Feedback and Communication about Events, Openness of Communication, Balanced Treatment of Mistakes, Quality of Event Reporting Process, Overall Goal of Continuous Improvement, dan Trust towards Organization. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan instrumen kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pekerja akan just culture sudah cukup baik, dan perlu adanya penerapan just culture yang lebih komprehensif, dengan komitmen manajemen dan program-program pendukung seperti sistem pelaporan insiden dan feedback yang lebih baik, serta basic training.

This study aims to understand and analyze the perception of just culture of the workers at PT. Y, an oil and gas company operating at East Kalimantan. The just culture perception is assessed by the Just Culture Assessment Tool (JCAT), which defines the perception of just culture into 6 (six) dimensions, i,e. Feedback and Communication about Events, Openness of Communication, Balanced Treatment of Mistakes, Quality of Event Reporting Process, Overall Goal of Continuous Improvement, and Trust towards Organization. This research is designed as cross sectional study, with questionnaire as research instrument. The result indicates that the just culture perception of workers at PT. Y is leaning towards positive area, and researcher suggests that a more comprehensive implementation of just culture is required, with leadership/management commitment and supported by robust programs such as the better incident reporting & feedback system, and basic HSSE training."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Januardi Putra
"Perilaku tidak selamat adalah perilaku yang dapat mengizinkan terjadinya suatu kecelakaan atau insiden. Perilaku tidak selamat merupakan salah satu penyebab langsung terjadinya kecelakaan. Jenis perilaku tidak selamat yang terjadi di PT X Tahun 2014, yaitu gagal dalam mengamankan, tidak disiplin dalam pekerjaan, gagal dalam memberi peringatan, menggunakan peralatan yang tidak sesuai dan posisi atau sikap tubuh yang salah. Penelitian ini menggunakan kerangka konsep yang bedasarkan teori dari teori Lawrence Green dan E Soot Geller. Variabel yang diteliti yaitu faktor internal (persepsi,pengetahuan dan motivasi) dan faktor eksternal (pengawasan, peraturan K3 dan pelatihan K3). Hasil penelitian yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dengan perilaku tidak selamat, dan juga terdapat hubungan yang bermakna antara pelatihan K3 dengan perilaku tidak selamat.

Unsafe behavior is behavior that may permit the occurrence of an accident or incident. Unsafe behavior is one of the direct causes of accidents. Type of unsafe behavior that occur at PT X, failed to securing, no discipline in work, failed to give a warning, using wrong equipment and posture. This research uses variables from the theory of Lawrance Green and E Scoot Geller. analysis of unsafe Behavior. The variables studied were Internal factors (perception, knowledge and motivation) and external factors (supervision, regulation and training ). The result show is relationship between perceptions with the unsafe behavior, and relationship between the training K3 with unsafe behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erma Novriawati
"Migrasi telah menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan taraf hidup, terutama di negara berkembang. Meskipun banyak penelitian telah menganalisis dampak migrasi pada berbagai aspek sosial ekonomi, hubungan migrasi dan ketahanan pangan masih menjadi penyelidikan empiris terbuka. Penelitian ini menyelidiki hubungan antara pekerja migran internal dan kerawanan pangan rumah tangga di Indonesia. Kami menggunakan pendekatan variabel instrumental (IV) untuk mengatasi endogenitas status migran menggunakan data survei rumah tangga yang representatif di level nasional pada tahun 2019, 2020, dan 2021 dengan instrumen jaringan migrasi. Temuan kami menunjukkan bahwa pekerja migran internal memiliki efek positif yang signifikan secara statistik terhadap ketahanan pangan rumah tangga di Indonesia, dan dampak tersebut paling besar di Sumatra dan Kalimantan. Selain itu, kami menguraikan mekanisme bagaimana dampak pekerja migran internal terhadap ketahanan pangan rumah tangga beroperasi, dan kami menemukan bahwa pengetahuan tentang gizi dan kesehatan memiliki pengaruh terbesar, sedangkan pendapatan tidak signifikan untuk memediasi pengaruh tersebut. Namun, realokasi pengeluaran untuk pangan secara signifikan memediasi dampak migrasi terhadap ketahanan pangan rumah tangga, yang menunjukkan bahwa pendapatan migran hanya akan meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga jika dialokasikan untuk pangan. Selain itu, belum tentu suatu rumah tangga akan mengkonsumsi makanan yang beragam jika tidak dimediasi oleh pengetahuan tentang gizi. Temuan ini menunjukkan bahwa promosi atau program pendidikan gizi sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola makan yang sehat, sehingga mengurangi kerawanan pangan.

Migration has become one of the strategies to improve life, especially in developing countries. Despite many studies analyzing migration's impact on various socioeconomic aspects, the migration and food security nexus remains an open empirical investigation. This research investigates the relationship between internal migrant workers and household food insecurity in Indonesia. We employ the instrumental variable (IV) approach to address the endogeneity of migrant status using representative household survey data at the national level in 2019, 2020, and 2021 utilizing the migration network instrument. Our findings show that internal migrant workers have a statistically significant positive effect on household food security in Indonesia, and the impact is greatest in Sumatra and Kalimantan. In addition, we describe the mechanism by which the impact of internal migrant workers on household food security operates, and we find that knowledge about nutrition and health has the greatest influence. In contrast, income is not significant in mediating the effect. However, spending reallocation for food significantly mediates the impact of migration on household food security, indicating that migrant income will only increase household food security if it is allocated for food. Moreover, it is not certain that a household will consume a variety of foods if it is not mediated by knowledge about nutrition. These findings suggest that promoting campaigns or conducting nutrition education programs is essential to enhance public awareness about the importance of a healthy diet, thus alleviating food insecurity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library