Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This book reviews current knowledge on the diagnosis and treatment (surgical and non-surgical) of cartilage defects at the knee joint. In the discussion of diagnosis, the focus is primarily on imaging findings, particularly those obtained with MRI. The remainder of the book is devoted to the full range of current conservative and surgical treatments, with attention to both treatment indications and results as reported in the recent literature. In reviewing non-surgical treatment, oral and intra-articular medical management is evaluated and rehabilitation and physical therapy are also considered. The three main types of surgical technique, microfracture surgery and similar procedures, mosaicplasty and related techniques, and autologous chondrocyte transplantation, are then extensively discussed in a series of highly informative chapters. "
Milan: Springer, 2012
e20420988
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwi Kertadjaya
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Kulit merupakan pelindung terhadap dunia luar. Bila luka tidak cepat menutup, ada kemungkinan infeksi. Tujuan utama pengobatan luka adalah penutupan luka dengan cepat dan pembentukan jaringan parut yang fungsional dan estetik. Proses penyembuhan memerlukan sel darah, mediator , matriks ekstrasel, sel parenkim yang terluka dan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu f.inflamasi, f.proliferasi dan f.remodeling.
Pada setiap perlukaan terjadi regenerasi lapisan epidermis (epidermisasi). Epidermisasi dimulai dengan proliferasi sel epitel ke arah lateral (proliferasi horisontal) dan diikuti proliferasi ke arah vertikal guna memperkuat daya lindung kulit dengan terbentuknya lapisan dengan pertautan sel-sel epitel.
Petani di Jawa Barat bagian selatan mengobati luka dengan air teh hijau dan sembuh tanpa obat lain. Teh hijau mengandung katekin (20-22% dari berat daun teh hijau). Kadar epigalokatekin galat (salah satu komponen katekin) mencapai 39% dari seluruh katekin yang ada. Epigalokatekin galat merangsang pembentukan IL-1β dan TNF pada kadar 100 µg/ml dalam 1 jam secara maksimal oleh sel MN darah tepi manusia. IL-1 dan TNF merangsang neutrofil dan makrofag untuk mengeluarkan mediator lain yang berperan pada penyembuhan baik pada f. inflamasi maupun f. proliferasi.
Dalam rangka upaya untuk melihat bagaimana air teh hijau dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka maka telah dilakukan suatu penelitian tentang pengaruh berbagai kepekatan katekin dalam air teh hijau terhadap ketebalan epidermis di tepi luka dan perbandingan antara lebar epidermis dengan lebar luka pada hari ke-8 setelah perlukaan. Penelitian ini menggunakan 25 ekor mencit galur C3H berumur 3-5 bulan, BB 16,4-24,8 g; dibagi dalam 5 kelompok secara acak. Digunakan 3 macam kepekatan katekin dalam seduhan ATH yaitu yang mengandung katekin ±0,2mg/0,5 ml (kepekatan rendah), ± 2 mg/0,5 ml (kepekatan sedang = air minuman teh) dan ± 20 mg /0,5 ml (kepekatan tinggi) serta 1 kelompok yang hanya dilukai saja (K.Kb) dan 1 kelompok yang ditetesi aquadest (K.Kp). Biopsi jaringan granulasi dilakukan pada hari ke-8 setelah perlukaan dan dibuat preparat dengan pewarnaan HE.
Hasil dan kesimpulan : Hasil pemberian berbagai kepekatan katekin dalam ATH pada luka kulit mencit dapat dirangkum sebagai berikut :
(a) Angka rata rata ketebalan epidermis di tepi luka adalah sebagai berikut : K.Kb 30,0; K.Kp : 22,5; K.ATH 0,2 : 29,3; K.ATH 2 : 28,1; K.ATH 20 : 21,0. (Dalam mikrometer, pembesaran 100 x ).
(b) Angka rata rata perbandingan lebar epidermis dengan lebar luka adalah sebagai berikut : K. Kb : 0,54; K.Kp : 0,78; K.ATH 0,2 : 0,45; K.ATH 2 : 0,43; K.ATH 20 : 0,53.
Kesimpulan :
(1) Analisis data ketebalan epidermis di tepi luka menunjukkan bahwa berbagai kepekatan katekin dalam ATH memberikan pengaruh yang berbeda bermakna pada ketebalan epidermis di tepi luka kulit mencit (Hhit = Ha > Htab yaitu 12,24 > 9,49; batas kemaknaan 5% tabel Kruskal Wallis pada df = 4 yaitu Hub = 9,49 ), yaitu angka rata rata ketebalan epidermis di tepi luka pada kelompok yang diberi katekin kepekatan rendah dan sedang lebih tebal dibanding kelompok yang diberi katekin kepekatan tinggi dan aquadest, tetapi hampir sama dengan yang tidak diberi apa-apa.
(2) Analisis data perbandingan lebar epidermis dengan lebar luka menunjukkan bahwa berbagai kepekatan katekin dalam ATH tidak memberikan pengaruh yang berbeda bermakna (Hhit = Ha < Htab yaitu 7,49 < 9,49 ), karena angka rata-rata perbandingan lebar epidermis dengan lebar luka pada kelompok yang diberi katekin kepekatan rendah, sedang maupun tinggi lebih kecil daripada yang diberi aquadest dan yang tidak diberi apa apa.
......Scope and methods of study : The primary function of the skin is to serve as a protective barrier against the environment. Loss of the integrity of the skin as a result of injury or illness may lead to infection. The goals of treatment of wound are rapid closure of the wound and making a functional esthetical scar. Wound healing is a dynamic, interactive process involving soluble mediators, blood cells, extra cellular matrix, parenchyma cells and beginning with an acute inflammation, then tissue formation and remodeling.
In every wound were epithelisation must cover the wound, epithelisation beginning with proliferation of epithelial cell in horizontal way and than in vertical way to strengthen the epidermal layer.
At the Southern part of West Java, farmers while at the paddy field treated their wound with green tea beverage and were cured without other treatment. Green tea contains mostly polyphenols, especially the catechin group, about 20-22% of the dry weight, with epigalocatehin gallate as the main component (39% ). Catechin is colorless, easily soluble in water, astringent and readily oxidizable. 100µg/ml EGCG stimulated mononuclear cells of human perifer blood to produced IL-1β is and TNF maximally in one hour and IL-1β- TNF stimulated neutrophil and macrophage to produced another mediators that involved in wound healing.
To investigate the effects of green tea beverage on epithelisation of skin wound healing, we gave three concentration of 0,5 cc green tea beverage (GTB 0,2, GTB 2 and GTB 20) in three consecutive days to 25 C3H skin wounded mice (3-5 months, weight 16,4 - 24,8 g ) that are divided at random into five groups. One group ( K.Kb ) was treated as control and the other group ( K,Kp ) was treated with aquadest. We biopsied the granulation tissue of the wound healing at the eighth days and make HE tissue slide. The slide was examined microscopically for the epithelial thickness at the edge of wound and count the ratio between the epithelial width and the whole width of the wound, These data were statistically analyzed.
Result and conclusion : Effect of several concentration of catechin in green tea beverage on the epithelisation of skin wound healing were:
(a) Mean from the thickness of epithelial tissue at the edge of the wound were (in micrometer) : Free control group: 30,0; Solution control group 22,5; Green tea 0,2 group : 29,3; Green tea 2 group : 28,1; Green tea 20 group : 21,0.
(b) Mean from the ratio between the epithelial width and the whole width of the wound were : Free control group : 0,54; Solution control group : 0,78; Green tea 0,2 group ; 0,45; Green tea 2 group : 0,43; Green tea 20 group : 0,53.
Conclusion: Several concentrations of catechin in green tea beverage give significant different effect on the thickness of epithelial tissue at the edge of the wound (Hhit = Ha >Htab or 12,24 > 9,49 ), especially with the low and middle concentartion of GTB but not for the ratio between the epithelial width and the whole width of the wound (Hhit = Ha < Htab or 7,49 < 9,49 )."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T3847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunhadji Rubangi
"BAB I PENDAHULUAN
Pemakaian listrik yang makin meningkat dan meluas meningkatkan kecelakaan akibat listrik, baik di rumah maupun di daerah industri. Luka bakar yang ditimbulkannya mulai dari derajat ringan sampai derajat berat dan fatal. Dengan adanya listrik masuk desa, tentunya meningkatkan pula kemungkinan akan trauma listrik, lebih-lebih masyarakat belum banyak mengenal usaha pengamanannya. Tidak jarang tegangan tinggi 20.000 Volt masuk ke pemukiman penduduk yang padat Penghuninya.
Dalam makalah ini akan dibahas 20 kasus trauma listrik dan ha1ilintar yang dirawat di RSCM Januari 1983 sampai dengan September 1986 dengan tujuan:
- Mengingatkan kembali morbiditas dan mortalitas serta sequeale akibat trauma oleh tegangan medium (rumah tangga) dari tegangan tinggi.
- Meninjau dan mengevaluasi hasil pemeriksaan dan penatalaksanaan.
Untuk itu akan dibahas pathogenesa, akibat, diagnosa, penatalaksanaan dan tindakan trauma listrik sehingga penanganan selanjutnya bisa lebih terarah dan rasional.
Trauma listrik dan halilintar memberikan efek spesifik yang tidak sama dengan luka bakar biasa yaitu hisa menimbulkan luka bakar dalam dan kerusakan alat-alat dalam yang sering kali diabaikan sehingga pengobatan hanya ditujukan pada jejas luar yang nampak. Dengan menemukan jejas masuk dan jejas keluar lebih mudah untuk kita memperkirakan dan menemukan kerusakan endogen tersebut. Pemeriksaan pembantu tentang adanya haemoglobine dan myoglobine urine serta kadar kuantitatifnya saat ini akan dikembangkan lebih baik oleh Bagian Pathologi Klinik RSCM/FKUI Jakarta. Adanya myoglobine dalam urine menggambarkan adanya kerusakan otot akibat luka bakar endogen (Joule burn)?
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Krismawanto
"Kejadian sindroma kompartemen akibat latihan atau aktivitas berlebihan (Exertional Compartment Syndrome ) yang biasa terjadi pada tungkai bawah, di Indonesia belum pernah dilaporkan. Ini bisa disebabkan memang tidak pernah terjadi atau sistem pendataan yang kurang baik.
Dari pengukuran tekanan intrakompartemen anterior tungkai bawah pada siswa calon bintara Polri di SPN Pontianak, sebanyak 63 siswa didapatkan tekanan intrakompartemen sebelum exercise rata-rata 7,3 mmHg dan setekah exercise dengan Ian selama 20 merit didapatkan tekanan rata-rata 10,9 mmHg pada 1 menit setelah selesai lari, dan tekanan rata-rata 8,0 mmHg 5 menit setelah selesai lari.
Peningkatan tekanan tersebut masih di bawah 15 mmHg yang merupakan batas tekanan sebelum exercise pada orang yang potensial terjadi exertional compartment syndrome kraals sesuai kriteria dari Pedowitz.
Dengan demikian dapat diperldrakan bahwa orang Indonesia memiliki batas anibang yang cukup tinggi untuk terjadinya sindroma kompartemen yang disebabkan oleh latihan atau aktivitas berlebihan.

Incident of the Exertional Compartment Syndrome of the lower leg, there is no case had been report in Indonesia. May be threre is no case or no data in Indonesia.
Pre and post exercise pressure of the anterior compartment of the lower leg has been measure from 63 students in military basic training Indonesian Police Department at Pontianak Police Training. Mean pre exrcise pressure is 7,3 mmHg ; one minute post exercise pressure is 10,9 mmHg ; five minute post exercise pressure is 8,0 mmHg.
The result is under value from Pedowitz criteria of Exertional Compaertinent Syndrome. Pre or post exercise still at 15 mmHg lowest than Pedowitz criteria I was assumed Indonesian people had high critical value to be exertional compartment syndrome.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriansyah
"1. Trauma laringotrakea adalah trauma yang dibatasi pada daerah laring, trakea bagian cervikal, dan esofagus.
2. Penderita terbanyak adalah laki-laki dewasa usia produktif. Diagnosis relatif mudah ditegakkan, sehingga klassifkasi menurut Fuhrman dkk tidak dipakai di Sub.Bag.Bedah Torak FKUI RSCM.
3. Pemeriksaan CT scan atau triple endoskopi ( laringoskopi, bronkoskopi, esofagoskopi ) untuk akurasi diagnosis dan mencegah ekstended eksplorasi.
4. Cedera esophagus lebih sering dijumpai pada trauma tembus tajam dengan cedera laringotrakea lebih dari setengah Iingkaran.
5. Angka morbiditas dan mortalitas tergantung pada kecepatan diagnosis dan penatalaksanaannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T57937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Putu Pitawati
"ABSTRAK
Tesis ini meneliti perbandingan efektivitas antara antibiotik topikal dengan vaselin
album untuk mencegah infeksi pada luka superfisial pasca tindakan bedah listrik (BL)
tumor jinak kulit berdiameter 1-3 mm. Penelitian analitik dengan rancangan uji klinis
acak buta ganda ini dilakukan di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FKUI/RSCM pada tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik
topikal dan vaselin album memiliki efektivitas yang sama untuk mencegah terjadinya
infeksi pada luka superfisial pasca tindakan BL tumor jinak kulit berdiameter 1-3
mm. Antibiotik topikal tidak diperlukan untuk mencegah infeksi pada luka superfisial
pasca tindakan BL, khususnya pada tumor jinak kulit berdiameter 1-3 mm.

ABSTRACT
This thesis compares the effectiveness between topical antibiotics and vaseline album
to prevent superficial wound infection post electrosurgery benign skin lesions,1-3 mm
in diameter. The Analytical research, double blind randomized clinical trial was
conducted in dermatovenerology outpatient clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital,
Jakarta. The results showed that topical antibiotics as effective as vaseline album for
preventing superficial wound infection post electrosurgery benign skin lesions, 1-3
mm in diameter. Topical antibiotics may not be necessary to prevent superficial
wound infection post electrosurgery, especially for benign skin lesions, 1-3 mm in
diameter."
2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James Evert Adolf Liku
"ABSTRAK
Olahraga Sketeboard dianggap sebagai salah satu olahraga yaag ekstrem dengan tingkat keparahan yang tinggi. Olahraga Skateboard pada mulanya muncul dan digemari oleh kalangan pemuda Amerika. Olahraga ini kemudian muncul dan berkembang di Indonesia seiring dengan globalisasi Perkembangan Olahraga Skateboard yang pesat dalam jumlah penggemarnya berpengaruh pada tingginya angka kecelakaan atau cedera yang diaJarni. Menyadari akan hal tersebut kemudian dirasakan sangat perlu untuk mengetahui darimana bahaya itu berasal dan seberapa parah tingkat cederanya. Banyak penelitian yang dilakukan untuk menilai resiko olahraga ini, namun penilaian tersebut hanya terbatas pada tempat bermain saja. Berdasarkan kenyataan yang ada melalui penelitian ini diharapkan setiap orang akan mengetahui bahaya dan resiko pada atlet olahraga skateboard yang diakibatkan oleh atlet itu sendiri dan mampu untuk mengurangi kecelakaan ataupun cedera."
2007
T32027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusana
"Risiko kerusakan integritas kulit perineal merupakan salah satu masalah keperawatan yang muncul pada balita dengan diare. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh perawatan kulit terhadap risiko kerusakan integritas kulit perineal balita dengan diare. Jumlah responden kelompok kontrol dan intervensi masing-masing 45. Desain penelitian quasi experiment dengan pre dan post test with control group.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang bermakna dimana balita dengan diare yang mendapatkan perawatan kulit sesuai standar praktik dalam penelitian ini mengalami risiko kerusakan integritas kulit lebih rendah (17% atau 6 kali) daripada balita yang mendapatkan perawatan kulit sesuai kebiasaan rumah sakit. Perlunya disusun standar praktik perawatan kulit sebagai pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan.
......The risk of impaired perineal skin integrity is one of the nursing problems which occurs among children under five years old with diarrhoea. The aim of this study was to identity the influence of skin care to the risk of the area perineal skin integrity among children under five years old with diarrhoea. The numbers of control group respondent and intervention group was 45 for each group. The research design used quasi experiment with pre and post test with control group.
The results identified that there was a significant different in which children under five years old with diarrhoea who recene skin care with standard practice recene lower risk of impaired skin integrity (17% or 6 times) than children under five who recened skin care based on hospital procedure. This research recommends that a standard practice for skin care is necessary as a guidance in providing nursing care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Setianing
"Latar belakang & tujuan: Paniang otot hamstring pada anak usia sekolah belum pernah diperiksa di Indonesia. Sit & reach test (SRT) seringkali dipakai untuk ini mengukur fleksibilitas punggung bawah dan otot hamstring. Tujuan penelitian adalah untuk (1) mengukur panjang otot hamstring dengan SRT dan mengukur hip joint angle (HJA) pada anak sekolah. (2) mengetahui hubungan antara SRT dan HJA (3) mengetahui perbedaan hasil kedua pengukuran diantara jenis kelamin. Subyek. Terdiri dari 136 anak sekolah dasar ( 71 laki-laki, 65 perempuan). Metode: Tiap anak diperiksa SRT, dan pada posisi akhir SRT dicatat nilai HJA menggunakan inklinometer yang diletakkan di atas tulang sakrum. Hasil Penelitian: Nilai rerata SRT adalah 22 cm dan nilai rerata HJA adalah 77 derajat. Terdapat korelasi negatif antara SRT dan HJA (-0.105). Tidak ada perbedaan yang bermakna pada nilai SRT dan HJA antara anak laki-laki dan perempuan. Kesimpulan & Diskusi: Terdapat pemendekan otot hamstring pada rerata subyek penelitian. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara SRT dan HJA karena pada penelitian ini tidak ada batas minimal nilai SRT subyek. Perbedaan ras antara subyek penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, juga mengakibatkan perbedaan proporsi antropometrik. Sedangkan pada anak laki-laki dan perempuan tidak didapatkan perbedaan panjang otot hamstring yang bermakna, karena memiliki faktor antropometrik yang hampir sama. Untuk mengukur panjang otot hamstring, lebih dianjurkan untuk mengukur HJA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mery Krismanto
"Latar Belakang: Protein S100B merupakan protein yang berikatan dengan kalsium pada sel-sel astroglial jaringan otak. Peningkatan kadar protein S100B dalam serum disebabkan karena aktivasi kerusakan astrosit dan sel glial, dan kerusakan integritas sawar darah otak. Beberapa studi prospektif terakhir, para ahli menghubungkan protein S100B dengan prediksi keluaran pasien cedera kepala.
Tujuan: Mengetahui hubungan kadar Protein S100B 6 jam pasca trauma terhadap skala keluaran GOSE 3 bulan pada penderita CKR dan CKS.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan data dikumpulkan secara prospektif pada pasien cedera kepala ringan dan sedang yang dirawat di UGD RSCM.
Hasil: Dari 45 sampel, didapatkan kelompok yang paling banyak adalah laki-laki (65.7%), usia 15-20 tahun (45.7%), tingkatp endidikan SMA (48.6%), CT scan normal (54.3%), kadar protein S100B < 0.403 μg/L (54.3%) dan GOSE >= 7 (71.4%). Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat cedera kepala dengan GOSE, CT scan dengan GOSE dan kadar protein S100B dengan GOSE.
Kesimpulan: Protein S100B merupakan prediktor yang sensitif terhadap keluaran, dimana pasien dengan protein S100B tinggi memperlihatkan keluaran yang buruk dibandingkan pasien dengan kadar protein S100B rendah.
......
Backgrounds: S100B protein is a protein that binds with calcium in brainastroglial cell. The increase in S100B serum level can be caused caused byastrocyte and glial cell damage and disturbance of blood brain barrier. Several prospective studies have elooked into the relationship of S100B protein with headinjury patents outcome.
Aim: To investigate the relationship between S100B protein level 6 hours aftertrauma and the outcome of patients with mild and moderate head injury using GOSE 3 months after trauma.
Method: This is an analytic descriptive study using data collected prospectivelyin mild and moderate head injury patients admitted to the emergency departmentof Cipto Mangunkusumo hospital.
Result: The majority of patients were male 65 7 aged between 15 20 yearsold 45 7 senior high school graduates 48 6 with normal CT scan 54 3 with S100B protein level 0 403 g L 54 3 and with GOSE 7 71 4. There was a significant relationship between the severity of head injury and GOSE CT scan finding and GOSE and S100B protein level and GOSE.
Conclusion: S100B protein level is a sensitive predictor for head injury patientoutcome in which patients with higher S100B protein level correlates with pooreroutcome."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>