Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pulan Widyanati
Abstrak :
Kulit manggis (Garcinia Mangostana L.) terbukti mengandung xanton yang memiliki potensi aktivitas antioksidan yang sangat tinggi terutama pada hasil fraksinasi diklorometana. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi dan menentukan penetrasi formula gel liposom xanton fraksi diklormetana ekstrak kulit buah manggis dibandingkan dengan gel xanton fraksi diklormetana ekstrak kulit buah manggis tanpa dibuat liposom serta daya antioksidan. Pembuatan liposom dengan metode hidrasi lapis tipis. Penetapan antioksidan dengan metode DPPH, sedangkan penetapan kadar α-mangostin dengan metode KLT densitometri. Nilai IC50 dari hasil fraksinasi diklorometana ekstrak kulit buah manggis sebesar 37,53 ppm. Kadar α-mangostin dalam fraksi diklormetana ekstrak kulit buah manggis adalah 49,059%±0,8%. Penetrasi α-mangostin secara in vitro sediaan gel liposom memberikan hasil lebih tinggi sebesar 35,33±1,208 μg cm-2 jam-1 dibandingkan sediaan gel fraksi diklormetana kulit buah manggis tanpa dibuat liposom yaitu 8,398±0,018 cm-2 jam-1. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gel liposom xanton hasil fraksinasi diklormetana ekstrak kulit buah manggis dapat berpenetrasi melalui kulit secara in vitro lebih baik dibandingkan dengan gel xanton yang tidak dibuat liposom. ...... The mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) has been proved rich in compounds of xanthone that have very high potential of antioxidant activity, especially the fractionation of dichloromethane. This study aimed to make formulation and to investigate the in vitro penetration by using liposome xanthone gel dichloromethane fraction of mangosteen pericarp compare non-liposome one and investigate the antioxidant activity. Liposomes were made by thin layer hidration method. The antioxidant activity was determined by DPPH method. Alfa mangostin was determined by TLC denstitometry. The IC50 values of dichloromethane fraction is 37.53 ppm. The concentration of α-mangostin in dichloromethane fraction is 49.059±0.8%. The in vitro penetration of α-mangostin of liposome gels had higher penetration (35.33±1.208 μg cm-2 jam-1) than non-liposome gel (8.398±0.018 μg cm-2 jam-1). Liposome xanthone gel dichloromethane fraction of mangosteen pericarp had better penetration than non-liposome one.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T34611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dhita Hasanah
Abstrak :
Xanton merupakan metabolit sekunder yang mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi yang mayoritas terdapat dalam kulit pericarp manggis Garcinia mangostana L. Kulit manggis diekstrak dengan metanol selama 7 hari (diaduk sesekali). Senyawa xanton dipisahkan dari ekstrak kasar dengan kromatografi kolom dengan eluen n-heksana : etil asetat (sistem gradien). Isolasi xanton diduga mengandung α-mangostin, allaxanton E, kudraxanton G, dan 1,5,8-trihidroksi-3-methoksi-2-(3-metilbut-2-enil) xanton. Reaksi prenilasi xanton adalah penambahan gugus prenil pada atom O pada gugus hidroksi dan atau pada atom C pada cincin aromatis dengan bantuan katalis basa. Xanton direaksikan dengan prenil bromida yang berfungsi sebagai sumber prenilasi dan katalis superbasa Na/NaOH/γ-Al2O3 pada temperatur 280C. 1,5,8-trihidroksi-3-metoksi-2-(3-metilbut-2-enil) xanton diduga mendapat tambahan 2 gugus prenil pada C6 dan C7 setelah reaksi prenilasi. Komponen-komponen xanton hasil prenilasi dipisahkan dalam 2, yaitu etil asetat dan metanol. Karakterisasi senyawa xanton dilakukan dengan MS, Spektroskopi UV-Vis, dan IR. Xanton hasil prenilasi dan isolat xanton diuji aktivitas antioksidan dengan DPPH. Aktivitas antioksidan xanton meningkat persentasenya menjadi 32% pada fraksi etil asetat. ......Xanthone, a secondary metabolite has high antioxidant activity, contained majority in pericarp of mangosteen Garcinia mangostana L. Mangosteen pericarp is extracted by methanol for 7 days (once striring). Xanhones is separated from the crude extract by coloumn chromatography by n-hexane : ethyl acetate eluent (gradient system). Xanthone isolation is proposed cointaining α-mangostin, cudraxanthone G, and 1,5,8-trihydroxy-3-methoxy-2-(3-methylbut-2-enyl) xanthone. Isolated xanthone is reacted with prenyl bromide which serves as the source of prenyl and superbase catalyst Na/NaOH/γ-Al2O3 at 280C. Components of synthesized prenylated xanthones is fractioned in 2 solvents such as ethyl acetate and methanol. 1,5,8-trihydroxy-3-methoxy-2-(3-methylbut-2-enyl) xanthone supposed having addition of 2 prenyl group on C6 and C7 after prenylation reaction. Xanthones is characterized by instruments such as Mass Spectrometry, UV-Vis Spectroscopy, dan Infrared Spectroscopy. Synthesized prenylated xanthone dan xanthone isolate are tested in antioxidant activity with DPPH. The percentage of antioxidant activity of prenylated xanthone is increasing to become 32% for ethyl acetate fraction.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45045
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cyntia Wahyuningrum
Abstrak :
Xanton merupakan senyawa antioksidan yang terdapat dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan penelitian ini digunakan metode peredaman DPPH untuk mengetahui nilai IC50 dari ekstrak etanol kulit buah manggis dan sediaan krim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik, aktivitas antioksidan dan pengaruh perubahan konsentrasi dimetikon dan siklometikon terhadap penetrasi ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) pada sediaan krim antikerut. Formulasi topikal dengan penambahan silikon dalam basis terbukti mampu mempertahankan kontak zat aktif dengan kulit dan mencegah hilangnya zat aktif karena proses abrasi. Semua formulasi yang di buat di uji daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus betina galur Sprague dawley. Nilai aktivitas antioksidan (IC50)terbaik ada pada formula C2 yaitu 4442,8 ppm. Jumlah kumulatif xanton yang terpenetrasi dari krim yang tidak mengandung silikon adalah 436,19±59,85 μg/cm² (A), sedangkan krim yang mengandung silikon secara berturut-turut adalah 539,42±18,63 μg/cm² (B1), 576,82±52,12 μg/cm² (B2), 619,46±23,42 μg/cm² (C1), dan 1116,74±77,75 μg/cm² (C2). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya silikon akan meningkatkan daya penetrasi krim antikerut. ...... Xanthone is an antioxidant compound which is found in the pericarp of mangosteen (Garcinia mangostana L.) and this research was using DPPH to determine the IC50 of ethanolic extract of mangosteen pericarp and cream preparations. The purpose of this research is to test the physical stability,antioxidant activity assay and to compare the penetration ability between cream with silicon and without silicon. Silicon in topical formulation has the ability to prolong the active compound contact time with the skin and avoid the loss of active substance from abrasion. All formulations were examined their penetration ability by Franz diffusion cell as in vitro test using Sprague Dawley rat abdomen skin as diffusion membrane. The best antioxidant activity (IC50) is 4442.8 ppm (C2) and total cumulative penetration of xanthone from cream without silicon is 436.19±59.85 μg/cm2 (A) while the value for creams with silicon are 539.42±18.63 μg/cm2 (B1-dimethicone 4%), 576.82±52.12 μg/cm2 (B2-dimethicone 8%), 619.46±23.42 μg/cm2 (C1-cyclomethicone 4%),1116.74±77.75 μg/cm2 (C2-cyclomethocone 8%), respectively. Based on these results, it can be concluded that the silicon compound will increase the penetration ability of cream preparations.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Thohiroh
Abstrak :
Warna gelap pada bibir disebabkan oleh adanya paparan oksidan yang dapat diatasi dengan senyawa antioksidan. Xanton merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Namun, xanton bersifat semi-hidrofilik dengan log P 3,39, yang membuat xanton sulit untuk bercampur dengan basis lipstik yang bersifat lipofilik. Oleh karena itu, xanton dibuat dalam bentuk transfersom agar dapat bercampur dengan basis lipstik serta dapat mencapai lapisan dermis bibir sehingga mampu mengatasi masalah kerusakan bibir akibat bahan-bahan pengoksida. Transfersom xanton dibuat menggunakan fosfatidilkolin dengan tiga surfaktan non-ionik, yaitu Span 20, Span 60, dan Span 80 dengan metode hidrasi lapis tipis. Transfersom xanton menggunakan span 20 menghasilkan indeks deformabilitas 47,04 dengan efisiensi penjerapan xanton sebesar 89,90 %. Pada penggunaan span 60, dihasilkan indeks deformabilitas 23,19 dengan efisiensi penjerapan 63.84 % dan pada span 80 dihasilkan indeks deformabilitas 25,98 dan efisiensi penjerapan 74.80 %. Transfersom xanton dengan span 20 yang menghasilkan jerapan terbesar serta karakterisasi yang terbaik, diformulasikan ke dalam lipstik dan dibandingkan dengan lipstik yang mengandung xanton serbuk. Lipstik transfersom yang dihasilkan memiliki kekerasan senilai 65 (1/10 nm) dengan suhu lebur 53,8 °C, bersifat tidak iritatif, dan memberikan polesan yang homogen dengan warna merah muda.
The dark color in lips is caused by exposure to oxidants that can be overcome by antioxidant compounds. Xanthone has strong antioxidant activity. However, xanthone as semi-hydrophilic compound with log P value is 3,39, is difficult to mix with lipstick bases which are lipophilic. Therefore, xanthone made in the form of transfersome to be mixed with lipstick bases and also reach the lips dermis layer so that it can overcome the problem of lips damage as a result of oxidizing materials. Transfersomal xanthone made using phosphatidylcholine with three non-ionic surfactants, Span 20, Span 60, and Span 80 with a thin layer hidration method. Transfersomal xanthone using span 20 produces deformability index 47,04 and entrapment efficiency 89,90 %. On the use of span 60, resulting deformability index 23,19 and entrapment efficiency 63.84 % while on the use of span 80 shown deformability index 25,98 and entrapment efficiency 74.80 %. Transfersomal xanthone using span 20 which generate the highest entrapment efficiency and the best characterization, is formulated into a lipstick and compared with lipstick that contains xanthone powder. The transfersomal lipstick has rigidness 65 (1/10 nm) with melting point temperature 53,8 °C, non-irritative, and provide a pink homogeneous polish texture.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Lia Anggreini
Abstrak :
ABSTRAK
"Xanton merupakan antioksidan kuat yang memiliki sifat hidrofilik dan koefisien" "partisi yang kecil sehingga memiliki penetrasi ke dalam kulit yang buruk. Transfersom merupakan sistem pengahantar obat berbentuk vesikel yang dapat meningkatkan penetrasi Xanton karena memiliki kemampuan untuk berdeformasi. Transfersom tersusun dari fosfatidilkolin dan surfaktan. Formulasi transfersom Xanton dibuat dengan menggunakan surfaktan non-ionik lipofilik yang berbeda yaitu Span 20, Span 60 dan Span 80. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh formulasi gel transfersom Xanton dan membandingkan daya penetrasinya dengan gel kontrol. Metode lapis tipis digunakan untuk pembuatan transfersom xanton. Lapis tipis yang terbentuk dihidrasi dengan air : etanol (3:2). Transfersom Xanton menggunakan span 20 memiliki karakteristik transfersom yang lebih baik daripada span 60 dan 80. Pembuatan gel transfersom dipilih menggunakan span 20 dan diuji penetrasinya secara in-vitro dengan sel difusi franz menggunakan abdomen tikus. Jumlah kumulatif penetrasi dari gel" "transfersom xanton yang menggunakan span 20 adalah 2084,56 ± 16,32 μg/cm2 atau 63,37 ± 0,50 % dengan fluks 260,57 ± 2,04 μg cm-2 jam-1; sedangkan jumlah kumulatif penetrasi dari sediaan gel kontrol adalah 912,93 ± 8,92 μg/cm2 atau" "32,31 ± 0,32 % dengan fluks 114,12 ± 0,91 μg cm-2 jam-1. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa transfersom dapat meningkatkan daya penetrasi Xanton."
ABSTRACT
Xanthone is a strong antioxidant which has hydrophilic compound and a small partition coefficient that has a bad penetration into the skin. Transfersom is a drug delivery system shaped vesicles that can increase the penetration of Xanthone because it has deformable ability. Transfersom is composed by Phosphatidylcoline and Surfactant. Transfersom formulations made by using nonionic Surfactants, they are Span 20, Span 60 and Span 80 in order to shape liphopilic vesicles that can increase the penetration of hydrophilic Xanthone. The purpose of this study is to obtain formulation of Xanthone transfersome and compare the formulation Xanthone transfersom gel penetration to control gel. Thin layer hydration method used to make transfersom Xanthone. Then thin layer is hidrated by water: ethanol (3:2). Transfersom Xanthone which uses Span 20 has better characteritics than Span 60 and Span 80. Gel is made by using span 20. Abdomen of rat is used to penetration test by franz difussion cel. The cumulative penetration of the Xanthone transfersom gel that uses Span 20 is 2084,56 ± 16,32 μg/cm2 or 63,37 ± 0,50 % and a flux 260,57 ± 2,04 μg cm-2 jam-1; while the cumulative penetration of control gel is 912,93 ± 8,92 μg/cm2 or 32,31 ± 0,32 % and a flux 114,12 ± 0,91 μg cm-2 jam-1. Based on these results it can be concluded that transfersom can increase penetration Xanthone
2015
S60676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Kurniawan Saputra
Abstrak :
Kanker menjadi salah satu penyakit mematikan di Indonesia. Senyawa xanthone yang didapat dari ekstrak dari kulit buah manggis (garcinia mangostana l.) digunakan sebagai senyawa anti kanker karena memiliki kandungan flavonoid yang tinggi. Pemilihan etil asetat sebagai pelarut digunakan untuk mendapatkan kandungan yield flavonoid yang optimal pada ekstrak kulit buah manggis. Agar kandungan flavonoid pada xanthone tidak terdegradasi habis oleh lambung sebelum sampai ke usus dimana pada penelitian ini adalah penyakit kanker usus, dibutuhkan suatu metode untuk menghantarkan senyawa xanthone. Preparasi mikrosfer kitosan menggunakan tripolifosfat (TPP) sebagai senyawa penaut silang digunakan karena dapat meningkatkan kekuatan mekanik partikel kitosan dan aman dikonsumsi. Uji profil pelepasan mikrosfer dilakukan terhadap larutan fluida sintetik yang disesuaikan dengan kondisi sistem pencernaan yaitu pH 1,2; 6,8; 7,4 (Simulated Gastric Fluid, Simulated Colonic Fluid, Simulated Intestinal Fluid). Pada penelitian ini didapat hasil pelepasan flavonoid mikrosfer kitosan fraksi etil asetat xanthone lebih banyak terlepas pada pH yang tinggi dibanding pH yang rendah dengan efisiensi enkapsulasi 97%. Dengan demikian pelepasan terkendali mikrosfer fraksi etil asetat xanthone memiliki potensi dalam pengobatan kanker usus (colon cancer). ......Cancer being one of the deadly disease in Indonesia. Xanthone compounds derived from extracts of the skin of the mangosteen fruit (Garcinia mangostana l.) Is used as an anti-cancer compound because it has a high flavonoid content. Selection of ethyl acetate as a solvent is used to obtain the optimal content of flavonoid yield on mangosteen peel extract. Order of the flavonoid on xanthones are not degraded by stomach out before it gets to the intestines where in this study were colon cancer, we need a method for delivering compounds xanthone. Preparation of chitosan microspheres using tripolyphosphate (TPP) as a cross linker compound is used because it can increase the mechanical strength of chitosan particles and safe to eat. Microspheres release profile test conducted on synthetic fluid solutions that are tailored to the conditions of the digestive system of pH 1.2, 6.8; 7.4 (Simulated Gastric Fluid, Simulated colonic Fluid, Simulated Intestinal Fluid). In this study the results obtained chitosan microspheres release flavonoid fraction of ethyl acetate xanthones more detached at high pH than low pH with encapsulation efficiency of 97%. Thus controlled release microspheres of ethyl acetate fraction xanthones have potential in the treatment of colorectal cancer (colon cancer).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Athaya Kindhi
Abstrak :
Kulit buah tanaman Garcinia mangostana atau manggis dapat dimanfaatkan menjadi produk farmasi, salah satunya sebagai sediaan kosmetik. Salah satu sediaan kosmetik yang disukai oleh pengguna adalah sediaan gel. Kulit buah manggis memiliki manfaat sebagai antioksidan yang dapat mempertahankan tubuh dari radikal bebas. Senyawa antioksidan dengan kandungan terbesar pada kulit buah manggis adalah senyawa xanton. Xanton diformulasikan dengan minyak canola, campuran Tween 80 dan Sugar Monoester (SME) sebagai surfaktan, serta etanol sebagai kosurfaktan. Setelah didapatkan formula yang optimum, SNEDDS ditambahkan ke dalam sediaan gel yang mengandung carbopol 940, trietanolamin, propilen glikol, gliserin, chamomile oil, nipagin, asam sitrat, dan aquademineralisata. Evaluasi secara fisik, pengujian stabilitas berupa cycling test, pengujian mekanik, dan penyimpanan selama 6 pekan, serta pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dilakukan terhadap sediaan gel. Formula SNEDDS yang optimum memiliki komposisi yang terdiri dari 30,00% canola oil; 36,56% Tween 80; 12,19% SME; dan 21,25% etanol. Sedangkan, formula gel yang optimum mengandung 10% SNEDDS. Uji sentrifugasi dan cycling test sediaan memberikan hasil yang baik dan tidak terjadi pemisahan maupun sineresis setelah pengujian. Setelah dilakukan pengujian stabilitas selama 6 pekan, sediaan stabil dalam suhu ruang dan suhu rendah serta tidak memberikan perubahan secara fisik maupun pH. Uji aktivitas antioksidan pada pekan ke-0 diperoleh hasil nilai IC50 sebesar 4.374,717 μg/mL dan pada pekan ke-10 4.645,405 μg/mL. Nilai ini tidak terlalu jauh berbeda sehingga sediaan gel masih dinyatakan stabil dalam penyimpanan selama 10 pekan. Hasil evaluasi menyatakan bahwa sediaan gel dengan 10% SNEDDS merupakan formula sediaan gel berbahan SNEDDS xanton yang optimum. ......The rind of the Garcinia mangostana or mangosteen is used as a cosmetic. One of the cosmetic preparations that are preferred by users is gel. Mangosteen rind can act as an antioxidant that protects the body from free radicals. The highest antioxidant in mangosteen rind is xanthone. The xanthone molecule was then created into a Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS). Canola oil, a combination of Tween 80 and Sugar Monoester (SME) as surfactants, and ethanol as cosurfactants are used in the formulation of SNEDDS. The chosen SNEDDS formula was then added to a gel preparation including carbopol 940, triethanolamine, propylene glycol, glycerin, chamomile oil, nipagin, citric acid, and aquademineralisata. Physical evaluation, stability testing in the form of a cycling test, mechanical testing, and storage for 6 weeks, as well as antioxidant activity measurement using the DPPH method was also performed. The optimal SNEDDS formula contain 30% canola oil, 36.56% Tweens 80, 12.19% SMEs, and 21.25% ethanol. Meanwhile, the best gel formula includes 10% SNEDDS. The centrifugation and cycling tests yielded positive results, with no separation or syneresis observed after testing. The gel was stable at room temperature and low temperature after 6 weeks of testing. The IC50 value for antioxidant activity was 4.374,717 μg/mL at week 0 and 4.645,405 μg/mL at week 10. This number has not significantly changed; hence the gel formulation will remain stable in storage for 10 weeks. According to the evaluation results, the gel preparation containing 10% SNEDDS was the best xanthone SNEDDS gel preparation formula.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Harina
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library