Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Johan Hasan
Abstrak :
Ketika kapitalisme tampak sebagai satu-satunya paradigma ekonomi yang unggul saat ini, dinyatakan sebut saja Robert Heilbroner, Peter Berger, Francis Fukuyama, justru di sini semakin relevan telaah kritis terhadapnya. Gerak hidup sebagai pencarian terbaik tetap perlu diusahakan karena meningkatnya tantangan permasalahan seperti: kelaparan, pengrusakan dan pencemaran alam, penindasan ekonomi dan sebagainya. Tesis bertolak dari pemikiran filsuf sekaligus novelis Ayn Rand yang membela sistem kapitalisme. Secara radikal dan komprehensif. Ia membongkar kesaiahan asumsi dasar yang dilabelisasi begitu saja terhadap kapitalisme. Dengan membela kepentingan manusia, Rand justru mengunggulkan individualisme di atas kolektivisme, egoisme di atas altruisme. Baginya justru sosialismelah yang menindas dan mengeksploitasi manusia dan menghancurkan ruang kreatif manusia rasional. Kapitalisme memungkinkan pemisahan antara ekonomi dan negara, dan menjadikannya lawan dari negara-negara absolut. Sebagai pisau bedah terhadap pemikiran Rand diajukan Karl Marx dan Habermas. Melalui Marx kita menangkap perubahan fungsi uang yang tidak dilihat oleh Rand. Marx juga berusaha meramalkan kejatuhan kapitalisme dengan krisisnya. Akan tetapi, Habermas memperbaiki ramalan kejatuhan kapitalisme Marx menjadi suatu hipotetis yang lebih kritis. Habermas justru menunjukkan kekhawatiran pada krisis legitimasi dan motivasi daripada krisis ekonomi dan krisis rasionalitas. Nilai-nilai dan legitimasilah yang semakin terkikis klaim kapitalisme lanjut (late-capitalism). Dengan mengembalikannya pada hakikat manusia, maka Hannah Arendt menunjukkan perlunya ruang publik dan private. Melalui skema Hampden-Turner dan Trompenaars, pendamaian ketegangan paradigma individualisme-komunitarianisme diajukan. Analisis Game reuty menunjukkan kepentingan tidak selalu bersifat antagonistik dan dapat mencapai keuntungan bersama dalam sistem non-zero sum game. Amitai Etzioni menunjukkan peranan penting komitmen moral dalam pasar. Faktor lain yang dapat mentransformasi kapitalisme menuju sistem yang lebih humanis ditunjukkan oleh Robert Putnam dan Fukuyama dengan adanya modal sosial (social capital). Persoalannya siapa yang menjadi agen perubahan tanpa mengabaikan kekhawatiran Rand terhadap kekuasaan negara? Di sini justru tantangan civil society akan semakin besar.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handogo
Abstrak :
Fokus tesis ini adalah mengkritisi pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global. Pemikiran Noorena Hertz tersebut mengandung berbagai kelemahan mendasar antara lain, (1). Kapitalisme global dapat memberikan keuntungan bagi semua, baik bagi kaum yang memiliki modal maupun bagi kaum marjinal, selain itu kapitalime global juga dianggap dapat memberikan keuntungan bagi negara kapitalis sentral maupun bagi negara kapitalis pinggiran dan juga bagi lingkungan. (2). Kapitalisme global juga menyebabkan terjadinya pergeseran formasi sosial, yaitu sejak dioperasikannya lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti WTO (world trade organization), perusahaan trans nasional seperti TNC's dan MNC's yang juga melibatkan lembaga-lembaga keuangan intemasional seperti IMF dan World Bank sebagai aktor akumulasi modal. (3). Posisi dan fungsi negara sebagai pengemban demokrasi menjadi mati karena negara yang harusnya mengemban fungsi kebijakar-publik, posisinya digantikan oleh kapitalisme global yang menguasai pasar. (4). Kapitalisme global bertujuan untuk merioiptakan konsumerisme, karena kosumerisme merupakan kekuatan modal dalam perdagangan bebas dan konsumerisme dijadikan atau disamakan dengan kepentingan ekonomi. (5). Kapitalisme dianggap oleh Noorena Hertz sebagai ideologi ekonomi yang digunakan untuk menglasikan kekayaan dan perdagangan bebas serta pasar terbuka. Serdasarkan data primer dan data sekunder serta telaah kepustakaan yang saya lakukan, mengarahkan saya pada pendapat bahwa hubungan diantara gejala kapitalisme dengan gejala sub budaya gang tidak sesederhana seperti yang dikemukakan dalam pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global tersebut. Menurut saya hubungan diantara berbagai gejala tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut, kapitalisme Indonesia yang merupakan bagian dari kapitalisme global tidak dapat disamakan dengan kapitalisme yang berkembang di negara-negara lain yang tergolong negara kapitalisme pinggiran. Dikatakan demikian karena tidak sepenuhnya kebijakan pemerintah Indonesia dipengaruhi oleh keberadaan perusahaan trans nasional ataupun perusahaan multi nasional, walaupun pemerintah Indonesia mengikuti aturan-aturan dalam perdagangan bebas seperti yang ditulis oleh Noorena Hertz, misalnya dengan privatisasi atau swastanisasi beberapa assets negara. Misalnya dalam pendidikan, pemerintah tidak sepenuhnya mengelola dengan prinsip neo liberalisme, hal ini dilihat dari adanya bantuan operasionalisasi sekolah atau SOS yang diberikan pada setiap jenjang sekolah. Walaupun negara menyerahkan urusan operasionalisasi sekolah secara mandiri, melalui otonomi sekolah, dan tidak semua pendidikan dikelola menurut keinginan dari kapitalis yang menguasai pasar Kapitalisme yang berkembang di Indonesia mempengaruhi terbentuknya sub budaya gank dikalangan pelajar SMA. Dikatakan demikian karena konstruksi kapitalisme tersebut dilakukan melalui pencitraan remaja masa kini sebagai remaja yang mengikuti trend pasar remaja yang dibuat oleh pars kapitalis Indonesia maupun kapitalis asing melalui keberadaan MNC's maupun TNC's bait media maupun non media. Selain itu selain konstruksi oleh kapitalis sub budaya gang juga terbentuk oleh sistem pendidikan di Indonesia yang terlalu padat materi dan pengajaran yang terlalu mendominsasi dan menguasai peserta didik membuat mereka bosan dan akhimya membentuk sub budaya gank dikalangan pelajar SMA. Keberadaan sub budaya gang dikalangan pelajar SMA juga diakibatkan oleh adanya komodifikasi pendidikan oleh pihak sekolah melalui kapitalisme pendidikan karena sekolah diposisikan oleh negara sebagai perusahaan jasa dalam melayani jasa pendidikan kepada masyarakat. Hal tersebut menjadi kebudayaan dominan atau rnungkin ideologi dominan yang berlaku di sekolah. Kapitalisrne Indonesia berbeda dengan kapitalisme yang berkembang di negara lain karena kapitalisme Indonesia merupakan kapitalis ersatz atau kapitalisme semu yang didominasi oleh kapitalis peneari rente atau keuntungan. Hal yang saya uraikan di atas luput dalam pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme. Perbedaan pemikiran saya dengan pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global yang saya kritisi dalam tesis ini terjadi karena, (1). Pemikiran Noorena Hertz terlalu berbasis pada ekonomi yang mengaburkan posisi negara sebagai pelaksana demokratisasi di suatu negara. (2). Pemikiran Noorena Hertz tidak menyinggung soal konstruksi budaya yang diakibatkan oleh kapitalisme global tersebut. (3). Pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global tidak membicarakan tentang komidifikasi pendidikan sebagai akibat dari konstruksi ideologi kapitalis. (4). Pemikiran Noorena Hertz terlalu bias negara kapitalis sentral, karena yang dideskripsikan dalam pemikirannya hanya kapitalisme yang berlaku dinegara kapitalis sentral dan tidak mendeskripsikan kapitalisme di negara kapitalisme pinggiran. Tentunya baik pemikiran saya maupun perbedaannya dengan pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global tersebut masih menghendaki dilakukannya penelitian yang lebih mendalam - dan didasarkan pada berbagai sudut pandang yang berbeda. Baik untuk memperkokoh atau meruntuhkan pemikiran saya tersebut.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz Muslim
Abstrak :
Fokus tesis ini adalah mengkaji relevansi pemikiran Imamanuel Wallerstein tentang kapitalisme dalam Teori Sistem Dunia, dengan fenomena kebangkitan politik identitas, partai agama dan negara dalam kapitalisme semi pheripheri Indonesia pasta rezim otoriter. Konsep pemikiran Wallersetein merupakan bagian dari teori-teori ketergantungan dalam melihat relasi negara dunia ketiga terhadap negara maju. Gagasan besar dalam pemikiran ini bahwa sebuah negara tidak bisa melepaskan dari interaksi global. Dinamika global akan mempengaruhi dinamika lokali. Sejauhmana negara pinggiran (dinamika lokal) bisa merespon secara lebih cerdas terhadap dinamika global dan menggunakannya untuk menaikkan statusnya menjadi negara semi pinggiran. Kesalahan dalam merespon dinamika global, hanya akan menyebabkan negara pinggiran terjebak dalam jurang keterbelakangan dan kemiskinan. Studi kasus yang dirnunculkan adalah fenomena Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Damai Sejahtera (PDS) dalam kasus Blok Cepu. Dipilihnya PKS dan PDS diharapkan bisa menjadi representasi dua identitas politik yang berbeda. Selain itu kedua partai tersebut memiliki relasi politik kekuasaan tidak sama. PKS berada dalam lingkup lingkar kekuasaan atau partai pendukung pemerintahan (inner cycle). Sedangkan PDS adalah partai yang diluar kekuasaan (outsider)- Aspek kapitalisme tidak semata-mata dilihat sebagai konteks sosial kemunculan kasus tersebut, tapi juga menjadi isi (conten) dalam menganalisa dari tesis ini. Sedangkan kasus Blok Cepu merupakan arena terjadinya kontestasi antara negara yang lebih mewakili kepentingan multinational corporal (Exxon Mobile Oil Indonesia l EMOI) dengan kapitalisme lokal (Pertamina) yang disuarakan oleh keiompok partai agama. Hasil temuan tesis saya ini menunjukkan bahwa politik identitas, yang salah satunya direpresentasikan melalui kebangkitan partai agama, baik diluar maupun didalam struktur kekuasaan negara, terjebak kepada sikap ambivalensi dalam berhadapan dengan kekuatan kapitalisme. Bagi partai yang masuk dalam lingkar kekuasaan (PKS), yang terjadi adalah kooptasi kekuatan kapitalisme melalui negara terhadap kekuatan partai agama. Demikian juga dengan partai yang diluar kekuasaan (PDS). Semuanya terjebak dalam kooptasi dan pragmatisme kekuasaan. Data primer, data sekunder dan telah kepustakaan yang dilakukan mengarahkan pada pendapat bahwa hubungan di antara gejala perkembangan partai agama, bagaimana respon negara terhadap konteks global, sehingga memuncullkan kapitalisme, tidaklah sesederhana seperti yang dikemukakan dalam pemikiran Immanuel Wallerstein dengan Sistem Dunia. Menurut saya, hubungan diantara berbagai gejala tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut; (1) Kapitalisme Indonesia memiliki karakteristik tersendiri, berbeda dengan kapitalisme Eropa. Ada faktor-faktor lokal (primordialisme, kultur feodalis dan psikologi bekas negara terjajah) dalam mempengaruhi dinamika kapitalisme. (2) konteks global bukanlah faktor tunggal yang menentukan dinamika kapitalisme negara-negara pinggiran. Dia hanyalah satu dari berbagai faktor lain yang mempengaruhi dinamika kapitalisme. (3) pola relasi agama dan negara, agama dan kapitalisme dan negara dan kapitalisme sangat mempengaruhi bentuk dan dinamika kapitalisme negara pinggiran. Penelitian saya membuktikan bahwa hanya ada dua model capitalisme yang muncul di Indonesia; kapitalisme negara (state led capitalism) dan kapitalisme pasar (market friendly capitalism). Kapitalisme negara muncul karena pengaruh kultur feodalis dan faktor eksternal berupa penetrasi kekuatan kapitalisme global. Kapitalisme negara berbentuk patron clien dengan aktor tunggalnya rezim yang berkuasa. Dalam orde lama, aktor tunggalnya Soekarno, Orde Baru aktor tunggalnya Soeharto. Keduanya sama-sama tidak bisa memunculkan kelas kapitalis domestik yang tangguh. Penyebabnya karena kapitalisme Indonesia masih bersifat rent seeking dimana negara menjadikan kelas kapitalis tidak untuk tujuan social welfare, tetapi sebagai bagian yang menopang struktur kekuasaan. Sehingga jatuh bangunnya kelas kapitalis ini sangat tergantung dengan dinamika kekuasaan negara. Persoalan identitas dengan background etnisitas, agama, suku dan ikatan primordial lainnya, atas nama stabilitas dan pembangunan, yang selama ini diharamkan oleh rezirn orde baru, kembali muncul setelah terjadinya liberalisme politik. Persepsi bahwa partai agama yang sekarang, merupakan kontinuitas dari partai agama sebelumnya, Dan kapitalisme sekarang juga sebuah kontinuitas dari kapitalisme sebelumnya, merupakan sebuah pernyataan (statemen) bukan kenyataan (reality). Karena partai agama dan kapitalisme dalam dinamika historis Indonesia memiliki ciri dan karakteristik tersendiri. Partai Agama juga merupakan bagian dari politisasi identitas dalam negara semipheripheri ketika berhadapan dengan kapitalisme. Sehingga partai agama belum bisa menjadi basis perjuangan politik yang twat. Karena a mudah dipermainkan dan direduksi oleh kepentingan-kepentingan kapitalis. Inilah sebuah refashioning partai agama pasca rezim otoriter. Refashioning adalah terjadinya komestifikasi partai agama sebagai strategi survival. Caranya dengan mengkomodifikasikan identitas agama dengan bentuk, model dan strategi yang baru. Adapun tujuan, visi dan misinya tetaplah sama.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novriantoni Kahar
Abstrak :
MQ Corporation is one of phenomenal business institutions led by a prominent Muslim preacher KH Abdullah Gymnastiar, familiarly called Aa Gym. However, many have neglected the existence of MQ Corporation as an outstanding business institution and paid more attention on Aa Gym's religious preaching. There is no specific academic research on the phenomenon of MQ Corporation in sociological perspective. This thesis, therefore, constitutes an attempt to highlight MQ Corporation into the analysis of symbolic capital, a theoretical framework developed by French sociologist, Pierre Bourdieu. Throughout this theory, the research assumes that development of MQ Corporation is high-correlated with symbolic capital, namely mass recognition. At first, this wide mass recognition obtained by Aa Gym as the central figure and it afterward affects on his business units. Additionally, this research attempts to explore how that symbolic capital obtained, how it benefits the owner, and how it maintained. This research furthermore predicts the future of MQ Corporation in case the deflation of symbolic capital as regards the rise and fall of Aa Gym's popularity whose personal brand is much greater than MQ corporation's corporate brand. This research concludes that development of MQ Corporation is very much correlated with the symbolic capital of Aa Gym. Therefore, the development of MQ Corporation correlated highly with the maintenance of symbolic capital as well as the invention of qualified products as any other commercial activity. This research finds that deterioration of Aa Gym's popularity would influence MC business units. Those units which depends much on the figure of Aa Gyim would be hard to develop whenever his popularity declines. While those which do not depend on his figure and able to invent their products well and innovatively would continue to exist.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Varga, Eugen, 1879-1964
Moscow: Foreign Languages Publishing House, 1961
330.12 VAR t (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soto, Hernando de
[Place of publication not identified]: Qalam, 2006
330.12 SOT mt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Basic Books, 1971
330.122 CAP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Redwood, John
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1990
330.122 RED k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Winardi
Bandung: Remadja Karya, 1986
330.122 WIN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shibata, Kei
Abstrak :
Dynamic and dialectic theories of world capitalism / Kei Shibata
This book have been primarily concerned with arriving at a consistent systematization of a wide range of theories such as are contained herein, rather than for a detailed explanation of each of the numerous steps constituting that systematization. 
Contents :
Part I   : Fundamental theory
Part II  : Marriage of theory to facts
Part III : A dynamic theory of capitalism
Part IV  : A Dialectic theory of capitalism
Kyoto : Minerva Shobo, 1959
K 330.122 SHI d
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>