Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Previous studies had shown that pasak bumi(PB) root chloroform extract given to laboratory animal would cause aphrodisiac effect and increase the testosterone hormone,FSH and LH whic mechanism of action was assumed to be by central simulation.....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Trisnawulan
Abstrak :
ABSTRAK
Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblas yang disertai peningkatan kadar Human Chorionic Gonadotropin (= HCG). Telah dilaporkan terjadinya gejala hipertiroidisme pada panderita mola yang ada kemungkinan berlanjut dengan timbulnya penyulit krisis tiroid yang dapat berakibat fatal. Hiperfungsi tiroid tersebut disebabkan pengaruh keaktifan tirotropik dari HCG. Penelitian ini bertujuan untuk memantau kadar hormon tiroid pada penderita mola hidatidosa.

Dari bulan Maret sampai dengan Agustus 1986 telah diperiksa serum dari 12 penderita MR. Pemeriksaan dilakukan secara serial: sebelum pengeluaran jaringan mola, lalu dilanjutkan pada hari ke 3 - 5, 1 bulan dan 2 bulan sesudahnya.

Dilakukan penetapan kadar hormon tiroksin (= T4) dan ambilan tiroksin (= Ambilan T4) dengan cara "Enzyme Immuno Assay" (=EIA) menggunakan kit ENDAB Irmruno Assay, kemudian nilai Indeks tiroksin babas (= ITB) dihitung. Diperiksa pula kadar "Thyroid Stimulating Hormone" (=TSH) dengan cara Radio Immuna Assay (=RIA) dan kadar hCG urin dengan test aglutinasi.

Sebelum dilakukan pengeluaran jaringan mola ke 12 kasus semuanya menunjukkan tanda tanda hipertiroidisme secara laboratoris (Ti, ambilan T4, ITB) dengan atau tanpa disertai gejala klinia. Setelah pengeluaran jaringan mola kelainan ini akan menurun dan mencapai kadar normal pada kurang lebih 1 bulan sesudahnya. Kadar TSH makin meningkat tetapi masih dalam batas batas normal. Keadaan ini seiring dengan penurunan kadar hCG urin. Hasil-hasil tersebut sesuai dengan yang didapatkan oleh peneliti peneliti terdahulu.

Disarankan untuk memasukkan pemeriksaan kadar hormon tiroid pada protokol panatalaksanaan penderita mola hidatidosa untuk mempertimbangkan pengobatan terhadap kelainan barman ini dan menghindari penyulit yang mungkin terjadi.
1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Evelyn Lina, auhor
Abstrak :
Latar Belakang: Prevalensi akne vulgaris (AV) pada perempuan dewasa tinggi dengan morbiditas psikososial bermakna. Akne vulgaris yang timbul saat remaja dan berlanjut hingga umur lebih dari 25 tahun disebut sebagai AV menetap (AVM). Hormon androgen memiliki peranan terpenting dalam patogenesis AVM. Indeks Androgen Bebas (IAB) adalah metode yang bagus untuk mengevaluasi kadar hormon androgen. Perbedaan ras berpengaruh pada variasi kadar hormon androgen antara individu. Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan nilai IAB dalam darah pada perempuan dewasa dengan AVM dan tanpa AV. Metode: Penelitian kasus kontrol. Hasil: Nilai IAB dalam darah pada perempuan dewasa dengan AVM memiliki median 1,93 (minimum 0,46 - maksimum 9,88). Nilai IAB dalam darah pada perempuan dewasa tanpa AV memiliki median 1,05 (minimum 0,24 - maksimum 2,42). Nilai IAB dalam darah pada perempuan dewasa dengan AVM lebih tinggi dibandingkan tanpa AV, dengan perbedaan yang bermakna secara statistik (p=0,014). Kesimpulan: Nilai IAB dalam darah pada perempuan dewasa dengan AVM lebih tinggi dibandingkan tanpa AV. ...... Background: The prevalence of acne vulgaris (AV) in adult women is high with significant psychosocial morbidity. Acne vulgaris which occur in adolescence and continue until age more than 25 years is mentioned as persistent acne vulgaris (PAV). Androgen hormone has the most important role in PAV pathogenesis. Free Androgen Index (FAI) is a good methode to evaluate androgen hormone level. Race difference influent the variation of androgen hormone level between individual. Objective: To investigate the comparison of blood FAI in adult women with PAV and without AV. Methods: Case control study. Result: The blood FAI in adult women with PAV has median 1,93 (minimum 0,46 - maksimum 9,88). The blood FAI in adult women without AV has median 1,05 (minimum 0,24 - maksimum 2,42). The blood FAI in adult women with PAV is higher than without AV, with difference which is statisticaly significant. (p=0,014). Conclusion: The blood FAI in adult women with PAV is higher than without AV.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dheeva Noorshintaningsih
Abstrak :
Usia subur merupakan usia yang paling penting dalam reproduksi perempuan. Usia subur berkisar 15 tahun hingga 46 tahun. Usia memiliki pengaruh terhadap sekresi GnRH, pada saat perempuan menempuh dekade ketiga dan keempat folikel akan mengalami penurunan sehingga sekresi GnRH juga akan terpengaruh, namun menjelang menopause sekresi GnRH akan meningkat karena folikel sudah tidak ada lagi dan tidak akan yang memberikan umpan balik negatif kepada GnRH, maka itu sekresi GnRH pada orang menopause tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar LH berdasarkan perempuan dengan usia subur yang mengalami gangguan menstruasi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional analitik, dalam penelitian ini terdapat 74 perempuan usia subur (15-45 tahun) yang mengalami gangguan menstruasi yang terlibat. Data pada penelitian didapatkan dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari hasil pemeriksaan laboratorium dan kuesioner SCL-90 pada penelitian ?Peranan Adiponektin terhadap Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) dan Hubungannya dengan Faktor Genetik, Endokrin, dan Metabolik?. Data pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 17.0 dengan analisis chi-square. Berdasarkan analisis, didapatkan hasil bahwa proporsi usia dibawah 30 tahun yang memiliki kadar LH yang tergolong normal lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi usia dibawah 30 tahun yang mempunyai kadar LH abnormal yaitu masing-masing nilainya 60,9% dan 39,1%. Perbedaan proporsi tersebut secara statistic bermakna dengan P sama dengan 0,009. Sementara, tidak terdapat perbedaan bermakna kadar LH pada aktivitas fisik, status gizi, gejala gangguan mental emosional, serta status SOPK perempuan dengan gangguan menstruasi. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa usia memiliki peran dalam perbedaan kadar LH pada perempuan dengan gangguan menstruasi.
Reproductive age is the most important phase in women?s reproductive cycle. In most women the reproductive age is around 15-46 years old. Age has influence on GnRH secretion, when women take the third and fourth decades of follicles will decrease so the secretion of GnRH may also be affected, but the menopause GnRH secretion will increase as the follicle is no longer there and that will not give negative feedback to GnRH, the GnRH secretion was higher in the menopause. This study aimed to compare the levels of LH by women of reproductive age, especially in women with menstrual disorders. The study design is cross-sectional analytic involving 74 women of childbearing age (15-45 years) who experience menstrual disorders. The study was conducted using secondary data derived from the results of laboratory tests and the SCL-90 questionnaire of study titled "The Role of Adiponection to polycystic ovary syndrome (PCOS) and Its Relationship to Genetic Factors, Endocrine and Metabolic". Data analysis was performed with SPSS for Windows version 17.0 using chi-square analysis. Based on the analysis, showed that the proportion aged under 30 years who have a relatively normal LH levels higher than the proportion aged under 30 years who have abnormal levels of LH values ​​respectively 60.9% and 39.1%. The difference was statistically significant proportion of the P equals 0.009. Meanwhile, there were no significant differences in the levels of LH in physical activity, nutritional status, symptoms of mental, emotional, as well as the status of PCOS women with menstrual disorders. It can be concluded that there are differences in the role of age in LH levels in women with menstrual disorders.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abernethy, Kathy
London: Bailliere Tindall , 2002
618.17 ABE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fok-Spencer, Rebecca
Jakarta: Erlangga, 2007
618.17 FOX st (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Reseptor follicle-stimulating hormone (FSHR) hanya terekspresi pada sel granulosa ovarium dan sel Sertoli testis. Ekspresinya yang sangat spesifik menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa traskripsi khusus pada kedua tipe sel tersebut yang bertanggung jawab untuk aktivasi gen reseptor FSH. Walaupun mekanismenya belum diketahui, namun telah dicapai beberapa kemajuan menyangkut mekanisme yang mengontrol proses transkripsi dan regulasi gen reseptor FSH. Sampai saat ini telah diidentifikasi beberapa elemen regulator penting yang bertanggung jawab untuk proses transkripsi gen reseptor FSH yang tidak mengandung TATA box tersebut seperti elemen E box (CACG(A)TG, –124/–119), elemen GATA (TATC, –88/–85), E2F (TTTCGCG, –45/–39), dan elemen regulator-3 (–197/–171). Studi fungsional menunjukkan bila mutasi terjadi pada elemen regulator tersebut akan menurunkan fungsi promoter secara bermakna dan dampak terbesar terdeteksi bila mutasi terjadi pada elemen E box. Metilasi pada situs CpG spesifik dalam daerah promoter inti tampaknya memegang peranan penting dalam regulasi transkripsi gen reseptor FSH tikus dan mencit. (Med J Indones 2003; 12: 187-93)
Follicle-stimulating hormone receptor (FSHR) is exclusively expressed in granulose cells of the ovary and Sertoli cells of the testis. The highly cell-specific of gene expression revealed that transcriptional events unique to these two cell types are responsible for activation of the FSHR gene. Even though its mechanisms are still unclear, several progress regarding the mechanism that control its basal transcription and regulation has been made. It has been identified several important elements that responsible for the transcription of the TATA-less FSHR gene such as: E box element (CACG(A)TG, –124/–119), an inverted GATA (TATC, –88/–85), E2F (TTTCGCG, –45/–39), and regulator element-3 (–197/–171). The functional studies shown that mutations through these regulatory elements significantly decrease the promoter function with greatest impact detected when mutation was done in E-box element. The site-specific CpG methylation within the core promoter seems play an important role in the regulation of rat and mouse FSHR gene expression. (Med J Indones 2003; 12: 187-93)
Medical Journal of Indonesia, 12 (3) Juli September 2003: 187-193, 2003
MJIN-12-3-JulSep2003-187
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zaima Amalia
Abstrak :
Keamanan pangan merupakan salah satu isu internasional. Bahaya penggunaan antibiotik pada budidaya hewan menjadi salah satu penyumbang timbulnya resistensi pada manusia. DiIndonesia, lazim digunakan antibiotik sebagai growth promotor pada budidaya hewan.Larangan penggunaan hormon dan antibiotik imbuhan pakan tertulis dalam Undang-UndangNo. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang kemudian diperjelasdengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/PK.350/5/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Tesis ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kebijakan larangan penggunaan hormon dan antibiotik imbuhan pakan, khususnya faktor kesehatan, hukum, politik, dan ekonomi. Penelitian menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ekonomi memiliki pengaruh lebih kuat dibandingkan faktor politik, hukum dankesehatan.
Food safety is an international issue. Using antibiotic in poultry production is dangerous and it could be caused of antibiotic antimicrobial resistance for human. In Indonesia, poultries using antibiotic as growth promoter AGP. The prohibition of hormones andantibiotics as feed additive using written in Act 18 of 2009 on Livestock and Animal Health, which is then clarified by the Regulation of the Minister of Agriculture No.14 Permentan PK.350 5 2017 on Classification of Animal Drugs. This thesis discusses the factors that influence the making policy of prohibiting the use ofhormones and antibiotics as feed additive, especially health, legal, politic, and economicfactors.This is a descriptive study by qualitative approach. The data were collected by of in depthinterview and literature review. The result is the economy factor is more influence thanpolitic, legal and health`s factor.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrati Handini
Abstrak :
Dari tahun ke tahun, usia harapan hidup wanita Indonesia semakin meningkat. Sementara SDKI pada tahun 2003-2004 menyebutkan sekitar 21,1 % penduduk Indonesia yang telah memasuki usia menopause. Menopause merupakan peristiwa fisiologis yang menyebabkan munculnya berbagai perubahan fisik, reproduksi dan psikis. Hal ini berhubungan dengan berhentinya fungsi indung telur yang mempengaruhi produksi hormon estrogen dan progesteron. Keadaan ini menyebabkan munculnya berbagai keluhan, gangguan atau penyakit, seperti sindroma menopause, osteoporosis, dan penyakit jantung koroner. Untuk mencegah, dan mengurangi risiko kejadian tersebut, salah satu alternatifnya adalah dengan pemberian Terapi Sulih Harmon/Harmane Replacement Therapy (HRT). TSH adalah hormon pengganti yang diberikan kepada wanita menopause karena sudah tidak memproduksi estrogen lagi. TSH dapat mencegah, dan mengurangi resiko keluhan, gangguan atau penyakit akibat menopause. Penggunaan TSH sampai sekarang masih menimbulkan kontraversi di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan penggunaan terapi sulih hormon pada pasien menopause. Sebagai variabel bebas adalah usia saat menopause, lama menopause, sindroma menopause, riwayat reproduksi, riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, riwayat penggunaan kontrasepsi, pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan tentang terapi sulih hormon, anjuran dokter dan permintaan pasien. Sedangkan sebagai varibel terikat adalah penggunaan terapi sulih hormon. Penelitian ini dilakukan di Klinik Menopause Yasmin Perjan RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Klinik Menopause RSPAD Gatol Soebroto mulai bulan Januari 2003 - Desember 2004. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Sampel penelitian adalah pasien yang sudah menopause yang datang berkonsultasi di klinik menopause selama periode Januari 2003- Desember 2004. Jumlah sampel minimal ditetapkan kasus banding kontrol = 1 : 1, dengan tingkat kemaknaan 95% dan presisi 20%, diperoleh 105 responden untuk kelompok kasus dan 105 responden untuk kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan secara bermakna dengan pemberian terapi sulih hormon adalah variabel riwayat penyakit, riwayat kontrasepsi hormonal, pengetahuan tentang terapi sulih hormon ananjuran dokter. Dari analisis multivariat didapatkan OR= 3,117 untuk variabel riwayat penyakit, OR = 2,381 untuk variabel riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal, OR= 2,303 untuk variabel berpengetahuan linggi dan OR = 4.454 untuk variabel anjuran dokter. Diperlukan upaya sosialisasi dan pendidikan yang berhubungan dengan masalah-masalah menopause dan penggunaan TSH kepada masyarakat luas. Hal ini harus didukung oleh kebijakan dari Departemen Kesehatan maupun organisasi profesi kedokteran tentang penatalaksanaan TSH, termasuk mempersiapkan tenaga yang handal untuk melaksanakan konseling pasca menopause. ...... Reasons on Use of Hormone Replacement Therapy for Menopausal Patients in Yasmine Perjan Menopause Clinic in Dr Cipto Mangunkusumo Hospital & Menopause Clinic RSPAD Gatot Subroto 2005.Through the years the life span of Indonesian women has been increasing. While in year 2003-2004 SDKI says that 21,1 % of Indonesian population is entering menopausal ages. Menopause itself is a physiologic episode that causes many physical changes and in reproduction and psyche as well. It relates to the stop of the ovary function that affects the estrogen and progestine hormones. This condition will also affect other complaints on body, disorders or diseases, such as menopausal syndrome, osteoporosis, and coronary heart disease. Hormone Replacement Therapy (HRT) is an alternative therapy to prevent and reduce the risks of those complaints. HRT aims to replace the hormone of a menopausal woman so that it could prevent and reduce the risks. But HRT user gives controversial with public This research aims to find out the basic reasons for the patients to use the therapy. As free variables are the age by the time menopause starts, the length, the syndrome, the reproduction history of the patient and family, the history of contraception use, education, occupation and knowledge on HRT, doctor's advises and patients demands. As bond variable is the use of HRT. This research is conducted in Yasmin Perjan Menopause Clinic in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital and Menopause Clinic in RSPAD Gatot Soebroto starting January 2003 up to December 2004. It uses primary and secondary data. The samples are patients with menopausal problem that already have a consultation in the clinic during period of January 2003 - December 2004. The total sample, with ratio = 1.1 minimally, with significant level 95% and precision 20%, is found respectively from 105 respondents each lbr case group and controlled group. The result shows that the variables that related significantly to HRT are history of the diseases, hormonal contraception, knowledge on HRT and doctor's advises. From multi variant analysis it is found OR= 3, 1 17 times for variable of history o f disease, OR = 2,381 for variable of history on hormonal contraception, OR= 2,303 for variable with high education and OR= 4.454 for doctor's advises. Finally it is necessary to socialize and to educate people relates to menopausal problems and use of HRT to the public. Policies are from Health Department and other Medical Profession Organization on HRT management. It is needed more experiences to do the menopausal consultation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2005
T13579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Dwi Hartanti
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Endometriosis merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai pada wanita usia reproduktif. Kelainan ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas. Hormon estrogen memegang peranan penting dalam patogenesis endometriosis. Biosintesis estrogen merupakan rangkaian reaksi yang memerlukan enzim untuk mengkatalisis salah satu reaksi komponennya yaitu aromatase. Sel yang mengekspresi aromatase adalah sel granulosa yang aktifitasnya dikendalikan oleh FSH. Agar dapat menjalankan fungsinya, FSH harus berikatan dengan reseptor spesifiknya, yaitu reseptor FSH. Interaksi FSH dengan reseptor FSH yang merupakan bagian integral membran sel granulosa akan sangat menentukan respon ovarium untuk menghasilkan estrogen melalui aktifitas katalitik enzim aromatase. Respon ovarium terhadap FSH ditentukan oleh genotip reseptor FSH. Hasil skrining mutasi gen reseptor FSH menunjukkan adanya dua polimorfisme pada gen reseptor FSH. Polimorfisme pertama terdapat pada posisi 307 domain ekstraseluler, yang dibaca sebagai kode Alanin (Ala) atau Threonin (Thr). Polimorfisme kedua terdapat pada posisi 680 domain intraseluler, yang dibaca sebagai kode Asparagin (Asn) atau Sarin (Ser). Sensitivitas reseptor FSH terhadap FSH ditentukan oleh kombinasi alel yang terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh polimorfisme gen reseptor FSH pada wanita-wanita dengan endometriosis. Hasil dan Kesimpulan : Analisis pada reseptor FSH dengan PCR-SSCP dalam penelitian ini mendapatkan perbedaan frekuensi alel Mn dan Ser yang bermakna antara wanita dengan endometriosis dengan wanita normal (p < 0,05, chi-square), sedangkan frekuensi alel Ala dan Thr pada kedua kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna. Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar FSH basal antara genotip-genotip pada kedua daerah polimorfik reseptor FSH pada kedua kelompok Genotip SerfSer cenderung memiliki kadar FSH basal yang lebih tinggi, baik pada wanita dengan endometriosis maupun wanita kontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa polimorfisme gen reseptor FSH tidak berperan dalam patogenesis endometriosis walaupun alel Ser cenderung berasosiasi dengan endometriosis. Karena banyaknya penderita endometriosis yang mengikuti program fertilisasi in vitro (FIV), maka disarankan untuk memeriksa polimorfisme gen reseptor FSH pada penderita endometriosis yang mengikuti program FIV agar dicapai hasil yang optimal.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T 16209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>