Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kukuh Handayani
"Lean construction melalui identifikasi dan peniadaan waste dari proses konstruksi proyek perumahan dapat meminimalkan pemborosan biaya dan waktu sehingga dapat dicapai laba yang optimal. Perencanaan dan penjadwalan yang melibatkan semua pihak dapat menghasilkan rencana proyek yang komprehensif dan efektif, menghindari penundaan dan menjamin bahwa sumber daya digunakan secara efisien. Studi kasus di proyek perumahan Green Royal (GR) Jakarta Barat terdapat 21 kegiatan non value added (NVA) dari total 87 kegiatan yang menyebabkan keterlambatan selama 9 minggu, dimana jika menghilangkan kegiatan tersebut masih terlambat 4 minggu. Salah satu upaya memperpendek durasi adalah melalui penerapan lean tools : crashing program yaitu dengan penambahan tenaga kerja sebanyak 22 orang selama 8 minggu pada pekerjaan bekisting dan pembesian, sehingga durasi pekerjaan menjadi lebih cepat 4 minggu. Tools lean lainnya yang dapat dilakukan adalah standardization, last planner system, coordination, get quality right at first time, just-in-time, prefabricated dan five S. Dengan crashing program, waktu pekerjaan menjadi 66 minggu dimana lebih cepat 4 minggu dari schedule rencana. Biaya mengalami kenaikan sebesar Rp 201.500.000,-, namun disisi lain terdapat efisiensi waktu selama 4 minggu sebesar Rp 544.000.000 sehingga berpengaruh terhadap HPP dari 85,33% menjadi 84,92% dan laba mengalami peningkatan dari 14,67% menjadi 15,08%. Dampak lainnya adalah tidak kena sangsi 1/1000 dan terhindar blacklist dari owner.

Lean construction through identifying and eliminating waste from the housing project construction process can minimize wasted costs and time so that optimal profits can be achieved. Planning and scheduling that involves all parties can produce a comprehensive and effective project plan, avoiding delays and ensuring that resources are used efficiently. In the case study at the Green Royal (GR) West Jakarta housing project, there were 21 non-value added (NVA) activities out of a total of 87 activities which caused a delay of 9 weeks, whereas if we removed these activities it would still be 4 weeks late. One effort to shorten the duration is through the application of lean tools: crashing program, namely by adding a workforce of 22 people for 8 weeks on formwork and reinforcement work, so that the duration of the work is 4 weeks faster. Other lean tools that can be used are standardization, last planner system, coordination, get quality right at first time, just-in-time, prefabricated and five S. With the crashing program, the work time becomes 66 weeks, which is 4 weeks faster than the planned schedule . Costs increased by IDR 201,500,000,-, but on the other hand there was a time efficiency for 4 weeks of IDR 544,000,000 so that the effect on COGS from 85.33% to 84.92% and profits increased from 14.67% to 15 .08%. Another impact is not being subject to a 1/1000 penalty and avoiding being blacklisted by the owner."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilya Safarini
"Tingginya kebutuhan akan sarana perumahan dan terbatasnya lahan yang tersedia serta gaya hidup masyarakat perkotaan yang sudah menyamai masyarakat di kota-kota besar lainnya di dunia menyebabkan bisnis apartemen/kondominium merupakan lahan bare dalam bisnis properti yang mempunyai pangsa pasar yang baik. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan analisa terhadap harga pokok dan harga jual unit kondominium dari sudut pandang developer untuk mengetahui apakah harga jual yang ditetapkan dapat memberikan laba dan menciptakan insentif bagi para pembeli. Dalam melakukan pembahasan penulis menggunakan pendekatan studi kasus terhadap proyek kondominium Fr. XYZ, dan studi kepustakaan untuk mendapatkan dasar pemikiran dari topik yang dibahas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga jual unit apartemen/kondominium adalah antara lain: fasilitas yang ditawarkan, lokasi, capital gain yang diharapkaan dapat diraih dari investasi dalam bentuk unit apartemen/kondominium, dan status sosial yang melekat pada pemilik unit apartemen/kondominium. Dari hasil penelitian oleh suatu badan periset pasar dapat dilihat bahwa dalam kondisi pasar yang stabil tingkat pengembalian investasi (ROI) yang dapat diraih dari bisnis properti ini adalah cukup tinggi (sekitar 15-40 persen). Harga pokok apartemen/kondomimium PT XYZ ini terdiri dari biaya perizinan, biaya konstruksi gedung, biaya pembuatan fasilitas-fasilitas rekreasi, biaya tenaga ahli, pengeluaran pra konstruksi, biaya perolehan dan pematangan tanah, biaya pembuatan prasarana pendukung dan biaya pemasaran. Sedangkan sumber pendanaan proyek tersebut berasal dari beimacam sumber, yaitu : pinjaman dari bank, modal kerja dari penanam modal dan uang muka serta cicilannya dari para calon penghuni. ROI yang didapatkan dari proyek ini adalah sebesar 30,2 persen. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan topik ini adalah bahwa bisnis properti dalam bidang apartemen/kondominium ini berbeda dengan bisnis properti dalam bentuk perumahan (real estate) karena pangsa pasar untuk penjualan unit-unit apartemen ini masih terbatas pada kalangan-kalangan tertentu seperti tenaga kerja asing atau penduduk lokal yang ingin menjadikannya sebagai sarana investasi, sehingga para developer sebelumnya harus melakukan studi pasar dengan cermat mengenai lokasi, fasilitas dan harga yang memang sesuai dengan keinginan target market. Penetapan harga jual yang umumnya ditetapkan per meter persegi memudahkan pengalokasian biaya-biaya konstruksi yang merupakan gabungan dari biaya langsung dan biaya tidak langsung yang masing-masing terdiri dari upah langsung, bahan langsung dan subkontraktor untuk biaya langsung, dan untuk biaya tidak langsung mencakup bahan bakar, transportasi, personalia, umum dan lainnya. Sedangkan saran yang diajukan adalah melakukan penetapan harga jual unit apartemen/kondominium dengan berdasarkan pada tipe unit-unit yang ditawarkan, dimana biaya konstruksi bangunan apartemen dialokasikan berdasarkan luas unit-unit yang ada. Sedangkan untuk bagian-bagian apartemen yang dimiliki bersama, total biaya konstruksi dan biaya-biaya dikapitalisasikan atas bagian tersebut dibagi dengan jumlah unit yang ditawarkan. Dengan demikian pengalokasian biaya dapat lebih akurat dan dapat menghasilkan penghitungan biaya yang benar-benar mencerminkan harga pokok dari masing-masing tipe unit apartemen."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S19006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library