Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asmarinah
"Telah. lama diketahui bahwa bpermatogenesis mudah dipengaruiii oleh.kenaikan suhu di sekitar testis, Dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh pemanasan testis in vivo secara berulang dengan menggunakan air terhadap jumlah spermatogonia A dan spermatosit primer pakhiten, yang dilakukan pada mencit n (Mus musculus L.) strain CER« Mencit dibagi dalam 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol tanpa perlakuan apapun, kelompok kontrol dengan perlakuan pembiusan selama 10 menit, kelompok pemanasan. testis 39 °C selama 10 menit, kelompok pemanasan testis 40 °C selama 10 menit dan kelompok pemanasan testis 4I °0 selama 10 menit. Perlakuan-perlakuan tersebut masing-masing diberikan empat kair ulangan dengan selang waktu' sembilan hari di antara tiap ulangan, Setelah empat kali ulangan, mencit ditimbang lalu testisnya diambil dan kemudian ditimbang, Setelah itu testis dibuat preparat histologi, Jumlah; spermatogonia A dan spermatosit primer pakhiten dihitung serta diameter tubulus seminiferus diukur,- Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pemanasan testis in vivo tidak berpengaruh terhadap jumlah spermatogonia A, tetapi berpengaruh terhadap jumlah spermatosit primer pakhiten, Khusus peman-asan testis bersuhu 41° C mempengaruhi berat testis dan ukuran diameter tubulus.seminiferus"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damai Ria Setyawati
"ABSTRAK
Luteolin merupakan kandidat yang poten sebagai alternatif pengobatan penyakit asam urat karena aktivitas antiinflamasi dan penghambatan xantin oksidase. Akan tetapi, kelarutan dan permeabilitas luteolin yang kurang baikmerupakan masalahdalam pengembangan formula. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penetrasi luteolin ke dalam kulitmelalui formulasi transfersom luteolin.Luteolin diformulasikan dalam transfersomdan beberapa variasi formula meliputi konsentrasi total lipid (fosfolipid-Tween 80) dan luteolin dioptimalisasi menggunakan response surface methodology. Respon optimalisasiyang diukur adalah ukuran partikel, indeks polidispersitas, potensial zeta dan efisiensi penjerapan. Uji penetrasi in vitro dan in vivo dilakukan menggunakan tikus putih jantan galur Sprague Dawley.Hasil optimalisasi transfersom luteolin mengindikasikan bahwa konsentrasi total lipid 4,88% dan luteolin 0,5% merupakan formula optimal. Gambaran vesikel menggunakan transmission electron microscope (TEM) memperlihatkan partikel sferis dengan beberapa partikel yang beragregasi. Transfersom luteolin formula optimal mempunyai ukuran partikel 257,18±15,20 nm, indeks polidispersitas0,480±0,013, potential zeta -18,67±0,379 mV danefisiensi penjerapan 94,97±0,28%. Penetrasi luteolin secarain vitropada gel transfersom luteolin sebesar 16,49% dengan nilai fluks 126,80±5,09 μg/cm2/jam. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan gel luteolin yaitu 6,27% dan fluks 24,03±2,32 μg/cm2/jam. Penetrasi in vivomemberikan nilai Cmaksdan AUC0-∞ sebesar 9982,29 ng/mL dan 25329,94 ng.jam/mL pada gel transfersom luteolin dan 2908,34 ng/mL dan 7965,88 ng.jam/mL pada gel luteolin.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa transfersom luteolin mampu meningkatkan penetrasi melalui kulit, baik secara in vitromaupunin vivo.

ABSTRACT
Luteolin is a potent candidate as an alternative treatment for gout due to its xanthine oxidase inhibition and anti-inflammatory activities. However, its poor solubility and permeability are hampering its formulationand development process. This study aimed to improve skin penetration of luteolin by luteolin transfersome formulation. Luteolin transfersome fistly was prepared, and various formulation variables including total lipid (phospholipid-Tween 80) and luteolin concentration were optimized using response surface methodology. Measured responses of optimization were particle size, polydispersity index, zeta potential and entrapment efficiency. In vitro and in vivo penetration studies were carried out using Sprague Dawley male rats. The results of optimization indicate that 4.88% total lipid and 0.5% luteolin concentration is the optimum formulation. Vesicle image using transmission electron microscope (TEM) revealed spherical particles and occurrence of particle aggregation. The optimumluteolin transfersome had particle size of 257.18±15.20 nm, polidispersity index of 0.480±0.013, zeta potential of -18.67±0.379 mV and entrapment efficiency of 94.97±0.28%. In vitro penetration experiment of luteolin transfersome gel showed that16.49% of luteolin was penetrated with flux parameter was of 126.80±5.09 μg/cm2/h. It was significantly higher compared to luteolin gel which only6.27%of luteolin was penetrated and flux of 24.03±2.32 μg/cm2/h. Moreover, in vivo penetration study showed that Cmax and AUC0-∞of luteolin transfersome gel were 9982.29ng/Ml and 25329.94 ng.h/mL,respectively, which was higher than those of luteolin gel (2908.34 ng/mL and7965.88 ng.h/mL). It was concluded that luteolin transfersome enhaced in vitro and in vivo penetration of luteolin"
2016
T46091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camelia Dwi Putri Masrijal
"ABSTRAK
Medroksiprogesteron asetat merupakan progestin sintetik yang digunakan sebagai kontrasepsi hormonal jangka panjang. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan penetrasi subkutan dari medroksiprogesteron asetat. Pada penelitian ini telah dilakukan optimasi formula transfersom yaitu F1, F2 dan F3 dengan perbandingan fosfatidilkolin : Tween 80  berturut-turut adalah 90:10; 85:15; dan 75:25. Hasil karakterisasi menunjukkan F2 adalah formula terbaik dengan efisiensi penjerapan 81,20 ± 0,42 %, Zaverage 81,35 ±0,78 nm, indeks polidispersitas 0,198 ± 0,012 dan potensial zeta -34,83±0,64 mVsehingga digunakan pada formulasi sediaan gel. Sediaan gel yang dibuat terdiri dari dua formula, yaitu gel transfersom (FGT) dan gel non transfersom (FG). Terhadap kedua gel tersebut dilakukan uji penetrasi in vitro menggunakan sel difusi Franz dan uji in vivo pada tikus betina Sprague Dawley. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif medroksiprogesteron asetat terpenetrasi dari FGT lebih tinggi daripada FG selama 24  jam, dengan nilai fluks untuk FGT dan FG masing-masing adalah 112,77 ± 6,47 ng.cm-2.jam-1 dan 17,99 ± 4,81 ng.cm-2.jam-1. Pada uji in vivo, medroksiprogesteron asetat dalam sediaan FGT memberikan hasil area under the curve (AUC) yang lebih tinggi dari pada dalam sediaan FG. 

ABSTRACT
Medroxyprogesterone acetate is a synthetic progestin which is used as long-acting hormonal contraceptive. The aim of this research was to increase subcutaneous penetration of medroxyprogesterone acetate. In this research three transferosomes formulas were prepared and optimized,e.g.F1,F2 and F3 with posphatidylcoline : tween 80 concentration were 90:10; 85:15; and 75:25, respectively. F2 was the best formula with highest entrapment eficiency 81.20 ± 0.42 %, Zaverage 81.35 ±0.78 nm, indeks polidispersity 0.198±0.012 and zeta potensial was -34.83±0.64 mV, so it was incorporated into gel dosage form. There were two gels prepared, transferosomal (FGT) and non transferosomal gel (FG). Both of them were evaluated, in vitro penetration test using Franz Diffusion cells and in vivo study in Sprague Dawley female rats were also conducted to each dosage forms. According to in vitro penetration study, cummulative penetration of medroxyprogesterone acetate from FGT was higher than FG, which flux value for FGT and FG were 112.77 ± 6,47 ng.cm-2.hr-1 and 17.99 ± 4.81 ng.cm-2.hr-1, respectively. The result of in vivo study showed that medroxyprogesterone acetate in FGT dosage form had higher area under the curve of medroxyprogesterone acetate than in FGdosage form."
2019
T54762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awliya
"

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah global yang disebabkan oleh infeksi virus dengue (DENV) dengan vektor nyamuk Aedes spp. Dengan nilai selectivity index (SI) sebesar 128,400, senyawa murni katekin memiliki potensi dalam menghambat replikasi DENV dan dalam pencarian penobat antivirus yang spesifik dan efektif untuk mengobati infeksi DENV. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental untuk mengetahui perbandingan aktivitas senyawa murni katekin ketika menempel pada reseptor sel Vero dan menempel pada DENV. Senyawa katekin digunakan dengan konsentrasi sebesar dua kali IC50, yaitu 42,914 μg/ml. Efektivitas inhibisi dan viabilitas sel dievaluasi dengan metode focus assay dan MTT assay. Pada penghambatan reseptor sel Vero, didapatkan persentase efektivitas inhibisi sebesar 46,31±11,39% dengan viabilitas sel sebesar 103,5±2,51%. Pada penempelan DENV, persentase efektivitas inhibisi sebesar 54,67±18,01% dengan viabilitas sel sebesar 84,73±13,05%. Pemberian senyawa murni katekin pada reseptor sel Vero tidak berbeda bermakna secara statistik dengan penempelan DENV dalam menginhibisi virus.  Akan tetapi, penempelan DENV memilki toksisitas yang berbeda bermakna dengan penghambatan reseptor sel Vero. Dengan efektivitas dan toksisitas yang baik, senyawa murni katekin berpotensi sebagai antivirus DENV di masa depan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjaga bioavailabilitas katekin dan juga mentukan target spesifik dari senyawa katekin agar efektif dan tetap aman saat dikonsumsi dalam tubuh.

 


Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a global problem caused by dengue virus infection with Aedes spp. as its vector. With selectivity index (SI) value of 128,400, pure compounds of catechins have the potential to inhibit DENV replication in the search for specific antiviral treatments that are effective for treating DENV infection.  This research was carried out experimentally to determine the comparison of the activity of pure catechin compounds when attached to Vero cell receptors and attached to DENV. The catechin compound has a concentration of twice the IC50, which is 42,914 μg/ml with Vero cell as the experiment medium. Inhibition efectivity and cell viability are evaluated by focus assay and MTT assay methods. In inhibition of Vero cell receptors, the percentage of inhibition effectiveness was 46,31±11,39% with cell viability of 103.5±11,39%. In the DENV envelope attachment, the percentage of inhibition effectiveness was 54,67±18,01% with cell viability of 84,73±13,05%. Statistically, administration of pure catechin compounds to Vero cell receptors did not differ significantly from the attachment of DENV in inhibiting the virus. However, the attachment of DENV has a significantly different toxicity from the inhibition of Vero cell receptors. With good effectiveness and toxicity, pure catechin compounds have the potential to be a prophylactic antiviral DENV in the future. Further research is needed to maintain the bioavailability of catechins and also determine specific targets of catechin compounds to be effective and safe when consumed in the body.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Azzahra
"Dimetil ftalat (DMP), salah satu jenis bahan aditif, umum ditambahkan untuk meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, dan kegunaan bahan polimer. BHA merupakan senyawa sintesis yang umum ditambahkan ke dalam bahan pangan dan produk lain yang mengandung minyak atau lemak. DMP dan BHA mampu menginduksi stres oksidatif dan meningkatkan risiko munculnya berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis DNA adduct 8-OHdG (suatu biomarker kerusakan DNA) secara in vitro dan in vivo pada tikus. Studi in vitro dilaksanakan dengan melakukan inkubasi terhadap 2-deoksiguanosin (2-dG) dengan multikomponen DMP, BHA, dan Ni(II) dengan variasi pH (7,4 dan 8,4) menggunakan suhu 37ºC. HPLC digunakan untuk menganalisis hasil 8-OHdG yang terbentuk. Studi in vivo dilaksanakan dengan menggunakan tikus yang diberikan paparan multikomponen DMP, BHA, dan Ni(II) dengan lama periode 28 hari melalui jalur oral (ingesti). Sampel darah dikumpulkan sebanyak dua kali per satu minggu kemudian dianalisis dengan ELISA Kit untuk menguji tingkat 8-OHdG yang terbentuk. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa paparan multikomponen DMP, BHA, dan Ni(II) menghasilkan pembentukan 8-OHdG yang lebih tinggi dibandingkan tanpa paparan. Pada kondisi pH 7,4 dalam studi in vitro, terjadi peningkatan kadar pembentukan 8-OHdG dibandingkan pH 8,4.

Dimethyl phthalate (DMP), a type of additive, is commonly added to enhance the flexibility, strength, and utility of polymer materials. BHA is a synthetic compound commonly added to food products and other items containing oil or fat. DMP and BHA are capable of inducing oxidative stress and increasing the risk of various diseases. This study aims to analyze the DNA adduct 8-OHdG (a biomarker of DNA damage) both in vitro and in vivo in rats. The in vitro study was conducted by incubating 2-deoxyguanosine (2-dG) with multicomponent DMP, BHA, and Ni(II) with variations in pH (7.4 and 8.4) at 37ºC. HPLC was used to analyze the resulting 8-OHdG formation. The in vivo study was conducted using rats exposed to multicomponent DMP, BHA, and Ni(II) for a period of 28 days via oral ingestion. Blood samples were collected twice per week and then analyzed using an ELISA Kit to test the levels of 8-OHdG formed. The results of this study indicated that exposure to multicomponent DMP, BHA, and Ni(II) resulted in higher 8-OHdG formation compared to no exposure. Under pH 7.4 conditions in the in vitro study, there was an increase in 8-OHdG formation compared to pH 8.4."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library