Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evita Dwi Saiverda
"Penelitian ini menggambarkan kondisi penurunan fungsi Situ Ria Rio di Jakarta Timur. Situ Ria Rio sebagai salah satu bagian aset perkotaan yang berfungsi untuk mengatasi permasalahan air resapan sebagai area tangkapan air (catchment area), telah berubah dengan makin berkurang luasannya. Penurunan fungsi tersebut yaitu pendangkalan situ akibat digunakannya situ sebagai tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah industri dan rumah tangga serta adanya pemukiman liar di sebagian bantaran situ. Faktor aksesibilitas dan neighborhood juga menyebabkan kawasan ini mempunyai land value yang tinggi, sehingga dikhawatirkan untuk kepentingan aktivitas perkotaan akan mendesak lahan situ yang diperuntukkan fungsi kepentingan konservasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik penduduk sekitar dengan fungsi Situ Ria Rio Jakarta Timur dan untuk mengkaji pengaruh unsur lokasi terhadap fungsi Situ Ria Rio Jakarta Timur. Penelitian ini untuk menguji hipotesis adanya pengaruh penduduk sekitar dan unsur lokasi terhadap fungsi situ. Penekanan metode pengumpulan data melalui wawancara, penyebaran angket (kuesioner) dan observasi langsung. Jumlah responden sebanyak 167 orang yang tersebar di RW 15 Kelurahan Kayu Putih Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur.
Dari analisis data, wawancara, dan pengamatan di lokasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa kondisi fungsi Situ Ria Rio saat ini dipengaruhi oleh karakteristik pendidikan penduduknya yang sebagian besar rendah, kepadatan penduduk setempat yang tinggi dan tidak tersedianya prasarana dan sarana sanitasi lingkungan yang sesuai untuk suatu Situ. Adapun saran penelitian ini adalah: (1) Perlu strategi khusus untuk menangani permukiman liar di sekitar Situ, dan dampaknya terhadap keberlanjutan fungsi Situ; (2) Perlu adanya pengembangan program sosialisasi manfaat dan fungsi situ; (3) Perlu adanya pendidikan kesadaran menjaga situ bagi para pemukim; serta (4) Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap fungsi Situ yang dikaitkan dengan unsur-unsur lingkungan fisik (ketinggian, lereng, struktur geologi, run off dan lain-lain), yang pada penelitian ini tidak dianalisis.

This research describes Lake Ria Rio roles degradation in East Jakarta. As city assets, Lake Ria Rio, cannot optimally role as a catchments area and reservoir. It caused of the impact of the mis-use of lake as a trash exile, industry waste, domestic waste, and slummy area. Neighborhood and accessibility factors also attribute this region with high economic land value that will lead to land transformation The objectives of this research are to analyze the relationship between neighborhood characteristics with Lake Ria Rio roles and to study the influence of location aspect against Lake Ria Rio roles.
This research is to examine hypothesis of location aspect and neighborhood influence to the Lake Ria Rio roles. The methods of collecting data are by interview, questioners and observation. There are 167 respondents spread in RW 15 Kayu Putih Sub district, District Pulo Gadung in East Jakarta. Based on data analysis, interview and observation in research object, can be concluded that lower education, highly density community and inavailability of suitable sanitation infrastructure attach to the Lake, nowadays influence the Lake Ria Rio roles. The research suggestion i.e: (1) Design treatment strategy to manage slummy area with land public illegal occupancy and also the impact to the sustainability role of lake. (2) Design socialization program to give information about the benefit and role of lake for the people. (3) Design awareness education to maintain the lake. (4) To follow up the research which more focus to the physically aspect of lake such as height, slope, geology structure, run off, etc., which is not analyzed in this research."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman
Jakarta: LIPI Press, 2007
577.63 LUK d (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Sistem paparan banjir merupakan penampakan utama perairan umum di Kalimantan Timur, khususnya di cekungan Sungai Mahakam. Danau Semayang dan Melintang adalah dua danau yang berada di paparan banjir Mahakam, berlokasi di Kabupaten Kutai Kartanegara. dan secara ekonomi memiliki nilai penting yaitu sumber perikanan yang potensial. Komunias fitoplankton yang memiliki peran dalam rantai makanan ikan di kedua danau masih sedikit diungkapkan. Telah dilakukan penelitian fitoplankton di D. Semayang dan Melintnag, pada bulan Juli 2006, bertujuan mengetahui karakteristik komunitasnya ditinau dari struktur, keragama, dan pola penyebarannya. Lokasi pengambilan contoh tersebar di sebelas stasiun. Kondisi kualitas air kedua danau dicirikan oleh suhu pada kisaran 28-30 derajat C, pH cenderung asam (3,74-5,39), kekeruhan rendah (0,2-7.6 NTU), konduktivitas renxdah (0,011-0,034 mS/cm), kadar oksigen terlarut antara 0,96 mg/l - 5,75 mg/l, dan kadar TN an TP mencirikan perairan eutrofik. Sebanyak 31 jenis organisme fitoplankton di temukan di D. Melintang dan 18 jenis di D. Semayang, dengan kelimpahan individu rendah, maksimum 2121 ind/l. Indeks keragaman Shannon komunitas fitoplankton cukup baik, kecuali di Tanjung Lo dan Pela relatif rendah (<1,00), namun tidak terkait dengan adanya pencemaran perairan. Adapun penyebarannya tidak menunjukan pola yang merata, dan diduga terkait dengan kondisi perairan paparan banjir yang cukup beragam. "
551 LIMNO 16:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Danau Sentani terletak di Kabupaten Jayapura pada ketinggian 70-90 m di atas permukaan laut, dengan luas 9360 ha, memiliki fungsi sebagian lahan kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pariwisata. Fitoplankton merupakan salah satu biota penting di perairan dan merupakan indikator kualitas perairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan fitoplankton di Danau Sentani. Pengumpulan data dengan metode survei berstrata pada kedalaman 0, 2, 4, 8 m di empat lokasi penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan September dan November 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton berkisar 28.168-246.464 ind/l yang terdiri atas lima kelas dan 30 genera yaitu Chlorophyceae (15 genera), Cyanophyceae (5 genera), Bacillariophyceae (6 genera), Dinophyceae (2 genera) dan Euglenaphyceae (2 genera). Tingginya kelimpahan fitoplankton terkait dengan kondisi danau yang telah mengalami eutrofikasi. Tingkat keanekaragaman fitoplankton cenderung sedang dan kemerataan yang rendah hingga relatif meratan, anamun pada pengamatan di bulan November terdapat dominansi jenis fitoplankton, yaitu Peridinium sp sebesar 80 persen di Teluk Yope. Kata Kunci: Danau Sentani, fitoplankton, kelimpahan, komposisi
"
551 LIMNO 16:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Batak tradisional settlements araound Toba Lake have pattern and specifict forms. Those are very influenced by some supporting factors, ie. environment factors, landform, potential resources and accessibility. There are also importan elements that must be exist within. That elements a result of the adaptation process of Batak Toba communities to their environment "
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Brock, Thomas D.
New York: Springer-Verlag, 1985
574.526 BRO e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Analisis terhadap indeks keanekaragaman dan indeks saprobik komunitas plankton berkaitan dengan komposisi dan kelimpahan jenisnya di perairan Pelabuhan Kapal Penumpang Desa Ajibata dan Desa Pangaloan, Danau Toba dilakukan pada Mei 2012. Ditemukan sebanyak 71 jenis plankton yang terdiri dari 22 jenis fitoplankton (Cyanophyceae, Chlorophyceae, Desmidiaceae, Diatomae/Bacillariophyceae ), dan 49 jenis zooplankton (Flagellata, Rhizopoda dan Rotifera). Pada perairan Ajibata dapat ditemukan 7 takson, sementara itu ada sebanyak 6 takson (kecuali Desmidiaceae) di Pangaloan. Kelimpahan ratarata plankton di perairan Ajibata dan Pangaloan tergolong rendah yaitu 125 ind/L dan 101 ind/L. Indeks kesamaan komunitas plankton di Pangaloan dan Ajibata menunjukkan cukup perbedaan (36%), namun Indeks keanekaragamannya masing-masing kedua lokasi 3,02 dan 3,23 dapat dikatakan tidak berbeda. Nilai indeks keanekaragaman tersebut menunjukkan bahwa komunitas plankton di dua lokasi termasuk sangat mantap (> 3,00). Indeks saprobik komunitas plankton di Ajibata dan Pangaloan berkisar antara + 1,49 hingga + 1,62. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pencemaran yang terjadi sangat ringan hingga rendah dengan sedikit beban pencemaran bahan organik maupun anorganik yang berlangsung pada fase mesosaprobik/oligosaprobik. Kualitas air di dua perairan rata-rata normal dan tidak banyak berbeda. Oksigen terlarut (DO) di Ajibata dan Pangaloan adalah 6,28 dan 6,31."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Listiani
"Situ adalah kawasan resapan air yang perlu mendapat perlindungan karena berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang potensial. Banyak penduduk di sekitar situ yang memanfaatkannya sebagai sumber ekonomi seperti usaha perikanan, sebagai sumber air baku, sumber irigasi, perhubungan dan tempat rekreasi. Situ juga menjadi penampungan massa air terutama pada saat curah hujan tinggi sehingga situ juga berperan sebagai pengendali banjir.
Permasalahan yang dihadapi situ-situ di wilayah Jabodetabek adalah semakin cenderung terjadinya penyusutan luas situ, terutama akibat permukiman ilegal sehingga menimbulkan permasalahan kekumuhan lingkungan, selain itu pencemaran situ oleh berbagai aktivitas masyarakat di sekitar situ. Dalam upaya pengelolaan situ-situ yang ada di Kota Depok, pada tahun 1999 telah dikeluarkan Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok Nomor 821.29/71/Kpts/Huk/1999 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pengendalian, Pengamanan dan Pelestarian Situ-situ. Namun, ternyata permasalahan yang dihadapi oleh situ-situ di Kota Depok masih belum dapat diselesaikan. Sehingga menimbulkan pertanyaan:(1) Mengapa kelembagaan pengelola situ yang ada selama ini tidak mampu mengatasi permasalahan yang ada ?; (2) Kelembagaan yang bagaimana yang diharapkan mengelola situ-situ yang ada di Kota Depok, khususnya situ Rawa Besar ?
Penulisan Tesis ini bertujuan untuk : (1) Menggali informasi mengenai pelaksanaan pengelolaan situ-situ di Kota Depok, khususnya Situ Rawa Besar dan sekitarnya yang telah dilaksanakan selama ini oleh Kelompok Kerja Pengendalian, Pengamanan dan Pelestarian Situ-situ di Kota Depok; (2) Mencari alternatif kelembagaan pengelola situ dalam upaya mengatasi permasalahan lingkungan yang dihadapi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Populasi penelitian ini adalah dinas/instansi yang menangani pengelolaan situ-situ di Kota Depok sesuai dengan Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok Nomor 821.29/71/Kpts/Huk/1999. Sampel penelitian ditentukan dari populasi yang ada, pilihan ditentukan pada unsur dinas/instansi yang mengelola situ. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah mereka yang secara purposif terpilih menjadi sampel penelitian, yaitu pejabat atau staf dari dinas/instansi yang terlibat dalam pengelolaan situ-situ masing-masing 3 orang dari dinas/instansi. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah : (1) kewenangan; (2) koordinasi; (3) sumber daya manusia; (4) pendanaan; dan (5) teknologi. Analisis dilakukan terhadap (1) lembaga pengelola situ di Kota Depok dan; (2) pengelolaan situ di Kota Depok.
Hasil pembahasan: dalam rangka meningkatkan kemanfaatan dan kelestarian situ-situ, Pemerintah Kota Depok membentuk Kelompok Kerja Pengendalian, Pengamanan dan Pelestarian Situ-situ, dan menerbitkan berbagai peraturan yang mendukung upaya pelestarian situ, namun dalam pelaksanaannya belum mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi; hal ini dikarenakan (1) adanya situasi saling mengandalkan terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Depok dan Pemerintah Pusat; (2) koordinasi antar instansi dirasakan masih belum efektif; (3) terbatasnya jumlah dan kemampuan sumberdaya manusia dalam pengelolaan situ-situ di Kota Depok; (4) terbatasnya APED Kota Depok menyebabkan tidak optimalnya pengelolaan situ-situ di Kota Depok, khususnya Situ Rawa 6esar; (5) terkait dengan kondisi anggaran, teknologi yang diterapkan untuk mengelola situ tidak dapat dilaksanakan secara optimal.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Pelaksanaan pengelolaan situ-situ di Kota Depok, khususnya situ Rawa Besar, selama ini oleh Kelompok Kerja Pengendalian, Pengamanan dan Pelestarian Situ-situ di Kota Depok (Pokja Situ Kota Depok), belum mencerminkan pengelolaan situ secara berkelanjutan. Lemahnya kapasitas kelembagaan pengelola selama ini dikarenakan kurangnya sumberdaya pengelolaan baik sumberdaya manusia, pendanaan, serta tidak efektifnya koordinasi antar instansi yang terkait claim pengelolaan situ; (2) Untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh situ-situ di Kota Depok, perlu adanya penguatan terhadap kelembagaan koordinasi dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan sehingga memiliki kekuatan dalam menetapkan kebijakan pengelolaan situ.
Adapun saran dari penelitian ini adalah : (1) Dalam mengakomodasikan seluruh kepentingan sektor, strategi pengelolaan situ hendaknya dilakukan berdasarkan pendekatan ekologis, kelembagaan serta sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, yang direalisasikan dalam bentuk program-program yang terintegrasi; (2) Pengelolaan situ hendaknya dilakukan secara terpadu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan sehingga ada rasa memiliki dari masyarakat, memahami adanya keuntungan yang akan dinikmati serta semakin meningkatkan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian situ. Di tingkat Kota, pengelolaan situ hendaknya dilaksanakan oleh suatu wadah yang keanggotaannya terdiri dari berbagai unsur pemerintah dari berbagai tingkatan serta unsur masyarakat yang mewakili organisasi-organisasi yang ada di kawasan situ.

Situ or small lake is an area of water reservoir which needs protection because of its function as a life buffer and its potential richness of biological diversity. Many local residents around situ are benefited from its existence. They use It to fulfill their needs for a number of resources and services like fisheries, water supply, and source of Irrigation, provide a mode of transportation and an opportunity for recreation. Moreover, situ does not only become a water basin, but it also functions as a flood controller, especially when the heavy rainfall comes.
The problems faces by the small lakes in Jabodetabek areas are the size reduction and pollution. Increasing in population and other human Impacts on the lake catchments conditions may lead to a deterioration of lake environments. In the efforts of managing the existing lakes in Depok, in 1999 the Mayor of Depok issued the Decision Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok number 821.29/71/Kpts/Huk/1999 on the Establishment of Working Group on Controlling, Safeguarding and Preserving of the Small Lakes (known as Pokja Situ Kota Depok) . However, the lakes problems in Depok still) cannot be overcome that raising these following questions: (1) why has the existing institutional in lake management not been able to solve the present problems?; (2) what kind of institution is expected to manage the small lakes in Depok, especially for Situ Rawa Besar ?
The population of this research is government Institution which run the small lakes management in Depok based on the Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok number 821.29/71/Kpts/Huk/1999. The research samples are determined from the existing population; the choice taken on the elements of the institution which manage the small lakes. This descriptive research uses the qualitative approach. The respondents are those who purposively chosen being research samples, are officials of staff of the related Institutions managing the small lakes. The variables are (1) authority, (2) human resources, (3) financing, (4) coordination, and (5) technology.
The findings of the research are : to increase the utilization and preserving the small lakes, the Major of Depo City Establishment of Working Group on Controlling, Safeguarding and Preserving of the Small Lakes, and many regulations, but it was not effective yet because (1) the authorization made the Central Government and Local Government depended on each other; (2)inter institutions coordination is ineffective; (3) human resource was limited; (4) local financing was limited ; (5) technology was not optimal.
The conclusions of the research are (1) small lakes management in Depok City, especially Situ Rawa Besar, by Pokca Situ Kota Depok, didn't representative of sustainable lakes management. The weakness of management institution so far caused of lack of human resources and financial resources, and ineffectiveness of inter institution coordination ; (2) To solve the environmental problems which faced by the Depok's small lakes, it has to empowered inter institutions coordination.
To solve those problems, the small lakes management should be implemented comprehensively by involving community's participation and other Importance of related parties. It will encouraged growing the sense of belonging from community, understanding the existence of concrete enjoyable advantages, and also Increasing responsibility to keep the small lakes' preservation. On the city level, the small lakes management should be implemented by a forum which membership consists of various government's elements of various levels and elements of community which represent the existing organizations around the small lakes.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Icha Musywirah Hamka
"ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah etnografi yang berfokus pada aktivitas pemanfaatan ekosistem danau dan bentuk-bentuk kebijakan pengelolaan yang ditetapkan oleh pemerintah dan kelembagaan adat. Teknik pengumpulan data adalah studi pustaka, observasi partisipasi, dan wawancara mendalam. Lokasi penelitian meliputi empat wilayah kecamatan yang memiliki wilayah danau terluas yakni Kecamatan Tempe, Kecamatan Sabbang Paru, Kecamatan Tanasitolo Dan kecamatan Belawa. Informan adalah masyarakat sekitar danau, tokoh adat, serta kepala dan staf SKPD yang terkait dengan manajemen danau. Penelitian ini menemukan Danau Tempe menjadi sumber daya milik bersama (common property resources) karena dapat dimanfaatkan dan diakses secara bersama oleh semua orang tanpa batasan yang tegas. Bentuk kebijakan pengelolaan danau dirancang dan dibuat oleh pemerintah dan lembaga adat lokal. Bentuk kongkrit kebijakan pengelolaan danau, dijabarkan dalam peraturan daerah serta dalam bentuk system norma, upacara adat dan pamali-pamali, yang pengawasannya dilakukan oleh pembuat kebijakan, serta masyarakat. Secara de yure, Danau tempe dikelola secara kolaborasi (collaborative management ) antara pemerintah dengan lembaga adat, namun secara de facto, fungsi manajemen kolaborasi tidak optimal sehingga Danau Tempe tampak seperti sumber daya yang bisa diakses oleh siapa saja, tanpa aturan ( open access )

ABSTRACT
This research is a ethnography type that focused to the activity of lake ecosystem and forms of management policies set by governments and traditional institutions. The data collection technique is literature, participant observation and deep interviews. Research Location covers four regions districts that had the largest lake district area of Tempe, District Sabbangparu, district Tanasitolo and district Belawa. Informants are people around the lake, traditional leaders and also the heads and staff SKPD who related to lake management. This study found that the lake Tempe as be a common property resources (common property resources) because it can be shared and utilized by all people without clear limits. Forms of lake management policy is designed and made by local government and traditional institutions. Concrete forms of lake management policy, spelled out in local legislation as well as in the form of system norms, ceremonies and taboos-taboos, the monitoring carried out by policy makers and the public. In de yure, Tempe Lake managed in collaboration between the government and indigenous institutions (collaborative management), but de facto, collaboration management functions are not optimal so Tempe lake looks like resources that can be accessed by anyone, without rules (open access) "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>