Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alia Fannina
"Penelitian ini bertujuan (1) pengoptimalan biaya produksi untuk menghadapi persaingan harga dengan tetap mengimpor bibit kentang. (2) mengetahui harga per unit bibit kentang yang harus ditetapkan oleh perusahaan.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada PT. Rafina Sejahtera Prima di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan analisis pola produksi, rasio kontribusi margin dan analisis titik impas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan bibit efektif yang harus disemai selama 22 minggu adalah sebanyak 44.972 bibit.
Untuk mengelola kebun kentang, diperlukan tenaga kerja lapangan dimana diperlukan 1 (satu) orang kepala kebun yang memiliki keahlian dibidang budidaya tanaman, sebagai pimpinan proyek. Untuk itu, perusahaan perlu memberikan pelatihan kepada para karyawannya. Rasio kontribusi margin yang ditetapkan oleh perusahaan adalah sebesar 18,7 %, yang didasarkan pada analisa terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan selama beroperasi dalam satu tahun.
Hasil analisa titik impas diperoleh sebesar Rp. 66.628.500 dengan menetapkan harga jual bibit lokal sebesar Rp_ 7.400/Kg. Dan untuk itu perusahaan juga harus menetapkan metode harga rintangan agar pesaing tidak mudah memasuki pasar dan monopoli harga.
Berdasarkan hasil analisa perlu adanya suatu kerjasama dengan lembaga terkait mengenai pembibitan penanaman kentang dan pengembangan bibit kentang impor serta menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam hal permodalan bibit tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widhiowati
"Sebagai antisipasi perubahan teknologi dan trend pasar penggunaan teknologi komunikasi yang juga dipertegas oleh adanya perubahan undang-undang telekomunikasi di Indonesia. Telkom telah membentuk suatu unit kerja yang berorientasi bisnis yang diharapkan dapat merubah pandangan lama menjadi paradigma pertumbuhan kedua melalui bisnis multimedia ("fixed" dan "mobile") dan nantinya dapat secara bertahap menuju "Full Service Network".
Saat ini Telkom telah memperoleh lisensi sebagai penyelenggara jasa maupun jaringan seluler berbasis GSM/DCS 1800 dan dalam persiapannya telah dibangun infrastruktur secara bertahap dan kajian strategik. Unit kerja Telkom dalam bisnis seluler ini dinamai TelkomMobile merencanakan akan mengadakan `launching product' pada kwartal terakhir tahun 2001.
Tujuan dari penulisan tesis ini adalah memberikan suatu rumusan strategi pemasaran untuk dapat dipergunakan oleh TelkomMobile dalam menghadapi persaingan dan fluktuasi pasar seluler sehingga dapat menjaring pelanggan sebanyakbanyaknya dan menambah pendapatan perushaan. Rumusan yang diperoleh dari analisa ini, sesuai dengan kondisi pasar atau lingkungan yang terbentuk atas kebutuhan dan keinginan masyarakat pengguna seluler.
Metode analisa yang dipergunakan adalah dengan pendekatan analisa lingkungan, analisa SWOT, analisa persaingan, analisa bauran pemasaran dengan menggunakan alat bantu analisis sehingga dari seluruh analisa tersebut diperoleh alternatif strategi yang kemudian ditentukan strategi utama dengan menggunakan matrik QSPM.
Strategi pemasaran utama yang diperoleh dari beberapa alternatif strategi yaitu strategi promosi yang informatif dan berkesinambungan diikuti oleh penggelaran produk lebih awal dan menawarkan tarif yang sesuai dengan ragam kandungan produk".

To anticipate the rapid changing of technology, the movement of market trends on communication technology users and the new telecommunication regulation in Indonesia, Telkom has built a business oriented working unit this working unit is expected to change the old perception into second stage paradigm development through the introduction of multimedia business (fixed and mobile) which further would gradually come to full service network.
Currently, Telkom has been given the license to run the services and cellular network based on GSM/DCS 1800 and in preparing for the above mention services the infrastructure has been build in stages and strategic review. The company working unit on cellular business that is called TelkomMobile is planning to launch its product on the end of 2001 trimester.
The objective of this research is to conclude a marketing strategy that can be used by TelkomMobile in dealing with competition and cellular market fluctuation. Furthermore, the strategy would also benefited company by generates more customers and increase the company's revenue. The method that produced from this analysis would meet with the market condition that been build based on cellular user needs and wants.
Environment analysis, SWOT analysis, competition analysis and marketing mix analysis are used as the research method. This information was analyzed by using the analysis tool to achieve the strategic options. Furthermore, the main strategy can be determined by using the QSPM matrix.
The outcome from many strategy alternatives is the main marketing strategy, that is, informative and synchronized promotion strategy which is accompanied by launching the product faster than the competitors and offering the reasonable rate (price) to the product content.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T10146
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catharina Caraya P. Wirutomo
"ABSTRAK
Pokok pikiran (tests) dari penelitian ini adalah kegiatan periklanan produk berkorelasi positif dengan basil penjualan dan jumlah konsumen pemakai produk. Tesis ini sejalan dengan pemikiran Shimp (1995) maupun Belch and Belch (1995) tentang komunikasi pemasaran terpadu (Integrated Marketing Communication), yaitu upaya untuk melakukan komunikasi persuasif melalui berbagai alat dan media guna mempengaruhi secara optimal perilaku konsumen pemakai produk
Masalah yang diteliti adalah bagaimanakah hubungan antara kegiatan periklanan dengan kenaikan jumiah omset dan nasabah Perum Pegadaian. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah: ada hubungan yang signifikan antara kegiatan periklanan dengan kenaikan omset dan jumlah nasabah. Penelitian dilakukan dengan metode studi kasus (case study), dengan desain penelitian single-case single-km analysis; dan pendekatan penelitian pemasaran (marketing research) dan Malhotra (1995). Unit analisis adalah kasus periklanan Perum Pegadaian selama kurun waktu 1996-1999. Data dikumpulkan melalui studi pustaka atau teknik dokumentasi, dan wawancara mendalam dengan Direksi dan Humas Perum Pegadaian. Analisis dilakukan secara deskriptif, dan untuk menguji hipotesis dilakukan uji-statistik regresi dan korelasi.
Hasii penelitian menunjukkan: (1) Terdapat hubungan yang signifikan pada level (alfa) 0,05 antara iklan dengan peningkatan omset Perum Pegadaian, (2) Tidak terdapat hubungan antara jumlah iklan dengan kenaikan nasabah kategori A, kategori B dan kategori C; serta kategori D; (3) hasil regresi menunjukkan bahwa iklan mempengaruhi kenaikan omset dengan angka r2=0,739 pada level signifikansi 0,05, sedangkan iklan tidak mempengaruhi kenaikan nasabah dengan r2=1,339 pada level signifikansi 0,05; (4) faktor-faktor internal yang mendukung kegiatan perusahaan dalam beriklan adalah kebijakan perusahaan di bidang promosi yang dilakukan melalui alat atau media-media: personal selling, public relations and sponsor marketing, direct marketing communication, point of purchased communication dan sales promotion; (5) faktor-faktor eksternal dan situasional yang ikut mempengaruhi keberadaan iklan di mata nasabah pegadaian adalah: kebijakan pemerintah di bidang keuangan-perbankan, krisis moneter, dan konsumen atau nasabah yang telah tersegmentasi; (6) segmentasi penggolongan nasabah yang dibuat Perum Pegadaian didasarkan pada jumlah kredit pinjaman, dan terbagi menjadi empat kelompok (A, B, C dan D); standar ini berbeda dengan yang lazim dibuat oleh pemerintah (Biro Pusat Statistik) dan dunia periklanan nasional Indonesia, yaitu hierarkis berdasarkan status sosial ekonomi dari atas (besar) ke bawah (kecil) (A, B, C, D dan E).

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Ardijat Gunawan
"Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 lalu telah memukul industri tekstil, penyebabnya adalah bahan baku utamanya yang hampir 70% impor. Hal ini tentu menimbulkan masalah akibat fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika. PT. Texmaco Jaya salah satu perusahaan tekstil swasta terbesar di Indonesia juga tidak luput mengalami dampak dari krisis ekonomi yang belum jelas kapan akan berakhir. Untuk menghadapi masa-masa sulit tersebut, perusahaan berusaha menjalankan tindakan strategis, dimana landasan arah strategisnya adalah inovasi produk. Salah satu produk yang dihasilkan adalah tekstil bermerek "Simphony".
Masalahnya adalah kinerja dari merek tersebut tidak menggembirakan, setelah diluncurkan tiga tahun lalu. Diperkirakan selain faktor eksternal yang berubah dengan cepat dan kurangnya antisipasi. Faktor internal antara lain penetapan harga yang relatif tinggi dibandingkan dengan pesaing sedangkan nilai tambah yang diperoleh dari kain Simphony tidak terlalu berbeda dengan produk pesaing, desain yang terlambat mengikuti trend, manajemen pemesanan kurang rapi dimana pesanan dari pelanggan seringkali dikirimkan terlambat atau tidak on time. Selain itu jika ada pesanan dari pelanggan untuk item tertentu atau permintaan khusus, perusahaan kurang memberikan respon cepat serta seringkali tidak memenuhi harapan pelanggan artinya produk pesanan tidak sesuai dengan produk contoh yang ditawarkan. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut "Bagaimana merumuskan strategi pemasaran yang tepat untuk kain merek Simphony ?"
Dengan menggunakan kerangka perencanaan pemasaran strategik, penelitian diawali dengan mengidentifikasi lingkungan baik internal maupun eksternal guna memperoleh gambaran kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang. Identifikasi lingkungan tersebut dianalisis dengan menggunakan matriks GE (General Electric). Guna menentukan derajat kepentingan penelitian ini menggunakan metode AHP (Analitical Hierarchy Process) dan dibantu alat pemrosesan data expert choice for windows 9th edition. Dan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa posisi perusahaan dalam GE matrix terletak pada sell V dengan pilihan strategi penetrasi pasar dan pengembangan pasar potensial. Oleh sebab itu perusahaan sebaiknya melakukan pengembangan pasar secara hati-hati dan berupaya memperoleh keuntungan melalui prinsip prinsip bisnis yang tidak spekulatif dalam perhitungan bisnisnya.
Selanjutnya berdasarkan strategi yang dipilih, perusahaan merumuskan strategi pemasaran berupa STP dan 4P. Untuk tekstil merek Simphony perusahaan memposisikan sebagai produk yang berkelas, oleh karena itu target marketnya adalah golongan masyarakat mampu dengan SES A, B dan C+. Implikasinya dalam menterjemahkan positioning produk tersebut dalam bauran pemasaran adalah dari segi produk, Simphony adalah tekstil yang berkualitas tinggi, segi harga, Simphony mengambil harga premium atau diatas lebih sedikit dibandingkan dengan pesaing, segi distribusi, Simphony sebaiknya diedarkan secara langsung oleh perusahaan pada gerai atau butik yang baik dan selektif, dan dari segi promosi, Simphony harus memiliki brand image yang kuat di mata pelanggannya oleh karena itu promosi harus gencar dan dengan media yang tepat yang menunjang dengan positioning produk tersebut sebagai produk kelas satu dan berkelas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T1526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes, Dave Seth
"Manajemen PT."X" sebagai unit bisnis penting di PT."X" menghadapi masalah yaitu bagaimana memaksimalkan penjualan didalam usaha mencapai target penjualan dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Dibidang penjualan, sangat penting memiliki klasifikasi pelanggan yang sama/standar untuk seluruh pasarnya didunia, dengan tujuan agar dapat dengan mudah mengkonsolidasikan data penjualan dimana akan membantu proses pengambilan keputusan secara cepat, benar dan akurat.
PT. "X" mengambil kebijakan untuk melakukan sensus terhadap para pedagang baik yang sudah maupun yang bukan pelanggannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih rinci mengenai siapa pelanggan perusahaan ini, dimana (lokasi) pedagang tersebut, bagaimana lingkungan dagang pedagang itu, kedekatan terhadap suatu obyek yang mempunyai pengaruh langsung di lingkungan tersebut, berapa banyak jumlah pedagang dan bagaimana distribusi produk PT."X" di daerah tersebut. Sebagai perusahaan multinasional PT."X" tunduk kepada kebijakan maupun prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan induknya di luar negeri, Oleh karena itu jenis pedagang yang disensus sesuai dengan apa yang digariskan oleh perusahaan induknya dimana terdapat satu standard struktur jenis pedagang yang berlaku universe (model internasional) yang dapat disesuaikan dengan spesifikasi pasar masing-masing.
Tujuan penelitian adalah untuk memahami kebijakan Sensus Pedagang (Trade Census) yang diimplementasikan di PT."X", menganalisa kaitan kebijakan Sensus Pedagang dengan Efektifitas Tenaga Penjual dan mengetahui manfaat yang diperoleh dari informasi berupa data pelanggan tersebut.Metode penelitian yang ditetapkan adalah penelitian formal melalui tanya jawab langsung ke lapangan yang dilakukan oleh peneliti lapangan guna mendapatkan data primer langsung dari pemilik toko yang disensus.
Orientasi kepada konsumen yaitu ingin memuaskan konsumen atas mutu, harga dan pelayanan perusahaan merupakan dasar pemikiran dilakukannya Sensus Pedagang, dimana dengan adanya data dan informasi mengenai pelanggan PT."X" dapat membuat strategi penjualan yang akurat dan tepat .
Hasil penelitian, berupa data hasil survei yang didapat atas suatu daerah/kota kemudian akan dimanfaatkan untuk melakukan peningkatan penjualan seoptimal mungkin melalui program Efektiftas Tenaga Penjual dimana akan melakukan perbaikan atas liputan daerah penjualan, distribusi, rencana kunjungan, rute tenaga penjual yang kesemuanya merupakan bagian dari Manajemen daerah penjualan (Territory Management). PT."X " juga dapat mengetahui potensi penjualan dari suatu daerah,mengetahui siapa pelanggan utama/potensialnya dan mengetahui distribusi dan keberadaan produknya disamping membuat strategi penjualan yang menyangkut kebijakan distribusi dan syarat pembayaran kepada pedagang. Pada kasus distributor "Y", outlet yang diliput sekarang sebanyak 3,676 outlet hanya sebesar 28 % dari potensi yang ditemukan di daerahnya. Dalam nilai ada peningkatan sebesar Rp. 104.000.000 hanya untuk penjualan pertama kali, dengan rata-rata kunjungan sukses sebesar Rp. 150.000 per kunjungan.
Secara menyeluruh dapat direkomendasikan untuk menggunakan model penyelesaian yaitu korelasi antara kebijakan Sensus Pedagang, utilisasi data/informasi dari hasil sensus tersebut untuk melakukan Manajemen daerah penjualan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan produktivitas tenaga penjual dan mencapai target penjualan yang diinginkan perusahaan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Dian Mareta
"Beberapa tahun belakangan ini, kampanye dan promosi pemasaran dengan dimensi sosial semakin berkembang. Konsumen menjadi lebih peduli terhadap tanggung jawab sosial perusahaan dan perusahaan juga menyadari bahwa persepsi konsumen mengenai tanggung jawab sosial ini dapat berpengaruh pada keyakinan (belief) dan sikap (attitude) konsumen mengenai suatu produk yang diproduksi oleh sebuah perusahaan. Tanggung jawab sosial dapat diwujudkan dalam pembentukan, aliansi sosial. Saat ini, salah satu bentuk aliansi sosial yang paling popular adalah cause-related marketing.
Cause-related marketing (CRM) berdasarkan pada "pemberian dengan motivasi keuntungan". CRM ditujukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sekaligus membantu causes yang berharga dengan cara mengaitkan pengumpulan dana untuk suatu cause pada membeli produk dan/atau jasa dan perusahaan. Cause adalah kegiatan sosial atau lembaga kemasyarakatan di mana perusahaan setuju untuk mendukung dan membantu pegumpulan dana.
PT. Unilever Indonesia, Tbk adalah salah satu produsen barang-barang konsumen yang sudah lama berdiri dan beroperasi di Indonesia. Salah satu produk Unilever yang sukses adalah sabun Lifebuoy. Pada pertengahan tahun 2005, PT. Unilever Indonesia, Tbk mengadakan suatu program CRM yaitu Lifebuoy Berbagi Sehat dimana Lifebuoy menyisihkan Rp.10 dari setiap produk sabun Lifebuoy yang terjual untuk disumbangkan guna membantu masyarakat pedesaan agar dapat hidup lebih bersih dan sehat.
Penelitian ini berfokus pada analisis pengaruh cause-related marketing yaitu program Lifebuoy Berbagi Sehat, pada sikap terhadap program CRM yang diadakan dan that membeli produk sabun Lifebuoy dari konsumen. Ada empat faktor dari CRM yang diteliti pengaruhnya terhadap sikap terhadap program CRM dan that membeli, yaitu cause importance, cause congruency, persepsi motivasi perusahaan dan sikap merek.
Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis faktor untuk menguji validitasnya dan menggunakan Cronbach's Alpha untuk menguji reliabilitasnya. Selanjutnya dilakukan analisis regresi berganda, untuk menguji hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Kemudian dilakukan analisis compare means untuk melihat perbedaan persepsi dan respon konsumen terhadap CRM di antara segmen sosio demografi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terhadap CRM hanya dipengaruhi oleh persepsi motivasi perusahaan. Sedangkan pengaruh cause importance, cause congruency, dan sikap merek tidak signifikan. Kemudian, niat membeli dipengaruhi oleh sikap merek, sikap terhadap CRM dan persepsi motivasi perusahaan. Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa konsumen Indonesia merupakan jenis konsumen attribution-oriented di mana mereka cenderung untuk menilai CRM dari persepsi motivasi perusahaan.

In the last few years, marketing campaign and promotion with social dimensions are increasing. Consumers are becoming more aware of corporate social responsibility and companies also realize that consumer's perceptions of corporate social responsibility can influence their beliefs about and attitudes toward products manufactured by a company. Corporate social responsibility can be shown by social alliances. Recently, one of the most popular forms of social alliances is cause-related marketing.
Cause-related marketing (CRM) is based on "profit-motivated giving". CRM is intended to improve corporate performance and help worthy causes by linking fund raising for the benefit of a cause to the purchase of the firm's products and/or services. Cause is the social activity or non-profit organizations where firm agrees to help and support its funding. Firms join with a cause and donate some specific amount of money each time the firm's product/In-and is purchased by consumers.
PT. Unilever Indonesia, Tbk. is the leading manufacturer of consumer goods that has been operating for a long time in Indonesia. One of its successful products is Lifebuoy soap which is positioned as a healthy soap for the whole family. In the mid 2005, Unilever Indonesia Company launched a CRM program which is called Lifebuoy Berbagi Sehat. Through this program the company agrees to donate Rp. 10 for each Lifebuoy soap sold. This donation will be used to help the people in the village to live a cleaner and healthier life.
The purpose of this study is to analyze the effect of cause-related marketing program, which is Lifebuoy Berbagi Sehat, on attitude toward the CRM program and purchase intention of the Lifebuoy product. There are four elements of CRM which will be analyzed, which are cause importance, cause congruency, perceived firm motivation and brand attitude.
The data were factor analyzed to test the validity. Cronbach's Alpha was used in reliability test. Then multiple regression analysis was conducted to test the relationship between independent and dependent variable. Also, compare means analysis was performed to examine the difference between social demographic segments.
The result of the study shows that attitude toward CRM is affected only by perceived firm motivation. The effect of cause importance, cause congruency, and brand attitude on consumer's attitude toward the CRM program is not significant. Purchase intention is affected by brand attitude, attitude toward CRM and perceived firm motivation. The result also shows that Indonesian consumers are attribution-oriented type because they considered more about the motives behind the firm's involvement in CRM campaign.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Airlangga Hanif Sucahyo
"Isu mengenai flu burung (avian influenza) yang disebabkan oleh virus H5N1, yang telah mewabahi Indonesia sejak akhir tahun 2003 hingga saat ini, tidak pelak membuat pihak-pihak yang bergerak dalam usaha peternakan khususnya peternakan ayam terkena imbas langsung. Imbas tersebut seperti menurunnya omset secara drastis akibat penghentian ataupun pengurangan konsumsi ayam secara agregat oleh masyarakat.
KBTM (Kelompok Bina usaha Tani Muslim), salah satu perusahaan ternak ayam tradisional di kawasan Depok, menerapkan blue ocean strategy (strategi samudra biru) guna menanggulangi dampak isu flu burung terhadap kondisi usaha peternakan ayam. Blue ocean strategy yang dilaksanakan oleh KBTM menitik-beratkan terhadap penghilangan nuansa persaingan antar sesama pengusaha ternak ayam, yaitu dengan adanya penyeragaman strategi misalkan dalam pemberlakuan harga yang seragam (dengan istilah "harga posko"), Saling melakukan "titip-jual" (dengan istilah DO, delivery order) antar pengusaha apabila ayam hasil ternak salah satu pengusaha mengalami kesulitan dalam penjualan di pasar.
Penyeragaman strategi bisnis yang diprakarsai oleh KBTM terhadap beberapa pengusaha ternak di daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) merupakan salah satu cara agar suatu perusahaan keluar dari apa yang dinamakan red ocean (samudera merah), Red ocean merupakan "kontra" istilah dari blue ocean, di mana usaha dalam suatu industri saling bersaing dan berebut pangsa pasar dengan berbagai strategi hingga tercipta "pertempuran berdarah" antar perusahaan.
Penelitian karya akhir di KBTM dilakukan dengan sistem kualitatif , berikut analisis data secara deskriptif dan konseptual. Adapun yang menjadi framework utama adalah konsep blue ocean strategy, hasil publikasi Prof. Kim dan Prof. Mauborgne. Konsep penunjang lainnya (yang mempunyai "semangat" blue ocean) turut disertakan dalam karya akhir ini, guna memperkaya analisis.
Permasalahan yang disorot pada penulisan karya akhir ini adalah apakah aplikasi blue ocean strategy yang dipublikasikan Prof Kim dan Prof. Mauborgne dapat memberikan pengaruh terhadap bidang usaha ternak ayam di KBTM.
Setelah melakukan penelitian dan penganalisisan, maka dapat diketahui bahwa:
1. KBTM terbukti mengaplikasikan konsep resmi blue ocean strategy, hasil publikasi Prof W. Chan Kim dan Prof Renee Mauborgne, sesuai dengan langkah-langkah sistematis, yang oleh Kim dan Mauborgne anjurkan dalam buku Blue Ocean Strategy.
2. Blue ocean strategy terbukti sebagai solusi strategi bisnis yang baik, khususnya dalam mengatasi dampak isu penyebaran flu burung, Solusi strategi bisnis yang balk ini tidak hanya untuk KBTM saja, melainkan para partner perusahaan ternak tradisional se-Jabodetabek, yang oleh KBTM diajak untuk melakukan penyeragaman strategi.
3. Kendala yang menghambat pengaplikasian blue ocean strategy dalam KBTM adalah mengenai status quo (resistant to change - sikap stakeholders yang tidak ingin melakukan perubahan). Kendala tersebut dapat diatasi, melalui langkah pendekatan persuasif oleh Direktur Utama KBTM terhadap stakeholders, agar menyetujui pengaplikasian blue ocean strategy.
Faktor kritis yang sangat mempengaruhi key success factor (KSF) dan sustainable competitive advantage (SCA) penerapan blue ocean strategy dalam KBTM, adalah menyangkut mental stakeholders untuk senantiasa bersedia menerima berbagai perubahan kearah yang lebih baik. Terkadang perubahan tersebut menuntut suatu keadaan awal, dimana stakeholders harus meninggalkan zona "kenyamanan" sementara, untuk kembali bekerja keras guna meraih zona "kenyamanan" tersebut.
Ada suatu insight (makna terdalam atau sesungguhnya) yang harus digali guna merubah mental stakeholders KBTM. Untuk menemukan insight ini, maka haruslah ada kedekatan emosional yang dibangun secara interpersonal, Setelah kedekatan emosional interpersonal ini berhasil dibangun, maka akan memudahkan sosialisasi blue ocean strategy dan dapat memudahkan melakukan ajakan untuk mengaplikasikannya, sebagai solusi dalam mengatasi kerugian akibat penyebaran isu flu burung dan juga sebagai solusi bisnis dalam jangka panjang dalam berbagai keadaan.
Penelitian karya akhir ini memiliki keterbatasan berupa data-data yang kurang lengkap, baik internal maupun eksternal yang dapat berbentuk laporan tertulis laporan keuangan perusahaan) ataupun hasil wawancara pihak stakeholders KBTM (misalkan wawancara untuk mengetahui sikapnya terhadap eksekusi strategi yang dijalani perusahaan). Mengingat bahwa KBTM memang bare dalam mengaplikasikan konsep blue ocean strategy (kurang dari satu tahun).
Disarankan lebih lanjut oleh penulis untuk melakukan penelitian blue ocean strategy dengan objek perusahaan yang bergerak di bidang perayaman ataupun bidang ternak lainnya (baik itu KBTM ataupun perusahaan lain) dalam kurun waktu lebih panjang, agar dapat menemukan suatu indikasi-indikasi baru yang dapat menyempumakan konsep bisnis blue ocean.

Bird flu issue (avian influenza) which caused with H5N1 virus, which has already become epidemic in Indonesia since latest 2003 until now, make animal husbandry entrepreneur especially chicken husbandry entrepreneur hit the direct negative effect. Declining turnover or descending chicken consumption in society aggregate, it is two negative effect because bird flu epidemic issue.
KBTM (Kelompok Bina usaha Tani Muslim), one of traditional chicken husbandry enterprise in Depok, apply blue ocean strategy for solving the bird flu negative effect toward chicken husbandry business condition. In applying blue ocean strategy, KBTM emphasize to eliminate the competition nuance inter the others chicken husbandry enterprise. Uniformity of price (the community called "harga posko" as a termination) and delivery order (DO) system inter husbandry if one of them get the sales problem in the market, as the ways of business strategy uniformity which has the blue ocean spirit.
Business strategy uniformity, which pioneered by KBTM toward with some husbandry partners in Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) as one of the ways in order to divergence from red ocean. Red ocean is contrary termination of Blue Ocean, when the industry players compete head-to-head.
This final work research in KBTM did with qualitative system, with descriptive and conceptual analysis. The primary framework is blue ocean strategy concept, which published by Prof. Kim and Prof. Mauborgne. The others secondary concept (which contains blue ocean strategy spirit) is used to enrich analysis.
To identify the problem, writer stresses one big question: is blue ocean strategy which published by Prof. Kim and Prof. Mauborgne could give the impact for chicken husbandry enterprise in KBTM.
After did the research and analyzing, then can knew that:
1. KBTM use the licensed blue ocean strategy concept systematically.
2. Blue ocean strategy proven as an excellent business solution, especially for reducing the negative effect of bird flu issue. This strategy is also good for KBTM partner (the other chicken husbandry enterprise).
3. The primary problem in executing blue ocean strategy is stakeholder status quo (resistant to change) attitude. This problem has already solved by persuasive approach, which KBTM CEO applied toward stakeholder, in order for agreeing blue ocean strategy application.
Critical factor which leverage key success factor (KSF) and sustainable competitive advantage (SCA) blue ocean strategy application in KBTM, is about stakeholder attitude to be ready accept the good changing. It sue stakeholder to leave the comfort zone temporary, for work hard to get it again.
There is insight to find for changing the KBTM stakeholders attitude. To find the insight, emotional nearness should build in interpersonal. Interpersonal emotional nearness made blue ocean strategy socialization and application easier. As solution for reduce bird flu issue negative effect, nor as long term business solution in every condition.
This final research had limitation that is insufficient internal or external data (e.g.: financial statement and interview report with KBTM stakeholders to get the information about their attitude toward corporate strategy), because the novelty application of blue ocean strategy in KBTM (less than one year). The advance suggestion for blue ocean strategy research in chicken husbandry enterprise or any animal husbandry enterprise (in KBTM or in"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boyd, Harper W., Jr.
Homewood, Illinois: Richard D. Irwin, 1970
658.81 BOY r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lynch, James J.
London : Macmillan, 1995
658.81 LYN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Elex Media Komputindo, 1990
658.81 MAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>