Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anthony
Abstrak :
Tesis ini membahas hubungan hasil pemeriksaan tujuh Functional Movement Screen (FMS) dengan kejadian cedera ekstremitas bawah pada Atlet Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar Provinsi DKI. Pemeriksaan FMS dilakukan satu kali diawal pemeriksaan atlet. Setelah itu, peneliti melakukan pencatatan cedera ekstremitas bawah atlet yang terjadi dalam waktu tiga bulan dari awal pemeriksaan atlet. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional. Hasil penelitian mendapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara hasil tujuh pemeriksaan FMS dengan kejadian cedera ekstremitas bawah. Hasil ini diduga oleh penggunaan cut off yang lebih tinggi dan tidak dilakukan penilaian asimetri gerakan saat pemeriksaan FMS. Riwayat cedera sebelumnya dan lama berlatih memegang peranan penting dalam menentukan risiko cedera ekstremitas bawah/ Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa perlu dilakukan modifikasi penilaian FMS yang lebih baik untuk menilai risiko cedera ekstremitas bawah. ......This study focus on association between the result of seven examination of Functional Movement Screen (FMS) with incidence of lower extremity injuries on young athlete on Atlet Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar Provinsi DKI. The examination of FMS was being carried once on the first examination of athlete. Next, the researcher recorded incidence of lower extremity injuries for the next three months after examination of FMS. This research is observational analitic study with cross sectional design. This study found that there was not statistically significant association between the result of seven examination of FMS with incidence of lower extremity injuries. This result was caused by usage of cut off point too high and didn’t evaluate asymmetry movement when screening FMS. History of injuries in the last 6 months and time exposure of training had significant association with lower extremity injuries. This study conclude that it is necessary to do modification in evaluation of FMS to determine risk of lower extremity injuries.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Listia Paramita
Abstrak :
Pijakan kebijakan tentang layanan kedokteran olahraga di rumah sakit di Indonesia masih bersifat umum sehingga butuh adanya pedoman. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rancangan pedoman penyelenggaraan pelayanan kedokteran olahraga di rumah sakit umum kelas B di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di 4 lokasi rumah sakit, yang berlangsung pada bulan September sampai Desember 2020 dengan teknik triangulasi dan metode Delphi 2 tahap, kemudian dianalisis. Saat ini pada lokasi penelitian masih terlihat adanya variasi pelayanan, mulai dari alur, ketenagaan, prasarana, peralatan, dan proses penyelenggaraan layanan. Begitupula pada metode Delphi dimana terdapat 59 topik yang tidak berhasil mencapai konsensus sehingga perlu dianalisis dan dicari penguatan dari sumber lainnya. Adapun rekomendasi rancangan pedomannya pada kondisi yang ideal (gold standard) yaitu layanan dilakukan secara tim yang dipimpin dokter spesialis kedokteran olahraga dan anggota yang terdiri dari manajer, tenaga klinisi dan tenaga sains olahraga dengan konsep multidisiplin dan interdisiplin; prasarana dan peralatan gold standard seperti CT-Scan, DXA Scan, Echocardiography, dan CPET perlu disediakan lengkap di dalam satu area; optimalisasi alur layanan; upaya promotif diberikan kepada seluruh pasien, pelatih, dan tenaga kesehatan; MCU yang melibatkan unit kedokteran olahraga dari awal hingga akhir; dilakukannya program exercise is medicine sesuai FITT; pengawasan terhadap doping; coding diagnostik spesifik; serta pasien atlet yang perlu ditangani secara kolaboratif sejak awal sampai return to sports, sedangkan pasien non atlet, alih rawat pasien dari dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi kepada dokter spesialis kedokteran olahraga dilakukan setelah pasien bebas cedera. Rekomendasi ini diharapkan menjadi awal dari disusunnya naskah akademik dan kemudian ditetapkan sebagai kebijakan guna mewujudkan pelayanan terintegrasi, one stops services, athlete /patient centered-care, dan paripurna. ......The policy foundation for sports medicine services in hospitals in Indonesia is still general in nature, so guidelines are needed. This study aims to develop guidelines of sports medicine services in class B general hospitals in Indonesia. This research is a qualitative study in 4 hospital locations, which took place from September to December 2020 with triangulation techniques and the 2-stage Delphi method, then analyzed. Currently, at the research location there are still variations in services, starting from the flow, workforce, infrastructure, equipment, and service delivery processes. Likewise in the Delphi method where there were 59 topics that failed to reach a consensus so that it needed to be analyzed and sought reinforcement from other sources. The recommendations for draft guidelines in ideal conditions (gold standard), namely services are carried out in a team led by sports medicine specialists and members consisting of managers, clinicians and sports science personnel with multidisciplinary and interdisciplinary concepts; gold standard infrastructure and equipment such as CT-Scan, DXA Scan, Echocardiography, and CPET need to be fully provided in one area; optimization of service flow; promotive efforts are given to all patients, trainers, and health workers; MCU involving the sports medicine unit from start to finish; doing exercise is medicine program according to FITT; supervision against doping; specific diagnostic coding; as well as athletic patients who need to be handled collaboratively from the start to return to sports, while non-athletic patients, transfer of patient care from a physical medicine specialist and rehabilitation to a sports medicine specialist is carried out after the patient is free of injury. This recommendation is expected to be the beginning of the preparation of an academic paper and then set as a policy to realize integrated services, one stop services, athlete/patient centered-care, and plenary.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Cahyani
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian: Kemampuan tangan mengendalikan arah bidik pada saat melepas tembakan adalah kemampuan yang sangat penting dalam menentukan kinerja seorang petembak . khususnya petembak nomor pistol. Pengendalian yang dimaksud adalah kemampuan mempertahankan senjata dalam keadaan diam dan gerakan yang terjadi hanya pada jari penarik picu. Seorang petembak mahir seyogyanya telah cukup menguasai teknik dasar menembak yaitu membangun posisi kuda·kuda dan membidik, sehingga kinerjanya lebih dipengaruhi oleh kemampuan teknik menembak taraf lanjut yaitu pengendalian senjata. Oengan menggolongkan petembak peringkat atas OKI Jaya nomor air pistol putra sebagai petembak mahir, dilakukan penelitian terhadap 12 petembak dengan melakukan rekaman EMG m. opponens pol/icis dan m. flexor digiti minimi brevis yang bertindak sebagai otot tangan pengendali arah picu pada saat menembak. Rekaman EMG dilakukan dengan menggunakan elektrode permukaan dan hasilnya dianalisis secara manual dengan planimetri yang diproses berdasarkan waktu. Hasil tembakan pada kertas sasaran dinilai oleh reading machine untuk ditentukan skornya. Hubungan gambaran EMG otot pengendali picu dengan kinerja ditentukan dengan melakukan analisis korelasi antara rata· rata nilai konversi EMG selama rentang waktu menarik picu dengan skor. Selanjutnya untuk m~mperoleh gambaran karakteristik petembak peringkat atas OKI Jaya nomor air pistol putra dalam hal karakteristik umum, pola latihan dan konsumsi zat yang dapat mempengaruhi fungsi motorik dilakukan wawancara dan beberapa pemeriksaan lain. Hasil dan Kesimpulan: Analisis gambaran EMG otot pengendali picu 2 detik sebelum dan 2 detik sesudah melepas tembakan menunjukkan keragaman kemampuan petembak dalam mempertahankan stabilitas genggaman (p>0,05). Oalam penelitian, petembak menghasilkan kinerja yang tidak berbeda dengan kinerja terbaik selama 2 tahun terakhir (p>0,05). Hipotesis adanya korelasi linier negatif antara aktivitas listrik otot pengendali picu saat menarik picu dengan kinerja pada penelitian ini tidak terbukti (r=-0,024 dengan p>0,05). Gambaran karakteristik umum petembak peringkat atas OKI Jaya nomor air pistol putra adalah anggota ABRI, berumur di atas 30 tahun dengan titik berat tubuh (center of gravity) yang rendah. Para petembak melakukan latihan fisik maupun teknik menembak dengan cara yang beragam, dengan penekanan pada latihan teknik. Petembak mengkonsumsi zat yang dapat mempengaruhi fungsi motorik dalam jumlah rendah.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Hulman
Abstrak :
Olahraga memegang peranan penting karena olahraga merupakan salahsatu komponen dari berbagai segi program rehabilitasi yang bertujuan memulihkan fungsi individu secara keseluruhan. Akhir-akhir ini program rehabilitas semakin populer tidak hanya dalam penanganan penyakit-penyakit tetapi juga dalam olahraga. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. mengukur derajat peningkatan kekuatan otot tubuh setelah pemanasan 15 menit da dengan tanpa pemanasan 2. membandingkan perubahan peningkatan kekuatan pada beberapa otot tubuh tertentu setelah mengalami pemanasan 15 menit.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Kusmana
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
617.102 7 DED o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: Mosby Elsevier, 2006
617.102 7 CLI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Afriwardi
Jakarta: EGC, 2011
617.102 7 AFR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dinas Kesehatan DKI Jakarta
Jakarta: DKK DKI, 1985
613.7 DIN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Takahiro Yoshikawa
Abstrak :
The health values of exercise and eating are separately established as two independent pillars for human life. However, a substantial amount of evidence shows the physiological crosstalk by which exercise might be associated with hunger and satiety, as regulated by gut hormones. A single bout of exercise tends to suppress the blood levels of orexigenic acylated ghrelin (AG) and to increase the levels of anorectic hormones like peptide YY (PYY) and gluca-gon-like peptide-1 (GLP-1). It was reported that, while sustained physical activity increases the drive to eat in the fasting state, this seems to be compensated by an improved satiety response to a meal through changes in the gut hormone systems. A few studies reported exercise-induced reductions in the neural responses to food-related cues in higher brain center networks involved in the attentional, emotional and cognitive functions. The present review introduces the latest research on the effects of various types of exercise on the neuroendocrine networks related to hunger, satiety, appetite, and responses to food-related cues, suggesting the physiological ratio¬nale for the linkage between exercise and eating in humans. Next, the possibilities of the brain science of exercise and eating for improvements in modem human health in various generational groups are discussed.
Tokyo: The Japanese Society of Physical Fitness and Sports Medicine, 2017
610 JPFSM 6:5 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ueda, Keisuke
Abstrak :
During exercise, levels of several hormones are acutely increased in the blood. We previously reported that pre-exercise ingestion of a specific combination of amino acids (arginine, alanine, and phenylalanine; A-mix) increases fat mobilization and ketone body synthesis by increasing secretion of adrenalin and glucagon in healthy active young men. Herein, we sought to determine whether this acute hormone response could be induced upon administration of A-mix combined with exercise in patients with obesity during periods of low-intensity exercise. We performed a randomized crossover study of eleven middle-aged men with obesity without regular exercise habits, administered either A-mix (3 g/dose) or a placebo (3 g of dextrin/dose). Thirty minutes after ingestion, each subject subsequently performed workload tests on a cycle ergometer at 40% of peak oxygen consumption for 1 h. Following oral intake of A-mix, the concentration of plasma ketone bodies was significantly increased during exercise. This was accompanied by a significant increase in the area under the concentration-time curve for glucagon. Taken together, these results indicate that pre-exercise ingestion of the A-mix supplement significantly accelerated hepatic ketone body synthesis via stimulation of glucagon secretion during exercise in men with obesity.
Tokyo: The Japanese Society of Physical Fitness and Sports Medicine, 2017
610 JPFSM 6:5 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>