Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Helen Pricilia
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF memegang peran penting untuk melaksanakan distribusi obat dengan mutu yang aman dan terjamin bagi masyarakat. Dalam kasus tertentu dimana obat yang akan dipasarkan tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasian dan/atau mutu, kegiatan penarikan kembali (recall) perlu dilaksanakan. Prosedur penarikan kembali wajib dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) tertentu dan pedoman teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) agar seluruh rangkaian dapat ditelusuri dengan baik. Pada tugas khusus ini dilakukan evaluasi terhadap prosedur dan peran apoteker dalam kegiatan penarikan kembali Obat X oleh PBF PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Cabang Bogor. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan kegiatan penarikan obat yang dilakukan dengan SOP yang telah ditetapkan. Kegiatan penarikan kembali obat meliputi penerimaan instruksi recall dari industri farmasi, penerimaan nota dinas elektronik dari PBF KFTD Pusat, pemeriksaan stok fisik obat di gudang, pengumpulan obat dan karantina yang akan dilakukan recall, pembuatan laporan distribusi dan berita acara recall dan penyerahan obat hasil recall ke KFTD Pusat. Seluruh prosedur penarikan kembali obat telah dilakukan sesuai dengan SOP yang ditetapkan dan pedoman teknis CDOB dimana apoteker melaksanakan perannya sebagai penanggung jawabuntuk seluruh rangkaian proses penarikan kembali obat di PBF. Adapun evaluasi berupa perluasan area gudang dan kecepatan alur perpindahan barang yang perlu ditingkatkan agar proses penarikan kembali obat dapat menjadi lebih efektif.

Pharmaceutical Wholesalers are companies that are legally entitled to perform procurement, storage, distribution of drugs and/or medicinal ingredients in large quantities in accordance with statutory provisions. PBF plays an important role in carrying out the distribution of medicines with safe and guaranteed quality for the community. In certain cases where the drug to be marketed does not meet the safety, efficacy and/or quality requirements, recall activities need to be carried out. The recall procedure must be carried out in accordance with certain standard operating procedures (SOP) and technical guidelines for Good Drug Distribution (CDOB) so that the entire recall activity can be properly traced. In this report, an evaluation for the procedure and role of the pharmacist in the recall of Drug X by PBF PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Bogor Branch. Evaluation is carried out by comparing drug withdrawal activities carried out with predetermined SOPs. Drug recall activities include receiving recall instructions from the pharmaceutical industry, receiving electronic official notes from the Central PBF KFTD, checking the physical stock of drugs in note, collecting and quarantining drugs that will be recalled, preparing distribution reports and recall minutes and submitting the recalled drugs to KFTD Center. All drug recall procedures in KFTD Bogor have been carried out in accordance with the stipulated SOPs and CDOB techenical guidelines where the pharmacist carries out his role as the person in charge for the entire activity of drug recall process. The evaluation is in the form of expanding the warehouse area and to improve flow of goods movement so that the drug recall process can be more effective"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Assumpta Ledah Martono
"Penelitian mengenai Strategi Distribusi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan memfokuskan pada bermacam-macam variabel dan obyek penelitiannya. Telaah dalam kajian ini menekankan pada pemahaman atas suatu realitas organisasi yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Sehingga manajemen harus siap melakukan penyesuaian.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dan kajian dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui baik data primer, maupun data sekunder dan hasil penelitian bersifat konfirmatif. Proses analisis dilakukan dengan menggunakan Analisis regresi dan uji t pada wilayah Jakarta, Luar kota serta secara total wilayah. Penulis mencoba menganalisis biaya distribusi dan ingin melihat apakah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap tingkat penjualan yang dicapai dengan menggunakan rumus manual, terhadap data yang terkumpul. Temuan dari hasil uji t, adalah suatu model yang menggambarkan adanya suatu hubungan kuat, positif antara besar biaya distribusi (yang dikeluarkan), jumlah agen (yang ada untuk menangani proses penyampaian fisik surat kabar) dengan peningkatan tiras atau oplah surat kabar.
Tugas suatu usaha adalah memberikan nilai/value keuntungan bagi pasar. Untuk mempertahankan kondisi ini, penulis menyarankan agar perencanaan unit, divisi dan corporate harus merupakan bagian dari proses marketing. Sasaran masing-masing unit diintegrasikan dan diarahkan kepada usaha menciptakan nilai dan rangkaian menyampaikan nilai demi tercapainya kepuasan konsumen. Saluran distribusi merupakan salah satu mata rantai yang sangat penting dalam menyampaikan surat kabar kepada pembacanya. Oleh karena itu, di samping menjadi tugas karyawan yang melakukan hubungan iangsung dengan para agen sebagai perantara, juga harus mendapatkan perhatian dan keterlibatan dari pimpinan yang lebih tinggi serta unit-unit terkait. Penelitian terhadap kepuasan pelanggan perlu dilakukan secara rutin dan meningkatkan profesionalisme para karyawan yang terlibat dengan memberikan penyuluhan dan tambahan pengetahuan terutama budaya kepedulian atas pentingnya peran yang diemban."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T4510
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edenia Saumi
"Dalam menjalankan perannya sebagai fasilitas distribusi, PBF (Pedagang Besar Farmasi) harus memastikan agar stok obat yang dimiliki terjamin mutu maupun ketersediannya. Kurang akuratnya persediaan stok obat dapat terjadi apabila pengelolaan obat yang dilakukan oleh suatu PBF tidak dilakukan dengan baik. Persediaan stok obat yang tidak akurat, seperti adanya selisih stok antara data stok obat dan stok fisik obat di gudang, dapat berpengaruh pada berbagai hal, termasuk terjadinya overstock maupun understock obat. Stock opname secara berkala dan penelusuran selisih obat harus dilakukan agar terjaganya akurasi persediaan stok. Penelusuran pada faktor penyebab terjadinya selisih stok obat merupakan hal yang penting dilakukan untuk meminimalisir terjadinya selisih stok di waktu yang akan datang. Penulisan tugas khusus ini bertujuan untuk menelusuri berbagai faktor penyebab dan mengetahui faktor penyebab terbesar terjadinya selisih stok obat di PT SamMarie Tramedifa. Penulisan ini dilakukan dengan menarik data stok obat, menelusuri dan menganalisis faktor penyebab terjadinya selisih stok obat, dan melakukan wawancara. Berdasarkan pengamatan, didapat kesimpulan bahwa terdapat 6 faktor penyebab terjadinya selisih stok obat pada tanggal 5 Oktober hingga 18 November 2022 di PT SamMarie Tramedifa, yakni belum dilakukannya input data penerimaan obat, belum dilakukannya revisi faktur, adanya kesalahan input saldo awal saat stock opname, belum dilakukannya retur, adanya selisih kirim ke outlet, serta adanya kesalahan pada software. Selain itu, terdapat pula selisih stok obat yang masih belum diketahui faktor penyebabnya. Hasil pengamatan juga menunjukkan faktor penyebab terbesar selisih obat tersebut adalah belum dilakukan input data penerimaan obat dengan persentase 30,1% dari jumlah seluruh selisih obat yang terjadi.

As a distribution facility, pharmaceutical wholesalers must ensure that the availability of the drug stock they hold is guaranteed. Inaccurate drug stock inventory, such as a stock difference between drug stock data and the physical stock of drugs in the warehouse, can cause drug overstock or understock. Regular stock taking and tracking of drug differences must be carried out to maintain stock inventory accuracy. Investigating the factors causing drug stock differences is an important thing to do to minimize stock differences in the future. The purpose of writing this special assignment report is to explore various causal factors and find out the biggest factors causing differences in drug stock at PT SamMarie Tramedifa. This writing was carried out by collecting drug stock data, tracing and analyzing the factors causing differences in drug stock, and conducting interviews. Based on observations, it was concluded that there were 6 factors causing the difference in drug stock at PT SamMarie Tramedifa; such as drug receipt data had not been entered, invoice revision had not been carried out, an error in inputting the initial balance during stock taking, not yet returns are made, differences in sending to outlets, and errors in the software. Apart from that, there are also differences in drug stocks whose causes are still unknown. The results of the observations also show that the biggest factor causing the drug differences is that drug receipt data has not been entered, with a percentage of 30.1% of the total drug differences that occur."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Meuthia Arifin
"Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) mengatur 12 aspek yang harus dipenuhi persyaratannya oleh Pedagang Besar Farmasi (PBF), salah satunya adalah tentang bangunan dan peralatan. Suatu perusahaan PBF harus memperhatikan kondisi bangunan dan peralatannya untuk memastikan kualitas produk terjaga dengan baik dan dapat melindungi produk dari kerusakan. Dalam aspek tersebut, diatur juga mengenai kondisi suhu dan pengendaliannya. Pemantauan suhu ruangan penyimpanan perlu dilakukan untuk memastikan bahwa produk disimpan sesuai temperatur yang dipersyaratkan. Jika suhu tidak dipantau secara berkala, dapat terjadi penyimpangan suhu terlalu tinggi, terutama untuk ruangan penyimpanan biasa, dimana persyaratan suhu < 30oC. Laporan praktik kerja ini bertujuan untuk melakukan pemantauan suhu mingguan pada ambient room PT. Enseval Putera Megatrading DC – 3 Cikarang untuk memastikan suhu pada ambient room sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dan mengetahui suhu terendah dan tertinggi pada ambient room saat pemantauan mingguan. Hasil pemantauan suhu menunjukkan ambient room memiliki rata – rata suhu 28,92oC di titik tertinggi dan 28,56oC di titik terendah, dimana suhu minimum dan maksimum masing - masing titik adalah 26,60 dan 32,30oC di titik tertinggi dan 26,90 dan 31,20oC di terendah.

The Good Distribution Practice regulates 12 aspects that must be met by pharmaceutical wholesalers (PBF), one of which is about buildings and equipment. A PBF company must pay attention to the condition of its buildings and equipment to ensure product quality is well maintained and can protect products from damage. In this aspect, it also regulates the temperature conditions and its control. Monitoring of storage room temperature is necessary to ensure that products are stored at the required temperature. If the temperature is not monitored regularly, a temperature deviation may occur, especially for ordinary storage rooms, where the temperature requirement is < 30oC. This work practice report aims to conduct weekly temperature monitoring in the ambient room of PT. Enseval Putera Megatrading DC - 3 Cikarang to ensure that the temperature in the ambient room is in accordance with predetermined requirements and to determine the lowest and highest temperatures in the ambient room during weekly monitoring. The temperature monitoring results show that the ambient room has an average temperature of 28.92oC at the highest point and 28.56oC at the lowest point, where the minimum and maximum temperatures at each point are 26.60 and 32.30oC at the highest point and 26.90 and 31.20oC at the lowest."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nafayta Sekar Amalina
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar. Salah satu PBF yang ada di Indonesia adalah PT. Enseval Putera Megatrading (EPM) yang bergerak di bidang pendistribusian obat dan non-obat seperti alat kesehatan, vitamin, suplemen, dan barang-barang consumer. Salah satu entitas anak dari EPM yang baru didirikan adalah MosHub yang merupakan e-commerce digital enabler yang menyediakan layanan pengelolaan manajemen persediaan, pemenuhan pesanan, dan penjaminan produk sampai ke pelanggan. Sebagai perusahaan, penyusunan SOP yang mengatur aktivitas antara gudang cabang EPM dengan gudang MosHub perlu dibuat agar masing-masing personel terkait mengetahui peran dan posisinya, menjaga konsistensi proses kerja, mempermudah pengawasan dan evaluasi, serta meminimalisir adanya kesalahan dalam melakukan proses kerja antara gudang cabang EPM dengan gudang MosHub. Tugas khusus ini disusun menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan studi literatur dan observasi secara langsung. Studi literatur dilakukan untuk melihat tata cara penyusunan SOP di perusahaan dan menyesuaikan dengan SOP-SOP yang sebelumnya telah diberlakukan di EPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusunan SOP di EPM telah diatur secara lengkap melalui dokumen IK-QHS-MR-001 dan diperlukan penyusunan rancangan SOP terkait replenishment dari gudang cabang EPM ke gudang MosHub, rancangan SOP retur dari gudang MosHub ke gudang EPM, serta rancangan SOP pengiriman barang dari gudang MosHub ke pelanggan.

Pharmaceutical Wholesalers (PBF) are companies in the form of legal entities that have permits
for the procurement, storage, distribution of drugs and/or medicinal ingredients in large quantities. One of the PBF in Indonesia is PT. Enseval Putera Megatrading (EPM), which is engaged in the distribution of drugs and non-drugs such as medical devices, vitamins, supplements and consumer goods. One of the newly established subsidiaries of EPM is MosHub, which is an e-commerce digital enabler that provides inventory management, order fulfillment, and product guarantee services to customers. As a company, the preparation of SOPs that regulate activities between EPM branch warehouses and MosHub warehouses needs
to be made so that each related personnel knows their role and position, maintains consistency of work processes, facilitates monitoring and evaluation, and minimizes errors in carrying out work processes between EPM branch warehouses with MosHub repository. This special assignment was prepared using qualitative methods using literature studies and direct observation. A literature study was conducted to see the procedure for preparing SOPs in companies and adjusting them to the SOPs that had previously been implemented in EPM. The results showed that the preparation of SOPs at EPM had been completely regulated through the IK-QHS-MR-001 document and required the preparation of draft SOPs related to
replenishment from the EPM branch warehouse to the MosHub warehouse, draft SOP returns from the MosHub warehouse to the EPM warehouse, as well as draft shipping SOPs. goods from the MosHub warehouse to customers
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifanny Adelia Dewinasjah
"Tingkat penyalahgunaan narkotika di Indonesia dinilai cukup tinggi dengan nilai persentase sebesar 1,80% berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya – Lembaga Pengetahuan Ilmu Indonesia (PMB-LIPI) pada tahun 2019. Dalam peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019, penyaluran obat narkotika wajib memenuhi ketentuan peraturan dan perundang-undangan dan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Namun hanya Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah mendapatkan izin khusus dapat menyalurkan narkotika ke apotek, puskesmas, rumah sakit, dan klinik. Sehingga, sebagai salah satu langkah antisipasi untuk mencegah penyimpangan dalam jalur distribusi narkotika, apoteker dalam PBF dengan izin khusus tersebut wajib melakukan evaluasi secara berkala terhadap rasionalitas jumlah dan frekuensi pesanan narkotika dari klien PBF terkait. Tujuan dilakukan penelitian dalam tugas ini adalah untuk menilai kewajaran pesanan narkotika dari apotek-apotek yang merupakan klien dari KFTD cabang Bekasi. Penilaian kewajaran dilakukan berdasarkan jumlah dan frekuensi pesanan suatu apotek serta lokasi apotek yang berdekatan dengan suatu fasilitas kesehatan tertentu atau praktik dokter perorangan. Dari 65 apotek, ditemukan sebanyak 7 apotek yang membuat pesanan narkotika dengan jumlah dan frekuensi diatas rata-rata. Namun, berdasarkan penilaian kewajaran terhadap lokasi ketujuh apotek tersebut, semua apotek berada dengan dengan klinik-klinik kesehatan dan rumah sakit.

The level of narcotics abuse in Indonesia is considered quite high with a percentage value of 1.80% based on the results of a survey by the National Narcotics Agency and the Center for Research on Society and Culture - Indonesian Institute of Science (PMB-LIPI) in 2019. Based on the Food and Drug Supervisory Agency regulation Number 9 of 2019, the distribution of narcotic drugs must comply with the provisions of regulations and legislation and Good Drug Distribution Methods (CDOB). However, only Pharmaceutical Wholesalers (PBF) who have obtained the special permits can distribute narcotics to pharmacies, health centers, hospitals and clinics. Thus, as one of the anticipatory steps to prevent irregularities in the narcotics distribution channel, pharmacists in PBF with special permits are required to carry out regular evaluations of the rationality of the number and frequency of narcotics orders from relevant PBF clients. The aim of the research in this assignment was to assess the fairness of narcotics orders from pharmacies which are the clients of the Bekasi branch of KFTD. The fairness assessment is carried out based on the number and frequency of orders from a pharmacy as well as the location of the pharmacy which is close to a particular health facility or individual doctor's practice. Of the 65 pharmacies, it was found that 7 pharmacies made orders for narcotics with quantities and frequencies above the average. However, based on a reasonable assessment of the locations of the seven pharmacies, all pharmacies are located near health clinics and hospitals."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library