Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhila Malahayati Kamal
Abstrak :
Parasetamol sebagai mikropolutan pada air laut menjadi perhatian global karena efek toksisitasnya. Karakteristik parasetamol yang tidak dapat terdegradasi pengolahan konvensional sepenuhnya, membuat Fenton hadir sebagai alternatif yang terbukti mampu mendegradasi parasetamol. Kombinasi proses Fenton dan ultrafiltrasi menghadirkan peluang sebagai pengolahan alternatif untuk menyisihkan parasetamol dan sisa besi. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengevaluasi efektivitas proses hybrid Fenton dan membran untuk menyisihkan parasetamol dalam COD. Variabel penting dari proses Fenton yang diamati ialah rasio H2O2/Fe2+ . Pada matriks air sintetik, rasio optimal 1:2 menghasilkan penyisihan COD sebesar 45%, sedangkan rasio 1:1 menghasilkan 37% penyisihan COD pada matriks air laut. Membran Polyerhersulfone (PES) dengan ukuran pori 30 nm dan 7 nm (50 kDa) yang beoperasi pada fluks 120 L/m2h digunakan dalam penelitian ini. Kurangnya penyisihan COD teramati pada matriks air sintetik dan penyisihan 37% COD teramati selama untuk matriks air laut pada kedua jenis membran. Kemudian, penyisihan Fe2+ teramati sebesar 54% dan 92% setelah penyesuaian pH hingga 8,5 pada kedua matriks air dengan variasi membran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efektivitas proses hybrid Fenton dan ultrafiltrasi dalam menyisihkan parasetamol bergantung pada dosis katalis dan juga matriks air yang digunakan serta retensi besi oleh membran optimal terjadi ketika pH 8,5. ......Traces of Paracetamol (PCT) as a micropollutant, particularly in seawater (SW), become a global concern due to the toxicity effect. Conventional wastewater treatment plants only able to degrade PCT partially. Therefore, an alternative treatment was necessary to treat PCT. Fenton oxidation is an efficient process to degrade PCT. Combination of Fenton oxidation and ultrafiltration treatment presents a promising opportunity as one of the alternative treatments for PCT removal across aqueous matrices and removal of iron residue. This study aims to evaluate the efficiency of the hybrid processes to remove PCT, in Chemical Oxygen Demand (COD), for both distilled water (DW) and seawater. Important parameter in Fenton, H2O2/Fe2+ ratio (w/w) was observed. In the DW, optimal 1:2 ratio resulted 45% COD removal, whereas 1 :1 exhibited 37% COD removal in SW. Flat sheet Polyethersulfone (PES) with pore size of 30 nm and 7 nm (50 kDa) membrane was employed with a constant flux of 120 L/m²·h. A lack of contribution of COD removal in DW and 37% in SW was observed during the ultrafiltration process. Furthermore, 54% and 92% removal of Fe2+ residue was observed during ultrafiltration at adjusted pH 8,5 in both water matrices using different membrane pore size, respectively. In conclusion, hybrid Fenton oxidation and ultrafiltration efficiency depend on catalyst dosage and water matrix and optimum condition for ultrafiltration to retain iron is when the pH is adjusted to 8,5.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Enie Mayuntari
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai keragaman bobot sediaan puyer di wilayah Kecamatan Cimanggis dan Pancoran Mas kota Depok, kemudian dibandingkan dengan persyaratan keragaman bobot yang ada di FI IV. Hasil yang didapat dari 32 sampel puyer parasetamol yang diambil ada 1 sampel yang memenuhi syarat. Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan kuesioner di apotek tempat pembelian puyer parasetamol kemudian hasilnya dibandingkan dengan keragaman bobot puyer yang didapat dengan menggunakan metode SPSS for windows versi 17.0. Hasil penelitian menyarankan perlunya pembuatan SOP di tiap apotek agar pelayanan yang diberikan memiliki standar dan hasil yang sama meskipun pelayanan dilakukan oleh petugas dan waktu yang berbeda.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia , 2010
S70463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dilakukan validasi kinerja spektrofotometer ultraviolet Shimadzu UVmini-1240V nomor seri A10934803808 menggunakan parasetamol standar dan tablet parasetamol. Validasi kinerja ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa instrumen tersebut memberikan hasil yang dapat dipercaya. Validasi kinerja dilakukan sesuai dengan International Conference of Harmonisation (ICH 2005) dan menggunakan prosedur baku penentuan parasetamol menurut WHO International Farmakopea 4thedition (2008), meliputi: perhitungan linieritas, sensitivitas, limit deteksi, limit kuantitasi, presisi, dan akurasi. Sebelum tahapan validasi, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi terhadap instrumen tersebut. Berdasarkan hasil kalibrasi diperoleh kedataran garis dasar yang mendekati 0,000 dan akurasi panjang gelombang pada rentang 650 – 660nm berada pada 656,3nm, sedangkan untuk rentang 480 – 490nm berada pada 486,1nm. Hasil tersebut menyatakan bahwa instrumen mempunyai akurasi panjang gelombang yang cukup baik. Dari hasil pengujian validasi diperoleh linieritas sebesar 0,9990 dengan limit deteksi dan limit kuantitasi masing-masing sebesar 0,47 ppm dan 1,43 ppm. Sensitivitas dari alat ini sebesar 0,0655. Presisi yang diperoleh berdasarkan pada keterterimaan nilai RSD yaitu 0,81% untuk parasetamol standar dan 0,05% untuk tablet parasetamol. Akurasi masing-masing berada pada rentang 100,36-102,93% untuk standar parasetamol, dan 99,35-99,78% untuk tablet parasetamol. Hasil tersebut menyatakan bahwa kedua sampel berada pada rentang yang diperbolehkan. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa spektrofotometer ultraviolet Shimadzu UVmini-1240V dengan nomor seri A10934803808 sudah tervalidasi dengan baik melalui penentuan parasetamol.
541 JSTK 2:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan metode penentuan kadar parasetamol dan kafein dalam obat dengan KCKT menggunakan fasa gerak KH2PO4--metanol-asetonitril-isopropil alkohol (42 : 2: 3: 3), laju alir 1 mL/menit, detektor UV panjang gelombang 215 nm dan kolom C18, yang dilakukan secara simultan. Uji validasi metode analisis kadar parasetamol dan kafein dalam tablet obat dengan KCKT dilakukan untuk memperoleh data validasi metode sehingga metode tersebut diketahui kelayakannya. Parameter-parameter validasi yang diuji meliputi linearitas, limit deteksi, limit kuantitasi, presisi, dan akurasi. Hasil yang diperoleh memiliki nilai waktu retensi lebih cepat daripada teknik simultan sebelumnya dengan menggunakan kolom C8. Semua parameter yang diuji memenuhi kriteria penerimaan yang telah ditetapkan oleh Association of Official Analytical Chemists. Untuk parasetamol mempunyai nilai koefisien korelasi (r) = 0,9997, limit deteksi 17,5867 mg/L, limit kuantitasi 53,2932 mg/L, presisi luas area 0,96% serta presisi konsentrasi analit 1,03% dan akurasi dengan persen perolehan kembali berkisar 100,22-102,36%. Sedangkan kafein mempunyai nilai koefisien korelasi (r) = 0,9999, limit deteksi 0,7567 mg/L, limit kuantitasi 2,2932 mg/L, presisi luas area 0,99% serta presisi konsentrasi analit 1,01% dan akurasi dengan persen perolehan kembali berkisar 90,03-92,98%.
541 JSTK 5:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Widyatama
Abstrak :
Latar Belakang: Nyeri masih menjadi penyebab utama kegagalan prosedur office hysteroscopy. Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS), salah satunya ketoprofen masih digunakan secara rutin untuk mengatasi nyeri selama prosedur office hysteroscopy. Namun penggunaan ketoprofen menimbulkan beberapa efek samping, paling sering pada saluran pencernaan dengan gejala dan tanda seperti mual, muntah, dispepsia, diare, dan ulkus peptikum. Dalam pedoman RCOG (Royal College of Obstetricians and Gynaecologists), parasetamol juga dapat digunakan dalam manajemen nyeri untuk office hysteroscopy. Namun, belum ada bukti klinis yang menunjukkan efikasi parasetamol untuk manajemen nyeri pada office hysteroscopy. Tujuan: Untuk mengetahui efikasi pemberian parasetamol tablet 1000 mg per oral dibandingkan dengan ketoprofen tablet 100 mg per oral dalam manajemen nyeri saat prosedur office hysteroscopy dan cramping 30 menit setelah prosedur office hysteroscopy serta efek samping, refleks vagal, dan tingkat kenyamanan pada pasien selama prosedur. Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda untuk menilai intensitas nyeri selama prosedur office hysteroscopy dan cramping dalam 30 menit setelah prosedur office hysteroscopy pada kelompok parasetamol 1000 mg per oral dibandingkan dengan kelompok ketoprofen 100 mg per oral. Kedua kelompok masing-masing terdiri dari 30 subjek. Alokasi subjek dilakukan dengan randomisasi blok. Penilaian intensitas nyeri selama prosedur (saat alat hysteroscope masuk ke dalam ostium uteri externum) dan cramping dalam 30 menit setelah prosedur office hysteroscopy dilakukan dengan menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) dalam kuesioner. Hasil: Karakteristik subjek penelitian mempunyai usia rata-rata 48,3 tahun dengan durasi prosedur rata-rata 26 menit. Sebagian besar subjek adalah multipara (55%), belum menopause (53,3%), tidak ada dismenore (80%), tidak ada nyeri panggul kronik (90%), dan tidak pernah sectio caesaria (75%). Baik pada kelompok parasetamol maupun kelompok ketoprofen tidak bermakna secara statistik terhadap nyeri selama prosedur (nilai p = 0,266), dan cramping setelah 30 menit prosedur (nilai p = 0,499). Sebagian besar subjek merasakan nyeri dengan median 2 (0 – 8), cramping 30 menit setelah tindakan dengan median 0 (0 – 5), dan tingkat kenyamanan dengan median 9 (7 – 10). Selain itu, sebagian besar subjek tidak merasakan efek samping apapun (95%) dan seluruhnya tidak mengalami refleks vagal (100%). Kesimpulan: Tidak ada perbedaan bermakna nilai VAS pada pemberian parasetamol 1000 mg tablet per oral dibandingkan dengan ketoprofen 100 mg tablet per oral untuk manajemen nyeri selama prosedur dan cramping 30 menit pasca prosedur office hysteroscopy. ......Introduction: Pain is still the main cause of failure of office hysteroscopy procedures. Non- steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), one of which is ketoprofen, are still used routinely to treat pain during office hysteroscopy procedures. However, the use of ketoprofen causes several side effects, most often in the digestive tract with symptoms and signs such as nausea, vomiting, dyspepsia, diarrhea and peptic ulcers. In the RCOG (Royal College of Obstetricians and Gynecologists) guidelines, paracetamol can also be used in pain management for office hysteroscopy. However, there is no clinical evidence showing the efficacy of paracetamol for pain management during office hysteroscopy. Objective: To determine the efficacy of administering paracetamol tablets 1000 mg orally compared with ketoprofen tablets 100 mg orally in managing pain during office hysteroscopy procedures and cramping 30 minutes after office hysteroscopy procedures as well as side effects, vagal reflexes, and the level of comfort in patients during the procedure. Methods: This study was a double-blind, randomized clinical trial to assess the intensity of pain during the office hysteroscopy procedure and cramping within 30 minutes after the office hysteroscopy procedure in the paracetamol 1000 mg orally group compared with the ketoprofen 100 mg orally group. Both groups each consisted of 30 subjects. Subject allocation was carried out by block randomization. Assessment of pain intensity during the procedure (when the hysteroscope instrument enters the external uterine ostium) and cramping within 30 minutes after the office hysteroscopy procedure was carried out using the Visual Analogue Scale (VAS) in the questionnaire. Results: The characteristics of the research subjects were an average age of 48.3 years with an average procedure duration of 26 minutes. Most of the subjects were multiparous (55%), had not had menopause (53.3%), had no dysmenorrhea (80%), had no chronic pelvic pain (90%), and had never had a caesarean section (75%). Neither the paracetamol group nor the ketoprofen group had statistical significance regarding pain during the procedure (p value = 0.266), and cramping after 30 minutes of the procedure (p value = 0.499). Most subjects felt pain with a median of 2 (0 – 8), cramping 30 minutes after the procedure with a median of 0 (0 – 5), and a comfort level with a median of 9 (7 – 10). In addition, the majority of subjects did not feel any side effects (95%) and all did not experience vagal reflexes (100%). Conclusion: There was no significant difference in VAS scores when administering paracetamol 1000 mg tablets orally compared with ketoprofen 100 mg tablets orally for pain management during the procedure and cramping 30 minutes after the office hysteroscopy procedure.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Annisa
Abstrak :
Penelitian yang berkembang saat ini mengarah kepada pemanfaatan limbah sebagai material yang sustainable. Salah satu bentuk pemanfataan lumpur alum hasil pengolahan air minum pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah untuk proses adsorpsi berbagai polutan. Metode aktivasi yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi penyerapan polutan zat warna Rhodamine-B dan emerging contaminants parasetamol mengunakan adsorben lumpur alum pada penelitian ini adalah berupa kalsinasi pada temperatur 400oC dan 600oC (CAL400 dan CAL600), gelasi (GEL), sintesis komposit TiO2-lumpur alum (TiO2@AS), dan sintesis komposit ZnCl2- lumpur alum (ZnCl2@AS). Karakteristik dari adsorben ditinjau dengan metode SEM-EDS, XRF, BET, dan pHPZC. Kondisi optimum dari penyisihan polutan ditinjau dengan metode batch, hasilnya menunjukkan penyerapan maksimum Rhodamine-B didapat pada jenis adsorben ZnCl2@AS, waktu kontak 120 menit, konsentrasi adsorben 3 g/L, konsentrasi polutan 10 mg/L, dan pH ±2 untuk polutan Rhodamine-B. Kuantifikasi Rhodamine-B dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λmax 554 nm dan kurva kalibrasi standard, sementara pada parasetamol digunakan pada λmax 288 nm. Pemodelan kinetika adsorpsi Rhodamine-B dengan pseudo second-order memiliki koefisien korelasi paling mendekati 1 (R2=0.9996). Persamaan isoterm Freundlich dapat mendeskripsikan data eksperimen adsorpsi Rhodamine-B lebih baik dibanding metode isoterm lainnya (R2=0.9485). Metode aktivasi yang dilakukan pada penelitian ini kurang efektif untuk penyisihan polutan Parasetamol, dengan penyisihan <10% pada pH natural. ......The present works aim at the utilizations of waste as a sustainable material, one of them is alum sludge from drinking water treatment plant for adsorption of various pollutants. Activation methods used to improve the adsorption efficiency Rhodamine-B and paracetamol using alum sludge adsorbent in this study is calcination at 400oC and 600oC (CAL400 and CAL600), gelation (GEL), synthesis of TiO2-alum sludge composites (TiO2 @ AS), and synthesis of ZnCl2-alum sludge composites (ZnCl2 @ AS). The adsorbents were characterized by SEM-EDS, XRF, BET, and pHPZC. The optimum condition of the removal was investigated using batch method, the result given were: maximum dye removal was obtained using ZnCl2@AS adsorbent, optimum contact time of 120 minutes, adsorbent concentration of 3 g/L, initial dye concentration of 50 mg/L. Quantification of dye was carried out by using UV-visible spectrophotometer at λmax=554 nm and an as prepared standard calibration curve. The pseudo-second order kinetic model had the highest correlation coefficient (R2 = 0.9996). The Freundlich isotherm equation can best describe the experimental data (R2= 0.9485). The activation methods used in this study were ineffective for removing Paracetamol, with <10% removal in natural pH.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlela
Abstrak :
Tablet parasetamol seribu rupiah adalah obat penurun panas yang merupakan salah satu dari 10 jenis obat murah yang diproduksi PT Indofarma dan bekerja sama dengan Departemen Kesehatan. Program obat serba seribu dibuat untuk memperluas akses masyarakat terhadap obat dan mewujudkan sistem penanganan obat yang pro rakyat agar masyarakat luas mampu mendapatkan obat dengan harga yang murah dan berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan persepsi responden terhadap obat penurun panas parasetamol seribu rupiah yang beredar di pasaran serta pengujian mutunya. Sebagai responden diambil 100 orang yang membeli ataupun yang tidak membeli obat penurun panas parasetamol seribu rupiah. Responden dibagi menjadi dua yaitu 50 orang responden yang mengunjungi apotek dan 50 orang responden yang mengunjungi toko obat. Responden diwawancarai berdasarkan kuesioner yang telah dibuat. Data yang diperoleh yaitu karakteristik responden, pengetahuan dan persepsi responden terhadap obat generik serba seribu rupiah dan khususnya obat penurun panas parasetamol seribu rupiah. Mutu tablet parasetamol seribu rupiah ditinjau dari terpenuhinya syarat yang tertera pada monografi dalam Farmakope Indonesia. Syarat tersebut yaitu identifikasi, uji disolusi dan penetapan kadar. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan KLT dengan eluen diklorometana dan metanol (4:1). Kadar hasil uji disolusi diukur dengan menggunakan Spektrofotometri dalam media disolusi dapar fosfst pH 5,8. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan terhadap keberadaan tablet obat penurun panas parasetamol seribu rupiah cukup baik (59 %). Persepsi responden pengguna tablet parasetamol seribu rupiah terhadap mutu dan khasiat cukup baik (67,35 %). Sampel obat yang diperoleh dari apotek dan toko obat, setelah diperiksa memenuhi syarat sesuai dengan yang tertera dalam Farmakope Indonesia. Paracetamol tablet with the price of thousand rupiah, a fever lesser medicine has become one of ten generic drugs that produced by PT Indofarma and affiliated with Department of Health. The thousand rupiahs drugs program is made to enlarge the public's access of drugs and to realize the system of drugs handle which pro society so they able to get drugs with low price and good quality. This research is purpose to find out the knowledge level and respondent's perceptions of a thousand rupiahs price of fever lesser paracetamol in which had already sale on market along with its quality test. About a hundred people were taken as potential respondents neither purchase it or nor this medicine. The respondents were divided into two groups namely fifty respondents in dispensary and the other fifty were in drugstores. Respondents were interviewed based on questionnaire construction. Data's available consists respondent's characteristic, knowledge and their perceptions of thousand rupiah generics and particularly paracetamol. The quality of this tablet had been reviewed from the conditions which is to complied within Farmakope Indonesia as printed out in monograph. The terms are, identification, dissolution test and dosage set ups. Identification conducted by using TLC with mobile phase consist of dichloromethane and methanol (4:1). The results of dissolution test was measured by using a Spectrophotometric in dissolution media buffer phosphate pH 5.8. Dosage determination is conducted by Spectrophotometric application. Results of this research has demonstrated that knowledge level to a thousand rupiahs of fever lesser paracetamol are quite good (59 %). Respondents perception from a thousand rupiahs paracetamol user about quality and effication are quite good (67.35 %). Drugs samples are obtained from dispensary and drugs outlet, afterwards it had already examined and tested in order to comply the terms in according to Farmakope Farmakope Indonesia provisions.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Apriliyana Virgine
Abstrak :
Parasetamol merupakan salah satu obat yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Keterbatasan asam asetat anhidrida (AAA) sebagai bahan baku sintesis parasetamol memicu pengembangan reaksi alternatif berbahan baku asam asetat glasial (AAG) dengan memanfaatkan katalis berbasis bentonit alam. Pengembangan reaksi alternatif ini diawali dengan preparasi katalis, karakterisasi katalis, penentuan katalis terbaik, dan penentuan kondisi operasi dengan melakukan variasi kondisi meliputi suhu, perbandingan molar p-aminophenol (PAP) dan AAG, dan waktu reaksi. Preparasi bentonit ini menghasilkan 4 jenis katalis, yaitu BA (bentonit alam), BS (bentonit sintetis), HB (H-bentonit), dan ZnB (Zn-Bentonit). Berdasarkan persentase terkonversi, diperoleh dua katalis terbaik untuk reaksi alternatif pada sintesis parasetamol, yaitu BA (dengan konversi PAP 71,79 %) dan BS (dengan konversi PAP 58,20 %). ......Paracetamol is commonly and widely used by people as analgesic and antipyretic. The lack of acetic anhydride (AAA) as material in synthesis of paracetamol encourage an alternative method in reaction using acetic acid glacial (AAG) as primary reacting material with natural bentonite as catalyst. The alternative reaction consist of catalyst preparation, characterization of catalyst, choice of best catalyst, and choice of operation condition with all variation condition in temperature, molar ratio of p-aminophenol and AAG, and reaction time. Preparation of bentonite gets four kinds of catalyst, which are BA (natural bentonite), BS (activated bentonite), HB (H-bentonite), and ZnB (Zn-bentonite). Concerning the percentage conversion, two best catalysts for this alternative reaction are BA (71.79 %-conversion based on PAP) and BS (58.20 %-conversion based on PAP).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52267
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library