Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bendady Hindom Pramono
Abstrak :
ABSTRAK
Jadwal Penerbangan merupakan produk dan sebuah maskapai penerbangan yang alcan meinenuhi kebutuhan konsumennya, Keberhasilan suatu perusahaan penerbangan sangat bergantung dan rancangan jadwal penerbangan yang ditawarkannya ke pasar.

Proses perancangan jadwal penerbangan sendiri merupakan salah satu aspek yang paiing kompleks dalam rnanajemen perusahaan penerbangan. Berbagai faktor hanis dipertimbangkan dengan seksaina mengingat jadwal penerbangan ini merupakan sumber pendapatan perusahaan tersebut.

Dalam penelitian ini penulis mencoba melakukan perancangan jadwal penerbangAn dengan mengambil kasus PT. Bouraq Indonesia Airlines Rancangan jadwal penerbangan baru dibuat dengan memperhitungkan anis lalu untas penumpang pada setiap sektor penerbangan dan mempergunakan asumsi faktor inuatan penumpang sebesar 66%.

Hasil rancangan jadwai penerbangan baru inarnpu mengbasillkan pendapatan potensial yang Iebih balk dan jadwal penerbangan lama, dengan margin laba operasi mencapai 4%.

Peningkatan margin laba operasional ini disebabkan adanya penambahan kapasitas tempat duduk melalui pengurangan jumlah transit, beberapa penambahan frekuensi penerbangan serta adanya pengalihan alokasi penggunaaan pesawat ke sector penerbangan yang lebih potensial.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryo Prakoso
Abstrak :
ABSTRAK
Jasa pelayanan udara komersjal ,erupakan salah satu instrumen ekonomi yang penting sebagai katalis perkembangan ekonomi dan sosial di hampir sebagian besar negara di dunia ini.

Mengingat peranannya yang sedemikian penting, kiranya sudah sepatutnya setiap negara memikirkan suatu sistem angkutan udara yang efisien dan efektjf, melalui suatu proses analisa, perencanaan dan pengawasan yang matang, baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh perusahaan penerbarigan komersial itu sendiri. Proses di mana selalu melibatkan kegiatan pera malan, utamanya perainalan mengenai besarnya perinintaan pasar, dan pada umumnya kegiatan peranialan permintaan inilah, meru? pakan awal dan proses sebagai dasar untuk berlanjut pada kegiatan lainnya.

Posisi kegiatan peramalan perniintaan yang strategis, dan kompleksitas hubungan Indonesia-Jepang (terutama dalam bidang ekonomi), mendorong penibahasan yang lebih jauh inengenai kegiatan ini, yang difokuskan pada jalur Jepang-Indonesia.

Perimitaan timbul didorong oleh adanya suatu kebutuhan, dan untuk mencapai pemuasan )cebutuhan yang niakaimal, seorang kon konsumen senantiasa cihadapkan kepada alternatif pemilihan kombinasi barang atau jasa pemuas kebutuhan. Keseimbangan tercapai pada saat kombinasi barang atau jasa pemuas kebutu han yang diinginkan, dapat dibeli dengan pendapatan yang diperolehnya.

Selain besarnya pendapatan, permintaan tarhadap suatu barang atau jasa, dari sudut pandang seorang konsumen secara ulnuin dipengaruhj oleh : harga barang itu sendini, harga barang atau jasa substitusi dan selera konsumen.

Sedangkan permintaan spesifik pada jasa angkutan udara, selain faktor-faktor tersebut di atas , konclisi makro yang mempengaruhi industri diantaranya adalah : pertumbuhan dan besarnya populasi, kegiatan ekspor dan impor (perdagangan internasional), investasi, nilai tukar mata uang, kegiatan pariwisata dan lain?lain yang secara terperinci dipaparkan pada bab telaah kepustakaan.

Pembahasan pada karya akhir ini dibatasi hanya pada faktor faktor eksternal terpilih yang berada di luar kendali perusa haan penerbangan komersial, selain untuk menyederhanakan masalah, juga untuk mengetahui pengaruh elemen-elemen yang timbul dari hubungan Jepang-Indonesia, kondisi perkembangan jumlah kamar hotel berbintang di Indonesia (bagian dan produk pari.wisata) dan pertumbuhan serta besarnya populasi, tingkat pendapatan per?kapita masyarakat Jepang (kondisi Jepang), terhadap tingkat permintaan Jasa angkutan udara. Permintaan jasa angkutan udara jalur Jepang?Indonesia, dilihat secara individual, sangat signifikan dipengaruhi oleh faktor fasilitas akomodasi yang ada di Indonesia, dan penda? patan per?kapita masyarakat Jepang, dengan koefisien deter minasi menunju)çan angka sebesar 96% dan 92%.

Sedangkan faktor-faktor populasi, nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Yen, dan aktivitas perdagangan internasional antara Jepang?Indonesia, pengaruhriya dinilai cukup berarti. Koefisien determinasi, masing?masing secara berurutan menun jukan sebesar 88%, 82% dan 77%. Faktor investasi pengaruhnya kecil sekali, dengan koefisien deterininasi hanya sebesar 57%. Dengan metode korelasi (causal method), diperoleh model permintaan pada jalur Jepang-Indonesia, di mana untuk mengu rangi pengaruh multikolinear, kami hanya memilih tiga faktor saja (yang kami anggap sangat penting) sebagai variabel bebasnya dengan persamaan logaritmik regresi berganda. Pada tingkat kepercayaan 95%, keseluruhan model persamaan, Sangat signifikan untuk menerarigkan dinamika permintaan jasa
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridzeki Akbar
Abstrak :
Di antara banyak industri yang terkena dampak pandemi COVID-19, pariwisata dan perjalanan adalah salah satu yang paling terpengaruh oleh situasi pandemi. Industri penerbangan, khususnya angkutan penumpang sebagai salah satu industri utama di bidang pariwisata dan perjalanan menghadapi tantangan dalam pemulihan dari situasi pandemi dengan berkurangnya orang yang terbang karena risiko yang ditimbulkan oleh virus COVID-19. Teori utama dari kerangka penelitian ini adalah menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB) untuk memprediksi kesediaan konsumen penerbangan untuk terbang. Dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis Partial Least Square (PLS), penelitian ini akan menganalisis hubungan antara pemahaman dan persepsi konsumen tentang pandemi COVID-19 dengan kesediaan mereka untuk terbang selama situasi pandemi COVID-19. ......Amongst many industries impacted by the COVID-19 pandemic, tourism and travel has been one of the most affected by the pandemic situation. Aviation industry, specifically passenger carriers as one of the key industries in the tourism and travel is facing a challenge in recovering from the pandemic situation with less people flying due to risks imposed by the virus. The main theory of the research framework is using Theory of Planned Behavior (TPB) to predict aviation consumer’s willingness to fly. Using Structural Equation Modeling (SEM) based on Partial Least Square (PLS), this research will analyze the correlation between consumer’s understanding and perception of the COVID-19 pandemic and their willingness to fly during the COVID-19 pandemic situation.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan Guntarto
Abstrak :

Industri penerbangan Indonesia diprediksi menjadi negara ke-6 di dunia yang memiliki penumpang pasar terbanyak. Jumlah penumpang pasar pada 15 tahun terakhirpun memiliki pertumbuhan yang signifikan, yang berjumlah 30 juta pada tahun 2005 dan ±97 juta pada tahun 2017. Hal ini merupakan sebuah kesempatan bagi PT. X, salah satu maskapai penerbangan di Indonesia, untuk mempersiapkan strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk memenangkan pangsa pasar. Untuk mengimplementasikan strategistrategi tersebut, tentunya perusahaan perlu untuk mempersiapkan sumber daya manusia, material, dsb. Namun, berdasarkan laba rugi komprehensif 5 tahun terakhir, perusahaan mengalami defisit yang menyebabkan perusahaan akan fokus terlebih dahulu terhadap permasalahan saat ini sebelum bergerak kepada potensi di masa depan. Pada penelitian ini, peneliti membuat model tentang tail assignment problem, yang merupakan permasalahan dalam membuat jadwal penerbangan terhadap pesawat yang tersedia dengan memerhatikan keterbatasan yang ada. Tujuan dari dibahasnya tail assignment problem agar perusahaan dapat mengurangi jumlah penggunaan pesawat dari penyusunan ulang tail assignment untuk menghilangkan idle dengan mengaggregatkan penerbangan yang satu dengan yang lainnya, dan atau mengurangi jumlah penerbangan agar jumlah pesawat berkurang. Dengan berkurangnya jumlah pesawat, berkurang biaya sewa pesawat, yang merupakan biaya terbesar kedua dari total biaya yang ada. Penelitian ini menggunakan metode optimasi branch & cut, dengan solver engine COIN–OR CBC (Linear Solver). ......The Indonesian aviation industry is predicted to be the 6th country in the world that has the most market passengers. The number of market passengers in the last 15 years also has a significant growth, which amounted to 30 million in 2005 and ± 97 million in 2017. This is an opportunity for PT. X, one of the airlines in Indonesia, to prepare strategies that can be done to win market share. To implement these strategies, of course, companies need to prepare human, material, etc. However, based on the comprehensive income of the last 5 years, the company experienced a deficit that caused the company to focus first on current problems before moving on to future potential. In this study, researchers made a model by using the tail assignment problem, which is a problem in making flight schedules to the available airplane by taking into account existing limitations. The purpose of discussing the tail assignment problem is that the company can reduce the number of airplane usage by rearranging the tail assignment to eliminate idle by aggregating flights with one another and or reducing the number of flights so that the number of airplanes decreases. With the reduced number of airplanes, reduced airplane rental costs, which is the second-largest cost of total costs. This research uses the branch & cut optimization method, with COIN-OR CBC (Linear Solver) engine solver. 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cyrilla Almaida Pili
Abstrak :
Metode fuzzy-AHP populer digunakan untuk pemilihan alternatif dalam berbagai industri, salah satunya industri aviasi. Sebagai salah satu sektor bisnis aviasi, bisnis sewa pesawat adalah bisnis yang menjanjikan. Sebagai penyedia jasa sewa pesawat, PT. Pelita Air Service sudah melayani berbagai pelanggan dari bermacam-macam industri, kebanyakan berasal dari perusahaan minyak dan gas, menteri, hingga presiden dan wakil presiden RI (pelanggan VVIP), dan pelanggan yang membutuhkan sewa pesawat untuk keperluan dan evakuasi medis. Mengetahui adanya perbedaan dari aspek kebutuhan pelanggan, PT. Pelita Air Service ingin mengembangkan proses bisnis yang berbeda, sehingga 3 ide proses bisnis dengan fokus yang berbeda diajukan: Proses Bisnis 1 yang berfokus terhadap keamanan dan keselamatan, Proses Bisnis 2 yang mengutamakan kenyamanan pelanggan, dan Proses Bisnis 3 yang berfokus terhadap ketersediaan dan kemampuan sumber daya. Fuzzy-AHP diaplikasikan untuk memilih proses bisnis yang sesuai untuk tiap pelanggan. Hasil dari proses pemilihan adalah ditetapkannya proses bisnis 3 untuk perusahaan minyak dan gas, proses bisnis 2 untuk pelanggan VVIP, dan proses bisnis 1 untuk pelanggan yang menyewa pesawat dengan tujuan medis. Ide bisnis proses lalu dipetakan dengan mengacu Airline Process Classification Framework, atau Airline PCF yang merupakan terminologi standar untuk mendefinisikan proses dan ukuran untuk perbandingan yang dibuat oleh APQC. ......Fuzzy-AHP method has been used for selection problems in various industry, such as in the aviation industry. One of the promising sectors of the aviation industry in Indonesia is the aircraft charter business. One of the aircraft charter service providers in Indonesia, PT. Pelita Air Service has served various industries; its three main customers include Oil and Gas Producers (OGP) companies, VVIP, such as the ministry, president and vice-president of Indonesia, and customers who charter the aircraft for medical purposes and evacuations (Medivac). Knowing that the customer requirements and needs are different, PT. Pelita Air wants to develop a different business process, thus, three ideas of business processes were proposed: Business Process Idea 1, which focuses on safety and security throughout the flight operations, Business Process Idea 2, which emphasizes customer comfort, and Business Process Idea 3, focusing on resources and skills availability and capacity. The fuzzy-AHP method is conducted to select the most suitable business process idea for each customers. After the selection process, OGP customers have business process idea 3 as their alternative, VVIP customers obtained business process idea 2, and business process idea 1 is selected for Medivac customers. Furthermore, the business process idea is mapped, by benchmarking to Airline Process Classification Framework or Airline PCF, which is the standard for terminology on process definitions and measures for benchmarking established by APQC.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kivits, Robbert
Abstrak :
Large infrastructure projects generally involve multiple stakeholders such as government parties, local communities, and private organizations. New projects can create tensions between different stakeholder groups because different groups naturally have different interests and opinions. This book offers a view of how stakeholders are able to influence the project management’s decision‐making process as the project proceeds from the investment preparation phase, to the project execution phase, and on to the operations phase through various methods such as protests, legal battles, and even illegal activities. This book provides multiple case studies in aviation industry reflecting how large projects create dynamic contexts for stakeholder management and stakeholder behaviour as the project moves through different phases of its lifecycle.
Switzerland: Springer Cham, 2021
e20549811
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Tribowo Dharsono
Abstrak :
ABSTRAK
PENDAHULUAN

Era Globalisasi ekonomi dan informasi melahirkan kebutuhan sarana transportasi yang cepat, nyaman dan aman. Salah satu alternatif yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah sarana angkutan udara.

Meningkatnya kebutuhan akan sarana tersebut berakibat pula terhadap kenaikan permintaan pesawat baru. Apabila kenaikan permintaan tersebut terjadi secara normal, hal ini tidak akan menimbulkan permasalahan didalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Tetapi karena kenaikan tersebut terjadi sedemikian pesatnya, maka pabrik pembuat pesawat mengalami kesulitan dan menimbulkan backlog pada penyediaan pesawat baru.

Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan Airbus Statistic Report yang memperkirakan kenaikan kebutuhan pesawat terbang penumpang dari tahun 1990 hingga tahun 2009 mencapai 65% yaitu dan 8.193 pesawat menjadi 13.510 pesawat; sedangkan pesawat terbang kargo dan tahun 1990 hingga tahun 2000 mencapai 75% yaitu dan 811 pesawat menjadi 1.420 pesawat.

Namun demikian ini tidak berarti bahwa industri penerbangan merupakan suatu industri yang tenang, stabil dan tidak mempunyai tantangan dalarn pelaksanaan operasionalnya. Dan pengalaman yang ada, industri ini sangat labil dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan usahanya.

Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan bahwa banyak perusahaan yang harus gulung tikar karena tidak mampu memberikan pelayanan kepada pelanggannya, disamping itu dapat pula dilihat dimana dengan terjadinya krisis Timur Tengah belum lama berselang banyak perusahaan yang harus mengurangi jumlah karyawannya. Kondisi diatas yaitu adanya backlog untuk penyediaan pesawat baru dan labilnya industri penerbangan; mengharuskan perusahaan -perusahaan yang ingin tetap survive untuk berbenah diri dalam menghadapi lingkungan yang dinamis tersebut.

PERMASALAHAN PT. Penerbangan Indonesia sebagai salah satu perusahaan penerbangan yang menyadari situasi tersebut, mulai pula berbenah diri. Pembenahan tersebut disamping bertujuan agar perusahaan dapat tetap bertahan, memantapkan posisinya dalam industri penerbangan dan mampu memanfaatkan peluang yang ada, juga untuk menghadapi ancaman yang mungkin tìmbul. Pembenahan ini dilakukan dengan jalan mengoptimasikan semua sumber daya yang ada sehingga diharapkan akan dapat menambah competitive advantage yang dimilikinya.

Salah satu item dan Corporate Planning PT. Penerbangan Indonesia menyebutkan bahwa Maintenance Facility yang dimilikinya (PMF) ditargetkan untuk menjadi SBU pada tahun 1993. Dengan adanya pernyataan tersebut, maka tugas PMF yang selama ini terfokus pada perawatan pesawat milik perusahaan induk; mulai tahun 1993 sudah harus mampu melayani perusahaan penerbangan lain dengan presentasi produksi yang lebih besar.

Dengan kata lain PMF disamping berfungsi sebagi supporting unit dan operasional perusahaan induk harus pula mampu mencari revenue dan memberikan profit kepada perusahaan induk.

Tugas yang dibebankan kepada PMF ini bukan merupakan beban yang ringan, karena banyak kendala yang harus dihadapi PMF dalam melaksanakan tugasnya; yaitu antara lain:

1. Kendala intern - Banyaknya tipe pesawat dan mesin serta komponen yang digunakan oleh FL Penerbangan Indonesia mengakibatkan tingginya tingkat investasi yang harus dikelola oleh PMF.

- Belum adanya pengalaman PMF dalam bidang pemasaran.

- Masih lemahnya perencanaan produksì dan pengelolaan material.

- Rendahnya jumlah sumberdaya manusia yang ada dan tingkat pendidilcan rata-rata karyawan dibandingkan dengan perusahaan perawatan sejenis serta disiplin administrasi dari karyawannya.

- Belum adanya FAA dan CAA approval yang dibutuhkan untuk modal bersaing dengan organisasi sejenis.

- Struktur organisusi yang kurang menunjang fleksibilitas organisasi dalam menghadapi lingkungan usaha yang dinamis.

2. Kendala Eksternal : - Bentuk perusahaan induk yang merupakan BUMN menyebabkan investasi PMF banyak yang bersifat given. - Sulitnya mendapatkan sumberdaya manusia yang siap pakai di PMF. - Banyaknya pesaing diregional yang sama yang telab terlebih dahulu ada, baik itu dan perusahaan penerbangan maupun perusahaan non penerbangan yang mengkhususkan diri dalam bidang perawatan pesawat terbang.

Dengan kondisi diatas, PMF memerlukan adanya suatu strategi yang sesuai dan tepat sebagai sarana untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan oleh perusahaan induknya.

PENUTUP Dengan mengacu pada misi, visi dan target yang sudah ditetapkan oleb perusahaan induk, manajemen PMF menetapkan sasaran jangka panjangnya yaitu : ?Menjadi salah satu Maintenance Facility terbaik diarea Asia Pasifik?; sasaran mana ditunjang dengan business strategy yang menitik beratkan pada tindakan? tindakan :

- Menurunkan technical delay untuk menunjang ketepatan time table.

- Mempertahankan pasar yang ada dan meningkatkan kemampuan agar rnampu memperluas pangsa pasar.

- Optimalisasi fasilitas yang ada.

Sesuai dengan tujuan penulisannya, maka analisa yang dikemukakan disini adalah membahas bagaimana strategi PMF untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan tersebut. Apakah strategi yang dipilh telah sesuai dan tepat dengan situasi yang dihadapinya dan bagaimana pelaksanaan strategi tersebut dalam penerapannya secara praktis.

Dalam penganalisaan yang dilakukan sesuai dengan praktek yang didapat dilapangan, masih terlihat adanya beberapa kelemahan-kelemahan yang harus segera diperbaiki untuk dapat mencapai sasaran PMF tersebut, yang antara lain adalah :

1. Sistim informasi manajemen sangat lemah, sehingga komunilcasi yang terjadi tidak optimal.

2. Belum tersedianya informasi pesaing dalam industri sejenis.

3. Belum adanya desentralisasi sistim akuntansi.

4. Penegasan sasaran jangka panjang PMF, dimana seharusnya sasaran tersebut dimasukkan dalam Rencana Keija Divisi Teknik.

5. Buku Rencana Kerja sebagai pedoman pelaksanaan kerja manajemen yang seharusnya disusun sebelum penyusunan budget, belum dilaksanakan secara konsisten.

6. Restrukturisasi organisasi yang sesuai dengan dinarnisasi lingkungan usaha harus segera dilaksanakan.

7. Target unit pemasaran hams ditegaskan, langsung mendapatkan revenue dan profit yang tinggi ataukah untuk tujuan positioning terlebih dahulu.

1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Gayatri
Abstrak :
ABSTRAK
Semakin membaiknya kondisi perekonoman paska krisis moneter 1997, besarnya prediksi pertumbuhan penumpang, dan keluarnya deregulasi mengenai kemudahan syarat pendirian usaha menberi dampak pada bermunculankembalinya maskapai-maskapai penerbangan lokal (rute domestik) yang semakin meramaikan dirgantara Indonesia dan sering disebut-sebut sebagai ?Euphoria kedua? setelah tahun 1968.

Nama-nama maskapai penerbangan baru tersebut antara lain: ?Pelita Air Service, Lion Mentari Airlines, Bayu Indonesian Air, Air Wagon Inlernasional, Airmark Indonesia Aviation, dan Jatayu Gelang Samudra; Empat maskapai lain masih didalam proses perkenalan dan empat maskapai penerbangan lainnya masih dalam proses perijinan.

Ketatnya persaingan di industri penerbangan Nusantara telah mengakibatkan sulitnya mendiferensiasikan produk, sehingga untuk bisa dìpilih, peran merek kemudïan menjadi dominan, artinya jika sebagian besar calon pengguna jasa penerbangan mengingat merek Merpati sebagai nama yang pertama kali terlintas (top of mind) maka besar kemungkinan dengan dukungan asosiasi dan perceived quality yang positif, maka Merpati akan menjadi pilihan mereka dalam transportasi udara. Hal-hal yang masuk dalam kategori ?Brand Equity/ekuitas merek? menurut Aaker tersebut (awareness, association, perceived quality, loyally & other propretary assets) perlu diketahui nilainya sehingga pihak manajemen perusahaan yang besangkutan dapat meniperoleh gambaran untuk mengambil langkah kedepan guna mengatasì atau mengantisipasi posisi.

Ada banyak cara mengukur dan menganalisa ekuitas merek, salah satunya adalah bentuk analisa berdasarkan persepsi customer, yang dapat diterapkan pada perusahaan penyedia jasa seperti Merpati. Walaupun tidak diperoleh suatu angka/nilai ekuitas merek seperti jika dilakukan perhitungan matematis berdasarkan Iaporan keuangan atau nilai saham, namun paling tidak hasil penelitian ini dapat memberikan masukan posisi ekuitas merek dan Merpati dimata customernya relatif terhadap pesaingnya.

Penelitian dilakukan dengan melibatkan 100 responden user/non user Merpati yang masing-masing diberikan pertanyaan dalam bentuk kelompok utama ekuitas merek (berdasarkan Aaker), yaitu: Brand Awareness/kesadaran akan merek, Brand Associalion/asosiasi apa yang melekat pada Merpati, Perceived Quality/persepsi mengenai kualitas. diukur dengan menanyakan tingkat kepentingan (importance) dan kinerja (peijormance) dari Merpati, serta Brand Loyalty/pengkajian tingkat loyalitas customer Merpati.

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan;

Pertama bahwa walaupun tingkat awareness tethadap Merpati tidaklah buruk, namun Merpati hanya menduduki urutan kedua setelah Garuda yang menempati top of mind target customernya.. Hal ini disebabkan karena alasan historis, disamping memang Garuda lebib baik kualitasnya dibanding Merpati sesuai dengan persepsi responden dan juga alasan gencarnya promosi dan Garuda yang mengangkat slogan?Kini Lebih Baik?, sementaia Merpati dirasa masih kurang ?greget: promosìnya kepada target customer. Mandala dan Bouraq memiliki brand awareness dari responden yang juga cukup baik, sebingga dapat dijadikan patokan untuk mulai memperlakukan mereka sebagai pesaing bukan lagi pengikut (follower).

Kedua, Dari 19 (sembilan belas) asosiasi yang dikaitkan dengan Merpati, hanya 5 (lima) asosiasi yang temyata berkaitan erat dengan Merpati, yaitu: ?harga tiket murah?, ?milik BUMN?, ?jaringan domestik yang luas?, serta ?mencakup seluruh nusantara?. Lima sub brand Merpati yang diharapkan berasosiasi kuat justu tidak ada yang masuk kedalam bagan asosiasi tersebut. Namun demikian pada pertanyaan mengenai perusahaan diperoleh beberapa pernyataan yang potensial untuk kembali ditanyakan melalui penelitian lebih lanjut apakah itu berkaitan dengan Merpati, antara lain: Ukuran perusahaan, kepedulian kepada customer, popularitas, profesional dan lain-lain.

Ketiga, Dari analisa Perceiveq QuaIity, atribut layanan yang paling perlu mendapat perhatian karena posisinya dalam matrik performance-importance ada pada kuadran IV (Importance tinggi sementara performance rendah) adalah: kecepatan pengantaran bagasi ke ban berjalan, kecepatan dan ketepatan konekdi ke penerbangan selanjutnya, penanganan komplain bagasi, On Time Performance secta staff bandara yang tanggap. Sedangkan berdasarkan analisa regresi antara kepuasan dengan masing-masing atribut pada titik pelayanan menunjukan hasil sebagal berikut: pada pre-flight secara keselurulian dengan signifikan berturut-turut dan yang pengaruhnya terbesar ke yang terkecil adalah: Kemudahan booking tiket, keramahan petugas bagian reservasi bandara, Jumlah frekwensi penerbangan, dan ketanggapan karyawan bandara. Pada In-flight berturut-turut adalah tersedianya sarana hiburan, Ketanggapan awak kabin , Jarak yang lebar antara kursi penumpang Pramugari/a cekatan, On time performance. Dan untuk post-flight atribut yang berpengaruh adalah: Penanganan keluhan/komplain, Ketepatan koneksi untuk penerbangan lanjutan, Kecepatan pengantaran bagasi ke ban berjalan, penerimaan bagasi Iengkap. Setelah dilakukan pemisahan bagi pengguna dan non pengguna Merpati, hasilnya tidak begitu jauh berbeda kecuali pada pre-flight. Titik pelayanan post-flight adalah titik yang nilal Performancenya paling tinggi dibanding titik lain, dan jika dikelompokkan berdasarkan dimensi, atribut-atrobut yang hampir seluruhnya sama dengan titik post flIght tersebut masuk kedalam dimensi layanan reliability/ keterandalan. Kedua hasil menunjukkan intepretasi yang relatif sama dengan analisa matriks performance importance.

Keempat atau bagian terakhir dari analisa Ekuitas merck adalah ?loyalitas merek?, terbagi didalam lima kategori. Pada tingkatan pertama, yaitu switcher/customer yang suka berpindah karena harga, terdapat sejumlah 27%customer yang rata-rata berpindah jika ditawarkan kurang lebih 23% potongan harga oleh maskapai lain Tingkat kedua, habitual menjaring sejumlah 48,64% dari customer dengan makna ganda apakah mereka menggunakan Merpati karena memang kebiasaan (baik) atau keterpaksaan (buruk). Selanjutnya 24% merasa puas menggunakan Merpati, namun pada matriks perpindahan terlihat cukup jelas sebesar 46% dan customer Merpati yang tidak loyal menggunakan Merpati. Angka ini cukup besar untuk sebuah perusahaan, terutama yang bergerak dibidang jasa, sebab jika dihitung dari jumlah penumpang, nilai teisebut cukup besar. Dalam jangka panjang akan mungkin terjadi pengikisan pasar Merpati, sebab walaupun masih terdapat 31% customer yang merasa puas akan layanan Merpati, namun hanya sebesar 7% yang commited/berkomitmen untuk terus menggunakan jasa penerbangan Merpati bagi perjalanan domestik mereka.

Dari keseluruhan analisa dapat disimpulkan bahwa Merpalti perlu berbenah diri untuk meningkatkan citranya dimata pelanggan, sebab bukan tidak mungkin kondisi persaingan akan semakin menajam, bukan surut seperti yang diprediksikan sebelumnya oleh manajemen Merpati, antisipasi dini dan tindakan preventif perlu dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Ekuitas merek merpati dapat dikatakan masih dibawah Garuda berdasarkan persepsi target customernya, padahal masih berasai dari satu negara dan dìbawah naungan kementrian yang sama, maka bagaimana kondisj jika pesaing asing bebas masuk dan beroperasi di wilayah Indonesia.

Beberapa saran/masukan untuk merpati adalah: Meningkatkan program promosi Perusahaan untuk menggalang kesadaran customer target lebih besar, Mengembangkan asosiasi yang berkaitan dengan Merpati agar tercipta satu image perusahaan yang baik; menanamkan filosofi ?total customer services? pada setiap lini organisasi sehingga peningkatan perceived quality konsumen bisa meningkat, dan akan berdampak pada loyalitas customer terhadap Merpati Asosiasi yang berkait cukup kuat dapat dijadikan sebagai point of dfference antara Merpati dengan pesaingnya. Dan sebagai Iangkah awal perbaikan, berbagai atribut yang penting untuk diperhalikan sebaiknya segera dijalankan untuk memperbaiki dan memenuhi keinginan customer yang merupakan aset terbesar sumber penghasilan dan sebuah perusahaan layananhjasa seperti Merpati.
2002
T2016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pattipeiluhu, Christy
Abstrak :
ABSTRAK
Due to build a competitive market of airline industry, the government loose their tight control in giving license to new companies entering into aviation business. Since the government has opened new regulation on open-air market, new airlines companies are mushrooming. This emerging of new airlines companies will definitely increase competition between old players and the new ones.

New Airlines Company seems to be of highly efficient and effective, in running their business. Moreover, they operate a slim organizational structure, and dare to implement brave marketing strategy such as selling ticket fare under standard price. Old players with bureaucratic structure of organization will be wobbly in entering the battle of competition. To be surviving, old state-owned company should maintain its reputation in the public opinion.

This study has the aim in order to analyze the stakeholders? opinion on Merpati Nusantara Airlines corporate reputations, besides to propose the role of corporate Public Relations in building good reputations at Merpati Nusantara Airlines.

Corporate Reputations is the reflection of an organization over time, as seen through the eyes of its stakeholders. Image factors will express that a company is uniquely developed with positive traits such as innovative, honesty, and competent management. Public Relations is a division which has a duty to maintain a good reputation in public opinion.

To get the public opinion about Merpati Nusantara current reputation, here the present writer makes a research about public opinion through media analysis. The company gave her all news being published during the year of 2000-2001, and the present writer tries to make an analysis about the Public Relations role in building the reputation in Merpati Nusantara Airlines.

Merpati Nusantara Airlines is famous to its inability to provide good services to the passengers. Such a poor service in ticket handling by the front liners, especially in East Indonesia the place where actually Merpati Nusantara has influential brand awareness. Furthermore, the company delivers the greatest routes in lndonesia The company?s greatest segment is business to communication business, with short haul business characteristics, and about 62% passengers are the civil servant and official employees.

The present writer makes several interviews to middle managements to see the internal relations between divisions. The aim is to propose the role of Public Relations at Merpati Nusantara Airlines. In those previous conversations, complaints occur from the marketing division. As a market leader in new invention of preflight services like call and fly, mir@ (buying ticket from the internet) these products do not reach the target market. Hence financial distress caused these new services cannot be advertised regularly. Human Resources of division emphasized about unsatisfied employee, strategic planning division pointed out about employee lack awareness of planning program and the Public Relations Division which on the perspective of the present writer has not played the important role in building good reputation, especially in building good communication with media which is an implementation of both external and media relations.

This thesis will show the importance of integrated marketing in inter divisions? context. To realize it, the Public Relations Division has to play a good mie by getting involved in every division. The aim is to get a better understanding about everything happened in the company consequently the Public Relations Officers are able to use it real function which is a gate keeper between internal and external stakeholders. The Public Relations Officer can use the tools of values driven process, as a guide to Implementation.

The other important thing is that the Public Relations Officer should also be always aware of current public opinion about company?s reputation. The present writer does a simple research about company?s news in the media. The media analyses tools analyze the result, from the research it is seen that there is duration of length between once the complaint was published and the time of answering it. Nevertheless the most significant thing here is not only answering complaints but also integrated with Human Resources Divisions in handling disobedient employees.
2002
T5951
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>