Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devi Susanti
Abstrak :
Di Indonesia penyandang autisme cenderung meningkat. Sepuluh tahun lalu jumlah penyandangnya sekitar 1 per 5.000 anak. Dewasa ini telah mencapai 3 per 5,000 anak, dan peningkatan ini akan terus berlangsung, di mana di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan ada sekitar 6.900 anak menyandang autisme. Autisme terjadi di belahan dunia manapun. Tidak peduli pada suku, ras, agama maupun status sosial (Kesehatan Masyarakat, 2002). Terdapatnya peningkatan kasus kecemasan dari ibu-ibu yang memiliki anak penyandang autisme menimbulkan masalah dalam menghadapi kehidupan. Kecemasan yang tak terarah dapat menyebabkan stres bagi ibu tersebut sehingga mereka akan mengalami kemampuan koping yang kurang baik dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dukungan sosial merupakan salah satu alternatif yang dapat dicari oleh mereka dalam mengatasi hal tersebut, baik dari kelompok atau individu itu sendiri sehingga mereka mampu mengendalikan perasaan, emosi, sikap dan perilaku. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu (Quasi experimental) dengan rancangan non-equivalent prestest posttest with control group. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi dinamika kelompok terhadap kemampuan koping dan tingkat stres ibu yang mempunyai anak penyandang autisme. Variabel yang diteliti meliputi kemampuan koping dinilai dengan skala F-COPES dan tingkat stres dinilai dengan skala CES-D sebagai variabel dependen dan karakteristik individu (usia ibu, status pekerjaan, sosial ekonomi, pendidikan, pengetahuan, usia autisme, jenis kelamin, lama terapi, no unit kelahiran) sebagai faktor confounding, Analisis dilakukan secara univariat, bivariat. Hasil analisis diketahui bahwa ada peningkatan kemampuan koping ibu setelah dilakukan intervensi dinamika kelompok. Dari hasil penelitian diharapkan bagi ibu-ibu yang mempunyai anak penyandang autisme untuk menurunkan kecemasan pada diri mereka agar dapat mencari dukungan sosial di dalam masyarakat baik dalam bentuk kelompok atau individu.
There is a tendency of increasing the number of autism cases in Indonesia. The ratio of the autism patient in the last 10 years is 1 in 5000 children. At the moment the number of autism patient is reaching the ratio of 3 in 5000 children, where in Indonesia every year is estimated around 6900 children with autism. The autism can be happened on every country, people with any culture, race, religion and social status (Public Health, 2002). The mother of autism child may have anxiety as an affect of the child's condition. This anxiety may affect the quality of the family life. The anxiety experienced by the mother would contribute to the ability of mother to use the positive coping mechanism. The social support can be as one of positive coping alternating of the mother in dealing with psychosocial problem. The social support could be provided by the group of mother with similar problem in dealing with their feeling, emotion and behavior. This study was using quasi experiment approach with non-equivalent pre-test post-test using control group. The goal of this study was to determine the influence of group dynamic intervention towards coping ability and stress level of the mother with autistic child. The variable of this study were the ability of the mother analyzed by F-copes scale and the level of stress by the CES-D scale as the dependent variable and the demographic data (age, working status, social economic background, educational background, the age of autistic child, sex, and duration of the therapy) as the confounding factor. The analyze process used univariate and bivariate. The result of this study depicted that there was an improvement of the coping ability of the mother after intervention. The recommendation of the study was proposed that the group dynamic intervention can be properly used by the group of the mother with autistic child to share the problems and their solutions so that there would be decreased level of anxiety and also improved social support both from the community and their own group.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satwati Suprihatin
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
S2657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadini
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat proactive coping pada mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang berada pada tahun pertama dan tahun terakhir perkuliahan sebanyak 150 orang. Tingkat proactive coping diukur dengan menggunakan alat ukur hail adaptasi dari alat ukur Proactive Coping Inventory (PCI) yang dikembangkan oleh Esther Greenglass. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkatan proactive coping pada mahasiswa tahun pertama dan tahun terakhir Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI). Selain itu, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkatan proactive coping pada mahasiswa tahun pertama dan tahun terakhir FIK UI jika dilihat dari perbedaan jenis kelamin. Namun terdapat hubungan yang signifikan antara mahasiswa tahun pertama dan tahun terakhir FIK UI jika dilihat dari perbedaan kepemilikan dukungan sosial. Kepemilikan dukungan sosial diukur dari ada atau tidaknya teman dekat/ teman curhat. ......This study aimed to determine whether there are differences in the level of proactive coping in the first year and last year student in the Faculty of Nursing, University of Indonesia. Participants of this study were the first year and last year students of the Faculty of Nursing, University of Indonesia. Level of proactive coping was measured using an adaptation instrument developed by Greenglass. The results of this study indicate that there is no significant difference between the levels of proactive coping in the first-year and last year student Faculty of Nursing, University of Indonesia (FIK UI). In addition, there is no significant difference between the levels of proactive coping in the first-year and last year students of FIK UI when viewed from the difference between the sex. But there is a significant relationship between the first-year and last year students of FIK UI when viewed from a difference of social support ownership.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anyta Pinasthika
Abstrak :
Mahasiswa kedokteran melalui berbagai penyesuaian pada tahun pertama pendidikan, sehingga dapat menimbulkan stres. Mekanisme coping merupakan usaha mengatasi stres dan penggunaannya dapat dipengaruhi jenis kelamin serta asal daerah seseorang. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dengan sampel konsekutif dari mahasiswa tahun pertama program studi pendidikan dokter FKUI. Penelitian ini menggunakan kuesioner COPE Inventory yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan divalidasi lebih lanjut. Dari studi awal yang telah dilakukan, terjemahan kuesioner cukup reliabel skor Cronbach alpha 0.774. Sampel penelitian ini berjumlah 165 responden response rate 73 dengan skor Cronbach alpha kuesioner 0.848. Hasil penelitian menunjukkan skor mekanisme coping tertinggi dan terendah di sampel ialah masing-masing "religious coping"dan "substance use". Hubungan asal daerah dengan mekanisme coping tidak dapat disimpulkan, karena jumlah sampel yang tidak sebanding di kedua kelompok asal daerah. Terdapat perbedaan bermakna mekanisme coping antar jenis kelamin, yaitu pada "focusing on and venting of emotions"p=0.004, "religious coping"p=0.001, "use of emotional social support"p=0.004 dan "substance use" p=0.024. "Focusing on and venting of emotions", "use of emotional social support"dan "religious coping" lebih tinggi pada perempuan, sedangkan "substance use" lebih tinggi pada laki-laki. Sebagai kesimpulan, terdapat hubungan antara jenis kelamin dan mekanisme coping, sedangkan hubungan asal daerah dan mekanisme coping tidak dapat disimpulkan.
Medical students go through various adjustments in first year of undergraduate medical education and this often leads to stress. Coping mechanism is a way to reduce stress and its use can be influenced by gender and place of origin of the person. This study is a cross sectional study with consecutive sampling of first year undergraduate medical students in Universitas Indonesia. A translated and validated COPE Inventory Questionnaire was administered in pilot study and the modified questionnaire is reliable Cronbach alpha score 0.774. 165 respondents response rate 73 filled the questionnaire with Cronbach alpha score 0.848. Result shows overall highest and lowest coping mechanism score of respondents were "religious coping" and "substance use" respectively. Place of origin differences could not be concluded, as the sample was not comparable between two groups. There are significant gender differences in coping mechanisms "focusing on and venting of emotions" p 0.004, "religious coping" p 0.001, "use of emotional social support" p 0.004 and "substance use" p 0.024. "Focusing on and venting of emotions", "use of emotional social support" and "religious coping" score higher in females and "substance use" score higher at males. To conclude, gender shows to have significant differences in coping mechanism, while place of origin could not be concluded.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Sari
Abstrak :
Respon inhibisi merupakan salah satu komponen dari fungsi eksekutif yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya respon inhibisi, individu mampu untuk mengendalikan tingkah laku yang kurang sesuai dengan situasi dan sebagai gantinya memunculkan tingkah laku yang lebih adaptif terhadap situasi tersebut. Stres sebagai hal yang sering ditemui setiap hari menjadi salah satu faktor yang memengaruhi respon inhibisi. Stres terjadi saat hubungan antara individu dengan lingkungannya tidak seimbang, dan individu menilai ketidakseimbangan tersebut membebani atau melebihi kapasitas dirinya sehingga mengganggu kesejahteraan psikologis individu. Penelitian-penelitian terdahulu masih menyatakan hasil yang tidak konsisten dan berbeda terkait pengukuran pengaruh stres terhadap respon inhibisi. Pada penelitian eksperimental ini, peneliti ingin menguji seberapa jauh stres akut dapat memengaruhi respon inhibisi, efek strategi coping adaptif terhadap respon inhibisi, dan juga peran strategi coping adaptif sebagai moderator. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Indonesia yang berusia 18-25 tahun. Stop-Signal Task digunakan untuk mengukur respon inhibisi pada individu yang telah terpapar oleh stres akut menggunakan Computerized Paced Auditory Serial Addition Task PASAT-C n=38 dan yang tidak terpapar stres akut n=38. Tingkat coping adaptif sebagai moderator diukur menggunakan skala adaptif dari Brief COPE pada seluruh partisipan. Analisis statistik menggunakan Analysis of Covariance ANCOVA dengan desain 2x2 factorial ANCOVA. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa 1 stres akut tidak memengaruhi respon inhibisi, 2 strategi coping adaptif tidak memengaruhi respon inhibisi, dan 3 strategi coping adaptif tidak memoderasi pengaruh stress akut terhadap respon inhibisi, setelah mengontrol perbedaan jenis kelamin dan tingkat stres kronik. ...... Response inhibition as a component of executive function plays a very important role in humans 39 everyday life. It allows people to inhibit inappropriate behaviors, and thus behave more adaptively in the environment. Past studies suggest that stress that is experienced daily can affect response inhibition, but have not reached a consensus about the direction of the effect. That is, while some studies suggest a facilitating effect of stress on response inhibition, other studies found the opposite. This experimental study aimed to examine the effect of acute stress on response inhibition, as well as the possible moderating effect of adaptive coping on the effect of stress on response inhibition. Participants are university students aged 18 25 years old. A total of 76 participants were randomly assigned to either experiment n 38 or control group n 38. In order to induce acute stress in the experiment group, the Computerized Paced Auditory Serial Addition Task PASAT C was used. Stop Signal Task was used to measure response inhibition in both groups. Participants adaptive coping level was assessed using the adaptive scale of Brief COPE. 2x2 factorial ANCOVA design was used as statistic analysis. Results showed that neither acute stress nor adaptive coping affect response inhibition. It was also found that adaptive coping did not moderate the effect of acute stress on response inhibition even after controlling for sex and chronic stress level.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Natalya
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang bertujuan untuk menggali pengalaman mekanisme dan strategi koping pada orang dengan HIV/AIDS ( ODHA ) dalam mengahadapi stres akibat penyakitnya di Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah ODHA yang tercatat dalam Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Yogyakarta. Jumlah sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah 22 partisipan, yang terbagi dalam wawancara mendalam 9 orang dan focus group discussion 13 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan mengalami stres saat pertama kali mengetahui diagnosis penyakitnya. Sebagian besar dari mereka tidak mempercayai status penyakitnya saat itu. Sumber stres terbesar pada ODHA adalah kematian, efek samping obat, diskriminasi, ditinggal oleh orang yang disayang dan diketahuinya status HIV/AIDS oleh orang-orang terdekat atau yang disayangi. Mekanisme koping yang digunakan adalah reaksi yang berorientasi pada ego, sebagian besar partisipan melakukan denial, projeksi, dispacement, isolasi dan menyembunyikan status. Reaksi yang berorientasi pada verbal yang banyak dilakukan adalah meremas dan diam, sedangkan reaksi yang berorientasi pada masalah partisipan lebih banyak mencari tahu tentang HIV/AIDS dengan membaca buku atau menanyakan pada orang yang lebih tabu tentang HIVIAIDS. Kesimpulan penelitian ini adalah pengalaman mekanisme dan strategi koping pada ODHA berbeda-beda, ada yang adaptif dan maladaptif. Hal ini dapat terjadi karena faktor penghambat dan pendukung koping dari masing-masing partisipan berbeda. Untuk itu diperlukan upaya mengarahkan mekanisme koping dan strategi koping yang tidak merugikan din sendiri maupun orang lain. Penggunaan konsep model Betty Neuman dalam asuhan keperawatan komunitas terhadap ODHA dapat membantu pembentukan strategi koping yang adaptif.
This research is a qualitative research with phenomenology approach that has intention to dig experience of the coping strategy to Man with HIV/AIDS (MWHA) in facing stress as a consequence of the illness in Yogyakarta. This research population is the MWHA who is registered in the Commission of AIDS Tackling in Yogyakarta. The number of the whole samples in this research is 22 participants, which is divided into deep interview 9 people and focus group discussion 13 people. The data analysis used is constant comparative method. The result of the research showed that the participants get stress at the first time they knew the illness diagnosis. Most of them did not believe their illness statues at the time. The biggest stress sources towards the MWHA are discrimination, death, medicine side effect, left by close friend, and people know about the statues of HIV/AIDS. Coping mechanism used, is reaction oriented to egoistic, most of the participants make a denial, projection, displacement, isolation, impulsive and hiding their statues. Coping strategy used by MWHA comprise strategy focused on problems and strategy focused on emotion. Strategy focused on problems includes carefulness for instance looking for information from media, instrumental action for example looking for self medicinal treatment a negotiation. While strategy focused on emotion includes self resignation such as praying, reinterpretation as a colleague of MWHA and social support for example family. The conclusion of the research is the experience of the coping strategy to each MWHA is different; one of the possibility reasons is stigmatization and discrimination to HIV/AIDS. Therefore, efforts are needed to direct the coping mechanism and coping strategy that do not give any harm to us and others. The use of concept of Betty Neuman's model in upbringing of community care to MWHA is need to be considered to be more examined, especially in forming a good coping strategy to MWHA.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnayani
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai ekspresi sitoglobin (Cygb) dan kaitannya dengan stres oksidatif dalam darah dan jaringan otak penderita strok hemoragik. Penelitian bersifat observasional laboratorik dan pengambilan sampel berdasarkan metode consecutive sampling. Sampel berasal dari darah dan jaringan otak penderita strok hemoragik yang menjalani operasi kraniotomi di rumah sakit Cipto Mangunkusumo dan rumah sakit di sekitarnya. Terhadap darah dan jaringan otak ini dilakukan analisis ekspresi mRNA Cygb, protein Cygb, aktivitas spesifik katalase (CAT) dan kadar MDA. Dalam penelitian ini digunakan darah subyek normal sebagai kontrol. Pengukuran ekspresi mRNA Cygb dilakukan dengan menggunakan real time RT-PCR Mini Opticon (BioRad), pengukuran kadar protein Cygb dilakukan dengan metode ELISA, aktivitas CAT diukur menggunakan metode Aebi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan ekspresi mRNA Cygb jaringan otak 1.24 kali dibandingkan darah penderita strok hemoragik dan peningkatan ekspresi mRNA Cygb darah penderita strok hemoragik 6.15 kali terhadap darah kontrol. Selain itu juga terjadi peningkatan kadar protein Cygb plasma penderita strok hemoragik dibandingkan plasma kontrol dan peningkatan secara signifikan kadar protein Cygb jaringan otak penderita strok hemoragik dibandingkan plasmanya. Pada jaringan otak penderita strok hemoragik juga terjadi peningkatan signifikan aktivitas spesifik katalase dibandingkan plasmanya. Peningkatan Cygb dan aktivitas spesifik CAT pada jaringan otak kemungkinan disebabkan oleh karena perannya sebagai radical scavenger dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi akibat strok hemoragik.
ABSTRACT
The study on expression of cytoglobin (Cygb) and its relation to oxidative stress in brain and blood of hemorrhagic stroke patients has been done. This is a laboratory observational study with consecutive sampling method. Blood and brain tissue from hemorrhagic stroke patients who underwent craniotomy surgery at Cipto Mangunkusumo hospitals and nearby hospitals are used as samples. The expression of Cygb mRNA and protein, specific activity of catalase and MDA level were measured in blood and brain tissue as parameters. The blood from normal subjects are used as a control. Cygb mRNA expression was analyzed using real time RT-PCR Mini Opticon (BioRad), Cygb protein are determined using ELISA method and specific activity of catalase are measured using Aebi method. The results showed that expression of Cygb mRNA in brain tissue was increased 1.24 folds compared to blood in hemorrhagic stroke patients and expression of Cygb mRNA in patient’s blood was increased 6.15 folds compared to control blood. There was also an increase of plasma Cygb proteins of hemorrhagic stroke patients compared to control plasma and significantly increased level of Cygb proteins in hemorrhagic stroke patients compared to its plasma. The specific activity of catalase in brain of hemorrhagic stroke patient was also significantly increased compared to its plasma. It is suggested that increasing expression of Cygb and specific activity of catalase in brain tissue is caused by its activity as a radical scavenger to overcome oxidative stress present in hemorrhagic stroke.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Maharani
Abstrak :
Coping stress merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi remaja untuk melakukan kekerasan seksual. Beberapa penelitian menemukan bahwa pelaku kekerasan seksual memiliki coping stress yang tidak efektif dalam menghadapi stres yang dialaminya, sehingga cenderung memilih untuk melakukan kekerasan seksual sebagai salah satu bentuk coping stress. Kemampuan coping stress yang tidak efektif ini dapat memperbesar kemungkinan seseorang melakukan residivisme di masa depan, sehingga dibutuhkan suatu pendekatan yang mampu memperbaiki kemampuan coping stress yang dimiliki remaja pelaku kekerasan seksual. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan intervensi berbasis Good Lives Model (GLM) yang menekankan pada kekuatan atau faktor protektif yang dimiliki oleh individu. Intervensi ini akan dilakukan dalam bentuk kelompok yang bertujuan untuk mengubah coping stress remaja pelaku kekerasan seksual yang tidak efektif (emotion-focused dan avoidance-focused) menjadi lebih efektif (task-focused). Hal ini kemudian diharapkan dapat mengurangi kemungkinan remaja pelaku kekerasan seksual akan melakukan re-offending di masa depan. Desain penelitian ini adalah quasi experimental yang dilakukan pada 6 partisipan remaja laki-laki pelaku kekerasan seksual berusia 17-19 tahun. Intervensi dilakukan sebanyak 5 sesi dalam jangka waktu 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh partisipan mengalami perubahan coping stress yang dimilikinya, terutama secara kognitif dalam evaluasi kualitatif. Penelitian ini juga menemukan bahwa intervensi dalam bentuk kelompok memberikan efek keterbukaan dan kebersamaan yang dirasakan oleh seluruh partisipan. ......Coping stress is considered as one of the factor that contributes in juvenile sex offending. Several studies have found that juvenile sex offender have ineffective coping stress in dealing with stress they experienced. They tend to commit sexual violence as a form of coping with stress. One of the approach intervention that quite successful to change coping stress is Good Lives Model (GLM). This approach emphasizes the strengths or protective factors that are owned by individuals. Studies found that sex offender in strength-based intervention have lower rate of re-offending compared to sex offender in general risk-based intervention. In this study, the GLM approach (Good Lives Model) will be conducted in the form of group intervention aimed to change ineffective juvenile sex offender’s coping stress (emotion focused and avoidance-focused) to be more effective (task-focused). It is then expected to reduce the likelihood of juvenile sex offenders will re-offending in the future. This study design is quasi-experimental. Participants involves were six male prisoners aged 17-19. Interventions conducted in 5 sessions in a period of 1 month. Results in qualitative evaluation showed that all participants experienced a change in the coping stress, especially cognitively. This study also found that group intervention have therapeutic effect such as openness and togetherness that felt by all participants.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tololiu, Tinneke A.
Abstrak :
ABSTRAK Program latihan coping with stress merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan jiwa remaja berbasis komunitas yang dilaksanakan di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang pengaruh Program latihan coping with stress terhadap risiko bunuh diri pada remaja di SMP Kasih kota Depok. Desain penelitian adalah ?Quasi experimental pre-post test with control group?. Teknik Sampel adalah purposive sampling. Besar sampel untuk kelompok intervensi dan kelompok non intervensi masing-masing berjumlah 28 orang yang dibagi dengan teknik simple random sampling. Resiko bunuh diri pada remaja diukur dengan menggunakan Adolesence Depression Rating Scale (ADRS) kemudian dianalisis menggunakan statistik. Hasil penelitian menunjukkan penurunan risiko bunuh diri lebih besar secara bermakna pada kelompok remaja yang dilatih dibandingkan dengan kelompok yang tidak dilatih (p-value<0,05). Program latihan coping with stress pada remaja, direkomendasikan untuk dilakukan pada tatanan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat sebagai bentuk pelayanan kesehatan jiwa berbasis sekolah.
ABSTRACT Coping with stress exercise program is one form of mental health services, community-based youth held at the school. The purpose of this study is to get a view of the influence of coping with stress exercise program against the risk of suicide among adolescents in junior high school love of Depok. Design research is a "Quasi-experimental pre-post test with control group." The sample is a cluster sampling technique with a sample size of 56 junior high school adolescent students. This program aims to train youth to have self-defense capability so that when the stress remains at a low level without destructive behavior. Risk of suicide in adolescents measured by using Adolesence Depression Rating Scale (ADRS) and then analyzed using statistics. The results showed a reduced risk of suicide significantly in the group of teenagers who were trained compared with those who were not trained (p-value <0.05). Coping with stress exercise program in adolescents, it is recommended to be done in order for mental health services in the community as a form of school-based mental health services.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28468
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gumgum Gumilar Fajar Rakhman
Abstrak :
Bekerja memiliki pengaruh yang besar pada identitas dan persepsi diri serta harga diri individu (Feldman,1989, Perlmutter dan HaI|_1985). Tidak adanya pekerjaan yang dilakukan membuat seseorang kehilangan identitas din dan aspek Iain dalam hidupnya akan terpengaruh secara negatif. Selain itu, konsekuensi terpenting dari situasi menganggur adalah hilangnya harga diri. Melihat pentingnya harga diri dalam proses mencari pekeijaan dan dampak psikologis yang terjadi pada pengangguran terutama kemampuan protektif yang rendah terhadap sires, peneliti ingin melihat gambaran harga diri dan iuga hubungannya dengan kemampuan mengatasi keadaan yang menekan (stres) dari kondisi dirinya yang menganggur.Besarnya dampak keadaan tidak memiiiki pekerjaan atau menganggur membuat individu atau penganggur akan berada dalam keadaan stres atau tertekan. Salah satu karakteristik individu yang diasumsikan memiliki kaitan yang kuat dengan kondisi stres adaiah pola pengendalian atau disebut locus of control (Parkes,1994). Perbedaan penghayatan stres antara individu yang memiliki locus of control internal dan individu yang memiliki locus of control ekstemal selanjutnya juga mempengaruhi coping atau usaha untuk menghadapi sires. Folkman dan Lazarus (1984) mereka memberikan batasan coping yang iebih luas meliputi strategi kognitif dan tingkah Iaku mengatasi suatu situasi yang dapat menimbulkan sires (probiem~focused coping) dan yang disertai emosi-emosi negatif (emotion-focused coping) (Aldwin & Revenson,1987). Atwater (1983) menyatakan bahwa semakin individu memaharni dan mendekatkan situasi stres pada dasar-dasar pemecahan masalah maka semakin besar kesempatannya untuk berhasii pada coping terhadap masalahnya. Dari paparan di atas_ peneliti ingin melihat gambaran locus of control yang dimiliki oleh pengangguran tamatan Sekolah Menengah Kejuruan dan hubungannya dengan kemampuan coping yang dimiliki oleh pengangguran Tamatan Sekoiah Menengah Kejuruan. Peneliti juga ingin melihat sumbangan harga diri dan locus of control pada strategi coping pada pengangguran Sekoiah Menengah Kejuruan Untuk menjawab hal tersebut, penulis menyebarkan 200 kuesioner yang terdiri dari alat ukur harga diri dari Rosenberg, alat ukur Locus of Control dari IPC Leverson dan Ways of Coping Scale dari Folkman dan Lazarus dengan menggunakan skala yang memiliki beberapa alternatif pilihan. Dengan menggunakan teknik korelasi diketahui bahwa terdapat hubungan signinkan yang negatif antara harga diri dan locus of control dengan emotion focused coping (r = -0,227 dan -0267). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi harga diri dan locus of control yang internal maka subyek semakin rendah menggunakan strategi emotion focused coping. Sumbangan variabel harga diri dan locus of control signiikan terhadap strategi coping.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T34231
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>