Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mizzart Al Fatih
"Artikel ini membahas evaluasi program gerakan pendidikan di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terdepan) dengan menggunakan Model CIPP (Context, Input, Process, Product) untuk menilai keberhasilan program Gerakan Universitas Indonesia Mengajar Angkatan 9. Model gerakan pendidikan di setiap negara, dapat dibedakan berdasarkan konteks kultural dan spasial, dan berkaitan dengan kebutuhan atas pendidikan yang berbeda-beda, seperti kemampuan siswa, keterlibatan orang tua, dan kualitas guru. Model gerakan pendidikan di Indonesia umumnya disebabkan oleh konteks spasial, yaitu akses pendidikan tidak merata yang dapat terlihat dari kondisi kualitas pendidikan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan. Hasil studi menunjukkan adanya relevansi terkait rancangan program dan kebutuhan di titik aksi pada pihak penerima manfaat. Namun, program perlu melakukan aktivitas yang seimbang pada siswa, orang tua, dan guru. Dalam prosesnya, implementasi yang tidak optimal di titik aksi berkaitan dengan keterbatasan dari program dan pihak pemberi manfaat. Hasil evaluasi menunjukkan keberhasilan program pada siswa, orang tua, dan guru. Saran bagi program yang dapat dilakukan adalah: 1) menggali lebih dalam relevansi pada orang tua; 2) membuat program untuk masing-masing penerima manfaat; 3) mengkaji ulang kesesuaian pada proses penentuan titik aksi, aktivitas-aktivitas, dan implementasinya; dan 4) mengurangi titik aksi dalam upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas program di titik aksi.

This article discusses the evaluation of education movement programs in the 3T area (Foremost, Outermost, and Underdeveloped) using the CIPP Model (Context, Input, Process, Product) to assess the success of the Universitas Indonesia Teaching Movement Program Batch 9. Educational movement models in each country can be differentiated based on cultural and spatial contexts, and related to different educational needs, such as student ability, parental involvement, and teacher quality. The model of the education movement in Indonesia is generally caused by the spatial context, namely unequal access to education which can be seen from the condition of the quality of education in underdeveloped, outermost, and frontier areas. The results of the study indicate the relevance of program design and the need for the point of actions on the part of the beneficiaries. However, the program needs to carry out balanced activities between students, parents, and teachers. In the process, the implementation is not optimal at the point of actions due to the limitations of the program and the beneficiaries. The evaluation results show the success of the program to students, parents, and teachers. Suggestions for programs that can be done are: 1) dig deeper into the relevance of parents; 2) create programs for each beneficiary; 3) reviewing the suitability of the process of determining the point of actions, activities, and their implementation; and 4) reducing the point of actions for increasing the quantity and quality of programs at the point of actions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiah Amini
"Di dalam sejarah gerakan perempuan, SSiti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito (yang selanjutnya disebut Sukaptinah, 1907-1991) dan Siti Hajinah Mwardi (yang selanjutnya disebut Hajinah, 1906-1995) dikenal sebagai aktivis organisasi perempuan pada masa kolonial. Sukaptinah adalah anggota kelompok nasionalis Islma (JIBDA Jong Islmainten Bond Dames Afdeling) dengan latar belakang pendidikan nasionalis, Taman Siswa. Sukaptinah Juga aktif di dalam Kongres Perempuan Indonesia Pertama pada 1928. Sementara itu, Hajinah merupakan anggota Aisjiah (sayap perempuan dari salah satu organisasi modernis Islam, Muhammadiyah) serta dikenal sebagai salah seorang anggota Kongres Perempuan. Selain aktivitasnya di dalam gerakan perempuan Indonesia dan gerakan Islma, mereka juga berperan penting di dalam gerakan nasional, yang selama ini jarang diperbincangkan. Hajinah tidak hanya menjadi salah seorang pimpinan aisjiah, tetapi juga sebagai pemikir penting atas terbitnya majalah Soeara 'Aisjiah (majalah terbitan rutin Aisjiah) dan Isteri (majalah yang memiliki keterkaitan erat dengan Kongres Perempuan Pertama). Sebagai aktivis Aisjiah, Hajinah berperan dalam pemberian arti kebebasan berpendapat melalui ruang keluarga (sosial). Selain itu, Sukaptinah, merupakan aktivis Jong Islamen Bond, yang juga berpartispasi aktif dalam Kongres Perempuan Pertama, kedua, Ketiga, Keempat, dengan memberikan arti yang penting melalui ranah politik. Sukaptinah juga pernah duduk di parlemen di Semarang sebagai wakil perempuan, dengan pemikiran politiknya tetntang pentingnya perempuan secara tegas memperjuangkan hak pilih dan keterwakilan perempuan di parlemen."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18: 3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library