Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Mokhammad Fathoni Rokhman
"Akreditasi perguruan tinggi adalah kegiatan penilaian untuk menentukan kelayakan suatu perguruan tinggi berdasarkan syarat kebakuan atau kriteria tertentu. Data dan informasi diperlukan pada saat persiapan akreditasi yang mana data dan informasi ini tersebar dari berbagai sistem dalam suatu lembaga perguruan tinggi. Ontologi digunakan dalam rangka untuk membantu mengoleksi data dan informasi tersebut. Pada saat pembuatan ontologi, analisis dalam proses pembuatan ontologi secara umum tidak berdasarkan goal generik yang tertulis secara eksplisit. Sedangkan pada kasus akreditasi, syarat kebakuan atau kriteria yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang bisa dipandang sebagai sebuah goal. Pengembangan ontologi pada domain akademik sebelumnya diketahui belum memanfaatkan goal pada proses analisis pembuatan ontologinya. Penelitian ini melakukan pengembangan metodologi pembuatan ontologi dengan pendekatan Goal-Oriented Requirements Engineering (GORE) sebagai bentuk pendekatan yang baru. GORE merupakan salah satu paradigma dalam Requirements Engineering yang berfokus pada penggunaan goal dalam aktivitasnya. Kerangka kerja yang dipilih pada pendekatan GORE ini adalah KAOS (Keep All Objects Satisfied). Hasil modifikasi metode pengembangan ontologi dengan pendekatan kerangka kerja KAOS menunjukkan bahwa bisa digunakan untuk melakukan pengembangan ontologi baru. Modifikasi metode ini dinamakan GOREO. Kemudian hasil modul ontologi memperlihatkan dengan jelas ketelusuran (traceability) dengan sumber dokumen dibandingkan metodologi yang belum menggunakan pendekatan dengan GORE. Selain itu terdapat proses tambahan yaitu proses penggabungan modul ontologi yang telah didapatkan sebagai konsekuensi pendekatan GORE.
Accreditation of high education is evaluation activities for determining the appropriateness of high education institutions by a set of specific requirements or criteria. Available data and information from various systems in institutions are needed when preparing accreditation. We use ontology in order to collect data and information from various systems. At the time of making ontology, generally, the analysis in the ontology development not based on explicitly written generic goals. Whereas in the case of accreditation, a set of specific criteria that has been standardization by the accreditation authorities can be seen as goals. Previous ontology development in the academic domain known not using goals in the analysis processes. This research extends the ontology development methodology by using Goal-Oriented Requirements Engineering (GORE) as a new approach method. GORE is one of the Requirements Engineering paradigms that intended to use goals in the Requirements Engineering activity. KAOS (Keep All Objects Satisfied) framework selected for this research approach. The results of the modification of the ontology development method with the KAOS framework approach show that it can be used to develop new ontologies. Modification of this method is called GOREO. After that, the resulting ontology fragments clear showing traceability with document sources where it comes from compared to the legacy methodology. Furthermore, there is a new process that is combining the resulting ontology fragments, which are the consequences of the GORE approach method."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Millenio Ramadizsa
"Ketidakseimbangan pengetahuan merupakan fenomena yang semakin menonjol seiring berjalannya waktu, teurtama dengan perkembangan Articial Intelligence dan Data Science. Salah satu open knowledge base yang mengalami fenomena ini adalah Wikidata. Ketidakseimbangan pengetahuan dapat menyebabkan banyak hal negatif, contohnya adalah data yang tidak akurat dan kesimpulan yang bias. Untuk membantu mengatasi ketidakseimbangan pengetahuan kami mengusulkan sebuah solusi menggunakan association analysis. Kami menyediakan framework yang dapat mengidentifikasi gap properties, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi akar dari ketidakseimbangan pengetahuan di dalam Wikidata class (e.g. computer scientists, sovereign states). Melalui gap property ratio, kami dapat menghitung level ketidakseimbangan pengetahuan dalam Wikidata class. Semakin tinggi gap property ratio maka semakin tinggi tingkat ketidakseimbangan pengetahuan dalam suatu kelas. Untuk memvalidasi framework yang kami buat, kami melakukan analisis ketidakseimbangan pengetahuan di 20 kelas Wikidata. Kami harap hasil dari riset ini dapat membantu kontributor Wikimedia dalam menyelesaikan fenomena ketidakseimbangan pengetahuan lebih cepat dan akurat.
Knowledge imbalances are a phenomenon that has become more and more prominent over the years, especially with the growth of AI and data science. Wikidata is one of the open knowledge bases having this phenomenon. The growing number of items in Wikidata is not followed by an even distribution to every group and community. This phenomenon may have multiple negative implications, such as data inaccuracy and biased conclusions. In order to help in addressing knowledge imbalances in Wikidata we propose an approach using association analysis. We provide a framework that can identify gap properties, useful to pinpoint the root causes of knowledge imbalances in Wikidata classes (e.g., computer scientists, sovereign states). Furthermore, through the gap property ratio, we can quantify the knowledge imbalance level within Wikidata classes. The higher the gap property ratio, the larger the knowledge imbalance is for that class. To further validate our framework we conduct a knowledge imbalance analysis on 20 Wikidata classes. We hope that the result of this research can help Wikimedia contributors in addressing the knowledge imbalance phenomenon in Wikidata more swiftly and accurately."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Samuel Tupa Febrian
"Terkadang realisasi kebutuhan pengembangan aplikasi web baru sudah diimplementasikan sebagian pada aplikasi web lain. Harusnya efisiensi pengembangan dapat ditingkatkan dengan me-reuse realisasi tersebut dan mengurangi jumlah kebutuhan yang diimplementasikan dari awal. Developer menyelesaikan kasus tersebut dengan pendekatan clone-and-own yang memungkinkan penggunaan fungsionalitas suatu perangkat lunak pada perangkat lunak lain. Meskipun meningkatkan efisiensi pengembangan, namun clone-and-own menimbulkan masalah maintainability pada perangkat lunak yang sudah dikembangkan. Masalah tersebut dapat diatasi dengan pendekatan alternatif seperti paradigma software product line engineering (SPLE) yang efisiensinya dapat ditingkatkan dengan konsep multi product line (MPL). Sayangnya, SPLE dan MPL belum umum digunakan untuk mengembangkan perangkat lunak web karena kurangnya web framework yang menunjang kedua pendekatan tersebut. Hal ini yang mendasari implementasi WinVMJ framework sebagai web framework untuk mengembangkan aplikasi web dengan SPLE dan MPL. Framework ini belum menerapkan alur kerja SPLE secara menyeluruh, sehingga validitas perangkat lunak tidak terjamin. Untuk melengkapi alur kerja SPLE WinVMJ, penelitian ini mengintegrasikannya dengan FeatureIDE. Integrasi dilaksanakan dalam tiga tahap: merancang alur kerja SPLE, mendefinisikan kumpulan artefak yang diperlukan untuk pengembangan perangkat lunak, dan implementasi plugin bernama WinVMJ composer untuk memproses kumpulan artefak yang didefinisikan. Alur kerja SPLE WinVMJ berhasil dilengkapi dengan WinVMJ composer yang mampu memproses artefak dari FeatureIDE dan melakukan validasi produk secara menyeluruh. Selain itu, evaluasi WinVMJ composer juga menunjukkan adanya keunggulan penerapan MPL dan penyusunan produk dibandingkan WinVMJ framework.
Sometimes the realization of new web application development needs has been partially implemented in other web applications. Development efficiency should be increased by reusing the realization and reducing the number of requirements implemented from scratch. Developers solve this case with a clone-and-own approach that allows using the functionality of one software on another. Although this approach improves development efficiency, clone-and-own causes maintainability issues in the developed software. This problem can be overcome by alternative approaches, such as the software product line engineering (SPLE) paradigm, whose efficiency can be increased by the multi-product line (MPL) concept. Unfortunately, SPLE and MPL are not commonly used to develop web software due to the lack of web frameworks that supports them. This issue underlies the implementation of the WinVMJ framework as a web framework for developing web applications with SPLE and MPL. This framework has not fully implemented the SPLE workflow, which causes a lack of software validity. To complete it, this research integrates it with featured. The integration is carried out in three stages: designing the SPLE workflow, defining the artifact set for software development after integration, and implementing a plugin named WinVMJ composer to process the defined artifacts set. The WinVMJ's SPLE workflow is completed with WinVMJ composer, which can process FeatureIDE's artifacts and perform thorough product validation. In addition, the evaluation of the WinVMJ composer also shows the advantages of implementing MPL and product compilation compared to the WinVMJ framework."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Aulia Rahma Azis
"Breakdown merupakan sebuah aplikasi manajemen proyek berbasis JavaScript yang dapat dijalankan melalui perambah (browser). Breakdown mengadopsi kombinasi konsep breakdown structure dengan bentuk treetable dan formula Excel yang digabungkan untuk membuat aplikasi yang bersifat modular sehingga dapat digunakan secara modular dan dilepas-pasang sesuai kebutuhan. Aplikasi ini dilengkapi dengan library Analisa Harga Satuan (AHS) yang terstandarisasi dengan tujuan untuk memberikan kemudahan bagi pengguna dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan dan menghitung anggaran biaya yang diperlukan dalam sebuah proyek.
Hasil pekerjaan pengguna menggunakan aplikasi selanjutnya dapat diekspor ke dalam berkas Excel. Dari segi kecepatan respons aplikasi pada beberapa perambah yang diujikan, diperoleh rata-rata waktu respons 6.22 milidetik apabila aplikasi dijalankan pada perambah Mozilla Firefox. Berdasarkan pengujian fungsionalitas dan kepuasan pengguna dalam menggunakan aplikasi diperoleh nilai rata-rata 2.88 untuk keseluruhan sistem (menggunakan kuesioner PSSUQ dengan nilai 1 sebagai nilai tertinggi).
Breakdown is a JavaScript based project management application that can be run through a browser. Breakdown adopts a combination of breakdown structure concept in treetable form and Excel formula to create a modular application, so it can be used in a modular and removable as needed. The application comes with library of Unit Price Analysis (AHS) which is standardized to provide convenience for the user in determining requirements and calculate cost estimate of a project. The result can be export into Excel file. In terms of time response of the application on several browsers that are tested, gained an average 6.22 miliseconds response time when the applicaton is run through Mozilla Firefox. Based on functionality and user acceptance testing, obtained average score 2.88 for overall system (using PSSUQ Questionaire which is 1 as the highest score)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62670
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library