Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adria
"IPSRS Medik merupakan unit fungsional dari RSUD Koja yang melaksanakan kegiatan pemeliharaan alat medik agar peralatan kesehatan selalu berada dalam kondisi lain pakai sehingga dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia pakai lebih lama.
Dari data yang ada di IPSRS Koja selama ini pemeliharaan alat-alat medis dilakukan dengan menerapkan sebagian pemeliharaan alas dasar gangguan / kerusakan sehingga pernah terjadi kerusakan di unit radiologi pada alat CT' Scan pada tahun 2002, yaitu kerusakan pada Laser Printer CT-Scan dengan biaya sebesar Rp. 70.961.484,-yang menimbulkan gangguan pelayanan. Seperti diketahui bahwa pemeliharaan atas dasar kerusakan merupakan cara yang paling tidak ekonomis dibandingkan dengan cara pemeliharaan prefentif.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran operasional pelaksanaan IPSRS medik di RSUD Koja tahun 2003. Penelitian ini bersifat studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metoda yang digunakan adalah analisis deskriptif.Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Informan penelitian terdiri dari wakil direktur, pimpinan IPSRS medik, pelaksana lapangan dan pelaksana lainnya yang terkait.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak terdapatnya sistem pemeliharaan alat - alat medik di RSUD Koja.

IPSRS medic is a functional unit in RSUD Koja which executing maintenance activity of medical instrument in order to make all of medical instrument remain in good condition and durable.
The medical equipment maintenance at RSUD Koja is based on the breakdown of the equipment, which is the most uneconomical way compared to the preventive maintenance of the equipment. One example is the breakdown of the CT Scan laser printer at 2002 resulted in the obstruction of the health care that cost the hospital Rp.70.961.484.﷓
The research is aimed to acquire a figure of the medical IPSRS operational implementation at RSUD Koja in the year 2003. The research is a case study using the qualitative approach. The method used in the research is descriptive analysis. Data collection was made using in-depth interviews_ observations_ and documents study. The information for the research was collected from the Vice Director, the medical IPSRS person in charge, field executors, and other interconnect executors.
The research result shows that there is no clear organizational structure, job description, and authorization at the medical IPSRS of the hospital. Other than that, the research also found the lack of quality and quantity and the non-existence of standard operating procedure for the operators in executing the optimal maintenance of the medical equipment, and no documentation for the monitoring, evaluating, and reporting purposes.
The proposal for achieving the optimal medical equipment implementation at the RSUD Koja is by establishing the organizational structure, task acid authorization. and to have an appropriate recording and reporting administration of even. maintenance activity for evaluation purposes. For RSUD Koja , the appropriate maintenance system for the hi-tech medical equipment would be a Joint Operation using revenue sharing method with a third party.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bowo Waluyo Bunyamin
"Ketepatan (accuracy) dan ketelitian (precision) alat kesehatan hanya ditunjukkan dari kegiatan kalibrasi yang benar, dan dibuktikan melalui hasil pengukuran dapat ditelusuri kembali ke standar internasional. Tak terkecuali alat kesehatan baru, tetap harus dikalibrasi dahulu sebelum dioperasikan. Suatu sikap yang sebaiknya diambil sebagai pegangan untuk setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui kalibrasi dan pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik. Dengan melaksanakan kegiatan kegiatan tersebut diatas akan didapat tersedianya Alat Kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat.
Suatu penelitian cross-sectional telah dilaksanakan di RSCM dan ditunjang oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan, Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi BATAN dan Penyalur Alat Kesehatan sebagai pelaksana kalibrasi. Data penelitian ini diperoleh dari wawancara mendalam terhadap 16 responden, dengan keabsahannya melalui triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukan kebijakan kalibrasi alat kesehatan di RSCM didasarkan pada mata anggaran No.350, dengan pelaksanaannya dipercayakan kepada Penyalur Alat Kesehatan untuk alat canggih yang ada di ICU dan Radiologi, Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi BATAN untuk alat yang mengandung bahan radiasi dan pesawat radioterapi dan alat kesehatan yang sederhana dilakukan sendiri oleh Instalasi Pemelihara Sarana RSCM. Sedangkan kemampuan sumberdaya di RSCM Tenaga yang ada masih kurang, dengan latar belakang pendidikan bidang S1 elektro, D3 elektro medik dan penata ronsen, biaya pemeliharaan alat kesehatan 30% dari biaya pemeliharaan keseluruhan.
Guna meningkatkan mutu alat kesehatan, prinsip kecermatan dan ketelitian perlu ada pada setiap alat kesehatan, dengan melaksanakan kalibrasi untuk selang waktu tertentu dan disarankan alat kesehatan yang dioperasionalkan di RSCM selalu laik pakai.

The accuracy and precision of medical devices only comes from the right calibration which is proven through its measurement results which in turn can be traced back to the international standard. Even though the medical devices are still new, they should remain calibrated before operated. One disposition should be kept as a principle that each instruments should be considered not good until it is proven that the instrument is really good through calibration and testing.
A cross-sectional research has been done in the Cipto Mangunkusumo Hospital and supported by the Bureau 1 Laboratory for Safety of Health Facilities, the Center of Standardization and Research of Radiation Safety of BATAN (National Atomic Agency) and Distributor of medical devices performance of the calibration. The data is obtained from in-depth interview of 16 respondents, with the verification through the resource triangulasi.
The proceeds of the research indicate that the calibration policy of the medical devices in the Cipto Mangunkusumo Hospital based on the budget item N.350, the realization of which is authorized to the Distributor of the medical devices for sophisticated instruments which is available in the ICU and Radiology, Standardization Center and Research for Radiation Safety of BATAN(National Atomic Agency) for instruments which contain the radiation material and radiotherapy equipment and other simple ones. While the ability of the human resources in the RSCM is still limited: lack of the personnel with educational background of graduate study of electronics, Diploma program of electronics and x-ray operator, the maintenance cost of the medical devices is 30% of the total maintenance cost.
In order to increase the quality of the medical devices, the accuracy and precision principle should be exist for each medical devices by performing the calibration for certain time interval and the medical devices should be proposed to be calibrated."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T1072
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nahrisah
"AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome telah menjadi perhatian serius bagi setiap negara. Dari angka kumulatif pengidap AIDS di Indonesia, cara penularan melalui IDU sebanyak 50,5%, heteroseksual 38,7% dan homoseksual 4,7%. Hal ini semakin membuktikan bahwa penularan melalui penggunaan jarum suntik tidak steril menjadi penularan utama. Seiring hal tersebut, Indonesia memerlukan suatu intervensi untuk mencegah penularan dan penanggulangan HIV/AIDS pada kelompok Penasun yakni dengan Pengurangan dampak buruk Napza (harm reduction)., salah satu pendekatannya adalah Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Sebagai salah satu Satelit Uji Coba Pelayanan Terapi Rumatan Metadon, Puskesmas Kecamatan (PKC) Tg. Priok perlu mempertahankan kualitas pelayanan dan mampu memenuhi standar Pelaksanaan yang tertuang dalam Pedoman Nasional agar program terapi tersebut mampu mempertahankan kualitas dan nilai manfaat serta tetap mampu menjadi rujukan bagi daerah lain. Akan tetapi, sepanjang berdirinya Program Terapi Rumatan Metadon, PTRM PKC Tg. Priok belum melaksanakan pelayanan yang optimal dan sesuai dengan pedoman nasional tersebut. Ruang lingkup penelitian ini mengenai evaluasi pelaksanaan meliputi input, proses, dan output Program Terapi Rumatan Metadon di PKC Tg. Priok tahun 2008 seperti sarana, prasarana, tempat cuci tangan, peralatan, SDM, proses penatalaksanaan pelayanan PTRM, serta pencatatan dan pelaporan, yang mengacu kepada Pedoman Nasional PTRM. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara melakukan observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen. Informan pada penelitian ini berjumlah tujuh orang dengan perincian enam orang petugas PTRM yaitu penanggungjawab, koordinator, dokter PTRM, perawat, apoteker, dan petugas keamanan (security), dan satu orang pasien yang masih aktif. Dari enam informan yang diwawancarai, lima informan telah mengetahui, membaca, atau memahami tentang pedoman PTRM. Lokasi PTRM PKC Tg. Priok berpotensi besar mengganggu kenyamanan pasien RB dan belum sesuai Pedoman.
Ruangan PTRM dapat dikatakan baik karena telah memiliki sedikitnya 5 ruangan yang sesuai Pedoman Nasional. Intensitas cahaya baik dan memadai. PTRM tidak memiliki limbah kecuali botol bekas. Peralatan telah baik, karena memiliki sedikitnya 5 peralatan sesuai Pedoman Nasional. SDM dapat dikatakan baik, karena telah memiliki SDM sedikitnya terdiri dari 7 multidisiplin ilmu sesuai Pedoman Nasional. Kompetensi yakni sikap dan profesionalisme cukup baik, kemampuan menilai pasien dan rencana terapi baik, penatalaksanaan pasien sangat baik, pengorganisasian baik. Input disimpulkan sarana (lokasi buruk, ruangan baik), prasarana, peralatan dan SDM baik. Angka pasien droup out cukup tinggi (51 %=belum berhasil), hasil tes urin sewaktu kurang atau sama dengan 30%, angka pasien yang bekerja mancapai 52 %, dan terjadi peningkatan kondisi pasien (berhasil). Keamanan ketersediaan metadon cukup baik karena hanya memenuhi kurang dari enam variabel yang sesuai dengan Pedoman Nasional akan tetapi pelaksanaan pelayanan tidak terhambat. Proses disimpulkan pengorganisasian, alur pasien, hari pelayanan, kriteria keberhasilan baik, keamanan ketersediaan cukup baik. Pencatatan dan pelaporan (output) hanya satu yang belum dipenuhi yakni belum terdapat laporan enam bulanan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library