Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rina Fithri Anni Bahar
"Masalah persampahan merupakan masalah yang kompleks dan saat ini masih menjadi masalah serius di kota-kota besar di Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula aktifitas masyarakat yang selanjutnya akan meningkatkan timbulan sampah. Pemerintah daerah kewalahan dalam menangani masalah sampah karena peningkatan timbulan sampah tidak dibarengi dengan pertambahan sarana dan prasarana maupun daya tampung TPA.
Penelitian ini dilakukan untuk menyusun rencana pengelolaan sampah di Kota Depok tahun 2005-2025. Ruang lingkup penelitian ini adalah hanya terfokus pada pengelolaan sampah domestik tidak membahas tentang sampah Rumah Sakit atau sampah medis mulai dari rumah tangga sampai ke TPA. Pengembangan rencana pengelolaan tersebut dilakukan dengan melihat unsur masukan, proses dan keluaran. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Depok pada bulan Mei-Juni 2004.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah produksi sampah saat ini 3.700 m3/hari sumber 88,3% merupakan sampah domestik dan sisanya bersumber dari pasar, toko, jalan dan sebagainya. Sebagian besar 72,97% merupakan sampah organik dan sisanya terdiri dari kayu, beling dan sebagainya. Sampai tahun 2004 cakupan pengelolaan sampah baru mencapai 48% dan sisanya dikelola sendiri oleh masyarakat.
Perencanaan pengelolaan jangka panjang atau 20 tahun ke depan, menekankan pada penanganan sampah di hulu. Maksudnya pemilahan atau recycling dilakukan di tingkat rumah tangga. Ibu-ibu rumah tangga diberi informasi tentang pemilahan sampah basah dan kering dengan wadah yang berbeda.
Pada pemukiman tidak teratur pelayanan sampah dilakukan dengan gerobak dari rumah ke rumah (75%), selanjutnya sampah tersebut akan dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Container dan di sana akan tereduksi sebesar 15%. Diharapkan sampah di TPS akan minimal dengan adanya kerjasama dengan pemulung dan para pemulung telah memiliki gudang tempat menyimpan barang bekas. Untuk pemukiman teratur pelayanan sampah tidak menggunakan gerobak tapi langsung dilayani oleh dump truk yang akan mengangkutnya ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Cipayung.
Hasil penghitungan, retribusi yang sesuai (mencapai impas) untuk tahun 2005 sampai 2025 adalah Rp. 5.500,- per bulan per kepala keluarga. Diharapkan dari perencanaan ini akan menghasilkan kebutuhan sarana dan prasana, pembiayaan dan sebagainya.
Dalam memasyarakatkan pengelolaan sampah di hulu diperlukan pendekataan pendidikan kesehatan, baik pendekatan pendidikan individu, dengan sasaran individu melalui murid-murid sekolah. Pendidikan kelompok dengan sasaran kelompok, misalnya kelompok pengajian, kelompok arisan dan sebagainya, serta pendidikan kepada masyarakat luas, dengan sasaran masyarakat bias dilakukan melalui pemutaran film layar tancap, pemutaran slide, penyebarluasan brosur, pamflet, striker dan sebagainya.
Ada beberapa saran yang perlu dilakukan adalah pengelolaan sampah di hulu perlu dikembangkan sehingga dapat meminimalkan sampah baik di TPS maupun TPA. Perlu dilakukan penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat tentang cara pemilahan sampah basah dan kering sehingga masyarakat peduli terhadap lingkungan. Untuk pemerintah daerah perlu memberdayakan pemulung dalam pengelolaan sampah terutama di TPS.

Waste problem is still be the complex problem and till recently being a serious problem in the big city in Indonesia. In a procession with addition of population, their activity also being more complex and causes the waste in the environment. The region government face difficulties to handling the waste problem because the waste in heaps, and unfortunately do not accompanied with the facility and quantity of tools.
This research have an objective to arranged a plan to processing wastes on Depok City in 2005 - 2025, and focused on handling and processing domestic wastes, and waste of Hospital or medicine wastes was excluded. The process involved from home to the Final Collecting Place (TPA). Developing a processing plan efforted with watch closely the input, the process and the output. This research located on Depok City and have done on Mei until] Juni 2004.
Results of this research shows that waste production quantity right now is 1700 M31day, 88,3 % domestic wastes dan 11,7 % remaind from store, market, road and so on. The big portion of this waste (72,97%) is organic waste and and the rest is woods, porcelain etc. Until 2004, the waste processing only reach 48%, and the rest is processed by the community with traditional process.
Long term processing planning or 20 years forward, focused on handling waste from upper course. Sortation and recycling start from household. The mothers give the information how to sortation the wet waste and the dry waste on the different container.
On the uncoordinated district, waste service doing with cart from one home to another (75%), on the next stage, the wastes brought to the throwing place (TPS). On the TPS, the waste being reduction until 15%. Cooperation with the waste collector (pemulung), can minimizing the wastes on TPS, and also the waste collector already have a storehouse to collect the exuse things. On the arranged district, waste service do not use the cart, but directly serviced by the dump truct, and carried to The Final Collecting Place (TPA) on Cipayung.
Calculation result, the precise retribution ( reach impass) to 2005 until 2025 Rp. 5.500,- per month per head of household. From this plan, we hope that the need for facility and retribution can be realize.
Acoording to socialitation the waste processing from upper course, we need an health educational approach, as an individual being the target trough the student. Group educational which the group per se be the target, and education for the community, through the arisan, group based on religion (pengajian), and so on. Education for community can be effort with dostribution of pamflet, movie, brosur, sticker, etc.
There are some advise to be done, waste processing from upper course need to be more explorated to minimizing wastes both in TPS or TPA. Elucidation and education to the community must be take as a routine programmed, give the information how to separating the dry waste and wet waste, so the community really care and aware about health and environtment. To the region government, we still need to resources the waste collector, specially on TPS.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Sarijaya
"Masalah sampah erat sekali kaitannya dengan jumlah penduduk kota yang bermukim, dan berkaitan pula dengan bentuk kehidupan, kegiatan dan usaha dari penduduk itu. Oleh karena itu sampah merupakah salah satu masalah yang dihadapi oleh kota-kota metropolitan, besar dan sedang bahkan telah meniadi permasalahan nasional.
Pencemaran paling utama di Indonesia ialah pencemaran oleh limbah domestik terutama yang berasal dari rumahtangga. Oleh karena luasnya daerah pencemaran dan besarnya jumlah korban, maka pengelolaannya amat pelik dan harus diberi prioritas utama.
Namun begitu, upaya mengatasi permasalahan sampah tidak akan terselesaikan oleh pemerintah saja, melainkan masyarakat perlu juga diajak berperanserta secara aktif. Bagi Kotamadya Palembang, misalnya untuk menunjang Palembang BARI (Bersih Aman Rapih dan Indah) peranserta masyarakatnya sangat perlu digerakkan secara sungguh-sungguh.
Berdasarkan pengamatan dini yang dilakukan di Kelurahan 23 Ilir Kecamatan Ilir Barat I Kotamadya Palembang pada awal bulan Januari 1995, keberadaan sampah padat yang banyak berserakan di tanah patut diduga disebabkan oleh peranserta masyarakat yang relatif rendah.
Secara teoritis, rendah atau kurangnya peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah terkait dengan faktor-faktor seperti; umur, pendidikan, pekerjaan, lama tinggal, daerah asal dan pendapatan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah "random sampling" tanpa pengembalian. Pengumpulan data diperoleh dengan jalan wawancara berstruktur, observasi, dan studi dokumentasi. Dalam mengolah data digunakan pendapatan prosentase tampilan, kategorisasi. Adapun analisis data menggunakan distribusi frekuensi, rumus statistik nonparametrik, Khi kuadrat (X2), koefisien kontingensi C, koefisien phi (Phi Coefficient), dan varian cramer (Cramer's V).
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama kurang lebih lima bulan, mulai Maret sampai dengan Juli 1995, diperoleh beberapa temuan sebagai berikut:
I. Sampah yang berserakan di tanah, selokan dan di sungai bila tidak ditanggulangi dapat menyebabkan permasalahan atau gangguan lingkungan antara lain; timbul perasaan tidak estetik, kotor, menjijikan dan masalah kesehatan. Disamping itu sampah yang berserakan di tanah tadi akan dikais oleh pemulung, binatang dan cenderung akan masuk ke selokan dan menyumbatnya sehingga akan terjadi banjir.
II. Dari hasil penelitian terhadap 105 responden, diparoleh gambaran bahwa;
a) tingkat pendidikan masyarakat dari SD sampai ke Perguruan Tinggi,
b) tingkat pendapatan keluarga sebagian besar dibawah Rp.200.000, yaitu 72,38%
c) sebagian besar pekerjaan penduduk adalah non PNS.
d) usia sebagian besar di atas 40 tahun.
e) lama tinggal antara 16 sampai 20 th ada 39%.
f) daerah asal didominasi oleh penduduk pendatang 64,8%.
III. Uji terhadap hipotesis menuniukkan bahwa:
a. Dari hasil jawaban responden dan pengamatan penulis maka hipotesis umum tentang relatif rendahnya peranserta masyarakat'di Kelurahan 23 Ilir Palembang dalam pengelolaan sampah dapat dilihat sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian bahwa ada 78,1% responden yang tidak membayar retribusi sampah sedangkan hanya 21,9% responden yang membayar retribusi sampah.
2. Dari hasil pengamatan bahwa kecilnya angka ketidak hadiran responden menghadiri pertemuan tentang kebersihan yaitu nol persen.
3. Dari hasil pengamatan bahwa kecilnya angka responder yang tidak melakukan kegiatan bersama-sama atau gotong royong yaitu nol persen.
4. Dari hasil penelitian bahwa terdapat 53,33% responder yang tidak mengetahui tentang Peraturan Daerah mengenai kebersihan dan 46,67% yang mengetahui tentang Peraturan Daerah tersebut.
b. Dengan menggunakan of = 0,01, hipotesis kerja tentang adanya perbedaan yang signifikan antara peranserta masyarakat di Kelurahan 23 Ilir dengan menggunakan program SPSS/PC+V3.0 terhadap uji Statistik Chi Square maka ada faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut:
- Usia, tidak berarti.
- Pendidikan, berarti.
- Jenis pekerjaan, berarti.
- Lama tinggal, tidak berarti.
- Daerah asal, tidak berarti.
- Pendapatan, berarti.
V. Pengawasan yang kurang atau tidak efektif dari petugas LKMD atau Kelurahan 23 Ilir terhadap pengelolaan sampah atau kebersihan dalam rangka melaksanakan Perda No.3 Tahun 1981 jo. Perda No.8 Tahun 1997 tentang Penyelenggaraan Kebersihan, Keindahan, Kesehatan Umum dan Ketertiban Kota atau yang dikenal dengan Palembang kota BAPI (bersih, aman, rapih dan indah). Tidak dilakukan penyuluhan kebersihan oleh DKK dan ada 78,09% responden yang melanggar Peraturan Daerah di atas dengan membuang sampah sembarang dan membakar sampah, yang membuang sampah ke TPS ada 21,91. Dan ada 67,61% yang tidak mempunyai tempat pewadahan sampah sementara di rumahnya maupun di depan rumahnya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alkausyari Aziz
"Penanganan sampah padat yang dilakukan pemerintah hanya melayani sekitar 40% dari total penduduk Indonesia. Kurang memadainya penanganan sampah padat di Indonesia karena masih bersifat konvensional dan adanya kendala pendanaan.
Penelitian yang dilakukan di kota Tanjungpinang ini bertujuan untuk mencari model pengelolaan sampah padat yang berbasiskan kesehatan masyarakat dan estimasi pembiayaannya dalam kurun waktu 2005-2030. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan informan yang dipilih sebesar 35 orang terdiri dari 5 orang level manajer, 10 orang tokoh masyarakat dan 20 orang petugas pelaksana di lapangan. Informan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dan dipilih berdasarkan azas kecukupan serta data dikumpulkan dengan menganalisis data sekunder dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber timbulan sampah yang ada di Kota Tanjungpinang 75,2% berasal dari pemukiman penduduk dan 79,49% didominasi oleh sampah organik. Adapun volume sampah yang dikelola baru mencapai 65% dari total timbulan sampah pads tahun 2003. Tahap penampungan dan pengangkutan dilakukan secara langsung sebesar 30% (door to door) oleh dump truck dan sistem pelayanan langsung (alloy service dan scrub service) sebesar 70%. Sistem pembuangan sampah akhir di Kota Tanjungpinang sampai saat ini masih menggunakan cara open dumping, dengan lokasi pembuangan yang relatif dekat dengan pemukiman rumah penduduk. Untuk memulai perencanaan jangka panjang pertama kali harus dipikirkan kapan kegiatan/proyek dilaksanakan secara keseluruhan (100%).
Beberapa hal penting yang perlu dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang adalah sistem pembuangan sampah yang dilakukan saat sekarang ini dengan cara open dumping sudah tidak layak lagi dipertahankan, ditinjau dari segi keamanan dan kesehatan masyarakat, oleh karena itu pemerintah daerah sebaiknya segera melakukan tindakan untuk menggantikan cara pembuangan sampah dan atau memindahkannya secara lebih aman terhadap kesehatan masyarakat dan bahaya dari pencemaran lingkungan.
Dari analisa pembiayaan yang menggunakan model pengelolaan sampah sanitary landfill akan mendapatkan keuntungan pada tahun ke 17 dari rencana proyek apabila dengan penarikan restribusi sebesar Rp 7500,- ; dengan penarikan restribusi sebesar Rp 10000,- akan mendapatkan keuntungan pada tahun ke 14 dari rencana proyek ; apabila dengan penarikan restribusi sebesar Rp 12500,- akan mendapatkan keuntungan pada tahun ke 13 dari rencana proyek dan apabila dengan penarikan restribusi sebesar Rp 15000 ,- akan mendapatkan keuntungan pada tahun ke 12 dari rencana proyek.
Beberapa alternatif dapat diketengahkan untuk mengatasi masalah-masalah pengelolaan pembuangan sampah akhir tersebut, yaitu dengan merobah cara pembuangan. Dengan sistem sanitary landfill dicari lokasi pembuangan akhir yang cukup jauh dari pemukiman dan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan untuk masa mendatang.
Daftar bacaan : 84 (1976 - 2003 )

Waste Management Model Based on Health Community And Financial Estimation For The Year 2005 - 2030 at TanjungpinangSolid waste handling which is implemented by government serves only 40% from the total of Indonesian population. Solid waste handling in Indonesian is not sufficient because of the confentional way and also financial handicap.
The objective of this study is to find out solid waste management model based on health community and financial estimation in the period of 2005 - 2030 at Tanjungpinang. This study uses qualitative method and the informans are 35 persons consists of 5 managers, 10 community leaders, and 20 field officials. The Informans are choosen by purposive sampling technique and adequacy. The data collected by secondary data analysis and depth interview.
Results of this study show that source of waste invulnerable at Tanjungpinang is come from community settlement 75,2% and 79,49% are dominated by organic waste. Waste volume that has been managed is only 264 m3 per day or 65% from the total of waste invulnerable in 2003. At the phase of collecting and carrying it is conducted directly (door to door) by dump truck in the amount of 30% and direct service system (alloy service and scrub service) in the amount 70%. Up this moment the last waste disposal system at Tanjungpinang has still using open dumping way, and relatively, the disposal location is close enough with community settlement. Firstly, to begin the long term planning it has to think when the activity/project will be implemented thoroughly (100%).
One of the important things that need to be done by Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang is not using open dumping way in waste disposal system because it is not proper enough, considering security and healt community aspects. Therefore, district government is better do an action to replace the former the V district by way of waste disposal and or move them in more safe way that useful for health community and to keep people away from the danger of environment pollution.
From the estimation analysis that is using waste management model sanitary landfill, it will be profit in the 17th year of the project planning if the retribution collection is Rp. 7500,00. By retribution collection of Rp. 10000,00 collection it will be profit in the 14th year of the project planning. If the retribution collection is Rp. 12500,00 it will be profit in the 13th year of the project planning and if the retribution collection is Rp. 15000,00 it will be profit in the 12`h year of the project planning.
Many alternatives could be offered to overcome problems of the last waste disposal management which is by changing the way of disposal. In the implementation of sanitary system, the finding of the last disposal location must be far enough from settlement so that it could avoid the possibility of environment pollution for the future.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Y.M. Daru Mulyono
"ABSTRAK
Masalah pencemaran lingkungan khususnya yang disebabkan oleh adanya sampah di DKI Jakarta pada saat ini menunjukkan kecenderungan yang semakin serius. Kondisi ini diperberat lagi dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yang relatif pesat melalui arus urbanisasi. Diperkirakan sampai pada akhir abad ini jumlah penduduk yang bermukim di Jakarta akan mencapai sekitar 16 juta jiwa. Hal inilah yang akan memacu munculnya pemukiman kumuh di DKI Jakarta, terjadinya pencemaran lingkungan, dan timbulnya berbagai penyakit.
Adanya sampah yang tidak terangkut ini khususnya untuk wilayah Kota Jakarta Pusat, diperkirakan mencapai 508,3 m3 atau 100,9 ton per hari, atau kurang lebih 17 % dari seluruh produksi sampah (Dinas Kebersthan DKI Jakarta, 1993). Hal ini tentu akan menimbulkan permasalahan tersendiri, terutama pencemaran lingkungan yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit di masyarakat.
Untuk itu upaya perbaikan sistem pengelolaan sampah khususnya di daerah-daerah kumuh merupakan hal yang mutlak untuk menciptakan lingkungan kesehatan yang lebih baik. Hal ini merupakan tindakan preventif untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih sehat.
Dalam penelitian ini ditarik hipotesis sebagai berikut :
1. Sistem pengelolaan sampah rumah tangga di daerah pemukiman kumuh masih belum efektif dan efisien, sehingga akan lebih banyak sampah yang tidak terkelola / terangkut sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
2. Penduduk yang bermukim di daerah kumuh memiliki risiko yang lebih besar terhadap kemungkinan timbulnya prevalensi penyakit.
Adapun penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan kumuh wilayah Kota Jakarta Pusat. Melalui sistem pengelolaan sampah yang lebih baik diliarapkan akan mampu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui secara nyata keterkaitan antara sistem pengelolaan sampah khususnya di daerah kumuh dengan kondisi kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah kumuh tersebut
2. Memberikan masukan masukan (inputs) bagi para penentu kebijakan (decision makers) untuk menetapkan alternatif-alternatif pemecahan masalah dalam pengelolaan sampah di daerah kumuh yang paling efektif dan efsien untuk mengurangi timbulnya prevalensi penyakit.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Jakarta Pusat dengan alasan karena daerah ini merupakan daerah terpadat penduduknya, dengan tingkat kepadatan 232 jiwa per hektar pada tahun 1994 (Kantor Statistik Kodya Jakarta Pusat, 1995) dan paling banyak pemukiman kumuhnya dibandingkan dengan empat wilayah kota lainnya di DKI Jakarta.. Tingkat kepadatan penduduk yang demikian itu akan menimbulkan suatu masalah sendiri, khususnya terhadap kondisi kesehatan masyarakat, akibat adanya produksi sampah padat.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil-hasil penelitian sebagai berikut :
1. Sebagian responden menyatakan bahwa ada timbunan sampah yang tidak terambil oleh petugas kebersihan yang jumlalmya paling banyak mencapai 25 % dari jumlah produksi sampah. Timbunan sampah yang tidak terambil tersebut dirasakan mengganggu kehidupan warga di sekitarnya, terutama karena bau yang tidak sedap dan khawatir dapat menimbulkan penyakit. Di daerah kumuh Kebon Kacang, jumlah sampah yang tidak terangkut, tidak ada kaitannya dengan jumlah penderita penyakit. Sedang di daerah kumuh Kampung Rawa jumlah sampah yang tidak terangkut ini ada hubungan nyata dengan jumlah penderita penyakit.
2. Di daerah kumuh Kebon Kacang, persentase anggota keluarga yang menderita penyakit dalam satu bulan terakhir mencapai 30,21 %. Dari jumlah penderita ini, 60 % berjenis kelamin pria, dan sisanya berjenis kelamin wanita. Jenis penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit batuk / pilek, mencapai 62,07 %. Umur para penderita penyakit paling banyak terjadi pada kelompok umur dibawah 10 tahun.
3. Di daerah kumuh Kampung Rawa, persentase anggota keluarga yang menderita penyakit dalam satu bulan terakhir mencapai 34,26 %.
4. Dari jumlah penderita ini, 54 % berjenis kelamin pria, dan sisanya berjenis kelamin wanita. Jenis penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit kulit / gatal-gatal, mencapai 28,57 %. Umur Para penderita penyakit paling banyak terjadi pada kelompok umur antara 30 - 40 tahun dan 40 - 50 tahun.
5. Untuk daerah kumuh Kebon Kacang terungkap bahwa jumlah penderita penyakit sangat lemah kaitannya dengan variabel-variabel, seperti jumlah sampah tidak terangkut, produksi sampah, luas bangunan rumah, tingkat penghasilan, jumlah anggota keluarga, frekuensi pengambilan sampah, maupun tingkat pendidikan. Di antara variabel-variabel tersebut, hanya variabel-variabel sampah tidak terangkut, produksi sampah, dan tingkat pendidikan yang memiliki kaitan paling dekat dengan jumlah penderita penyakit, mencapai 18,5 % saja.
Untuk daerah kumuh Kampung Rawa terungkap bahwa jumlah penderita penyakit sangat lemah kaitannya dengan variabel-variabel, seperti jumlah sampah tidak terangkut, produksi sampah, has bangunan rumah, tingkat penghasilan, jumlah anggota kehnnga, frekuensi pengambilan sampah, maupun tingkat pendiddtan.. Di antara variabel-variabel tersebut, hanya variabel tingkat penghasilan yang memiliki kaitan paling dekat dengan jumlah penderita penyakit, mencapai 17,64 % saja.
Secara umum sistem pengelolaan sampah ini kecil peranannya dalam mengakibatkan terjadinya kasus penyakit. Sistem pengelolaan sampah yang dilakukan pada saat ini khususnya di daerah kumuh Jakarta Pusat belum dapat digolongkan efektif dan efisien.
Upaya untuk memperbaiki sistem pengelolaan sampah ini dapat dilakukan dengan penyuluhan kepada warga masyarakat untuk mengupayakan minimisasi limbah. Adanya kesadaran untuk usaha minimalisasi ini perlu ditumbuhkembangkan. Perlu pula upaya dari Pemerintah Daerah untuk menambah sarana pembuangan sampah dengan penutup yang rapat untuk menghindari kontak dengan binatang-binatang sebagai vektor penyakit.

ABSTRACT
The Relationship Between Solid Waste Management and the Public Health Condition in Slum Area (Case Study of Kebon Kacang and Kampung Rawa, Central Jakarta)The problem of environmental pollution especially caused by solid waste in Jakarta tend more serious. This condition is exaggerated by the fast population growth through urbanization. Until the end of this century the total population of Jakarta was predicted reach to a high of 16 million people. This condition will cause the broader of slum area, environmental pollution, and trigger several diseases.
The untransported solid waste in Central Jakarta is calculated to a high of 508,3 m3 or 100,9 ton per day, or more less 17 % of the total solid waste
1. To know the relationship between solid waste management system especially in slum area and the society health condition who live in that area.
2. To give inputs to the decision makers to decide the best alternatives problem solving within the solid waste management in slum area in order to alleviate the prevalence of diseases.
The research was conducted in Central Jakarta with the reasons that this area is including the densest populated with the level of dense reach to a high of 232 people per hectare in 1994 (Kantor Statistik Kodya Jakarta Pusat, 1995), and the greatest slum houses compared to the fourth other municipality in Jakarta, With the level of population density & the solid waste production will cause environmental problems, especially to the society health.
Base on the data analysis, the results of research is described in the following
1. There are several respondent acknowledge that not all of solid waste production were managed or transported to Ultimate Waste Disposal The highest amount of untransported solid waste reach 25 % from the total solid waste production. The untransported solid waste were disturbed the people who lived in the surroundings, especially of the smelt and afraid of the transmitted diseases. In the slum area of Kebon Kacang, the total of untransparted solid waste have no relationship to the total of people who suffer disease. Whereas, in slum area of Kampung Rawa, the total of =transported solid waste have a significance relationship to the total of people who suffer disease.
2. In the slum area of Kebon Kacang, the percentage of household member who suffer disease within recent one month reach to a high of 30,21 %. From this total of people, 60 % were gents and the rest were ladies. The most disease incidence was cough or cold, reach 62,07 %. The most of people who suffer disease was aged under group of 10 year.
3. In the slum area of Kampung Rawa, the percentage of household member who suffer disease within recent one month reach to a high of 34,26 %. From this total of people, 54 % were gents and the rest were ladies. The most disease incidence was skin disease or itchy, reach 28,57 %. The most of people who suffer disease was aged under group between 30 - 40 year and 40 - 50 year.
4. In the slum area of Kebon Kacang, the total of people who suffer disease have slight relationship with the variables : =transported solid waste, solid waste production, area of house, level of income, member of family, solid waste taking frequency, and education level. Among that variables, only variables : untransported solid waste, solid waste production, and education level have greatest relationship to the total of people who suffer disease, reach 18,5 %.
5. In the slum area of Kampung Rawa, the total of people who suffer disease have slight relationship to the variables : untransported solid waste, solid waste production, area of house, level of income, member of family, solid waste taking frequency, and education level. Among that variables, only variables income level have greatest relationship with the total of people who suffer disease, reach 17,64 %.
In general the solid waste management system have little role within causing the disease. The solid waste management system especially in slum area of Central Jakarta can not be classified effective and efficient.
The efforts to improve the solid waste management can be done by doing extension to the society to do waste minimalization. It is needed that the Local Government increase the facilities of solid waste bin complete with cap in order to avoid contact of animals as disease vector.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Roy Charles
"ABSTRAK
Pengolahan sampah organik, dapat berjalan dengan baik apabila sampah tersebut mempunyai kadar air dan komponen organik besar. Karakteristik sampah di kawasan PT. Bumi Serpong Damai yang terbanyak adalah sampah organik, yaitu mencapai 80 % dari seluruh sampah yang dihasilkan.
Dengan adanya pengolahan sampah organik sistem composting di PT. Bumi Serpong Damai, maka sampah-sampah yang seharusnya di buang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dapat dimanfaatkan kembali untuk dijadikan kompos.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai C/N rasio dalam sampah organik dan proses pengomposan yang optimal agar proses pengomposan dapat berjalan dengan baik serta kompos yang dihasilkan mengandung unsur hara yang besar.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah organik yang ada di kawasan Bumi Serpong Damai, dengan perlakuan sebagai berikut : sampah organik C/N.rasio maksimal (> 20-40 : 1) dengan terowongan bambu (PSO.BSD-1), sampah organik C/N rasio optimal (20-40 : 1) dengan terowongan bambu (PSO.BSD-2), sampah organik C/N rasio minimal (< 20-40 : 1) dengan terowongan bambu (PSO.BSD-3), sampah organik C/N rasio maksimai (> 20-40 1) tanpa terowongan bambu (PSO.BSD-4), sampah organik C/N rasio optimal (20-40 : 1) tanpa terowongan bambu (PSO.BSD-5), sampah organik C/N rasio minimal (< 20--40 : 1) tanpa terowongan bambu (PSO.BSD-6). Kemudian diulang sebanyak lima kali.
Sampah organik yang telah berubah menjadi kompos, berwarna kehitaman setelah mengalami pembusukan secara aerob sulit dikenali lagi dari bahan asal dan terjadi perubahan sifat kimianya.
Komposisi sampah organik (perbandingan C/N rasio) berpengaruh positif dengan lama proses pengomposan dan kandungan unsur hara dalam kompos (N, P, K, Ca, Mg, C, C/N). Sedang proses pengomposan berpengaruh negatif dengan lama proses pengomposan.
Kandungan logam berat dalam kompos menunjukkan bahwa pada semua perlakuan menghasilkan kompos yang mengandung logam berat jauh di bawah standar US Environmental Protection Agency (EPA).
Menerapkan pengolahan sampah organik dengan sistem komposting dengan bahan baku yang mempunyai perbandingan C/N rasio optimal (sampah buah-buahan), di PT. Bumi Serpong Damai.
ABSTRACT
The Effect of Organic Waste Variation C/N Ratio by This organic processing plant runs well only when the waste contains water and main organic component. The organic waste at PT. Bumi Serpong Damai reaches as high as 80 percent of the total garbage.
With the existence of this compost system organic waste processing plant, PT. Bumi Serpong Damai can recycle the organic waste and make use of the resulted compost. And such an advantage prevents the waste from being disposed at the final garbage dump.
Specific study had been conducted to figure out the C/N ratio contained in the organic waste and in the optimal compost process so that the compost process ran in order and the compost had sufficient fertile substances.
The raw material used in such a specific study was the organic waste found at PT. Bumi Serpong Damai. This organic waste had certain characteristics and went through the following treatment : organic waste having maximum C/N ratio of being > 20 - 40 : 1 with bamboo tunnel (PSO.BSD-1), organic waste having optimum C/N ratio of being 20 - 40 : 1 with bamboo tunnel (PSO.BSD-2), organic waste having minimum C/N ratio of being < 20 - 40 : 1 with bamboo tunnel (PSO.BSD-3), organic waste having maximum C/N ratio of being > 20 - 40 : 1 without bamboo tunnel (PSO.BSD-4), organic waste having optimum C/N ratio of being 20 - 40 : 1 without bamboo tunnel (PSO.BSD-5), organic waste having minimum C/N ratio of being c 20 - 40 : 1 without bamboo tunnel (PSO.BSD-B). This treatment is subject to a five-time repetition.
The resulted compost has dark and blackish color after going through the decaying process and its origin becomes unidentifiable, due to the chemical characteristic changes.
Organic waste composition, or the C/N ratio, influences the length of the compost process and the fertile substances contained in the resulted compost such as N, P, K, Ca, Mg, c, and C/N. On the other hand, the compost process negatively affects its length.
The treatment applied in the processing plant has produced compost in which the amount of heavy metal substances contained in the compost is lower than the EPA standard.
The use of compost system organic waste processing plant with raw material of having optimum C/N ratio (disposed fruits) at PT. Bumi Serpong Damai.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Sukaedi
"ABSTRAK
Latar belakang penelitian didasarkan pada pernyataan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara 1993 bahwa pembangunan perkotaan pada dasarnya harus dibarengi dengan perlindungan lingkungan. Atas dasar ini masyarakat DKI Jakarta bersama-sama dengan Pemerintah setempat, memandang perlu merencanakan dan melaksanakan pembangunan perkotaan dengan tetap memperhatikan terciptanya lingkungan yang bersih, indah, manusiawi, aman. dan nyaman. Untuk itu pula Pemerintah mencanangkan Rencana Strategi Penelitian 1992-1997 dengan sasaran utama antara lain adalah mengatasi masalah masyarakat dan perumahan kumuh.
Hadirnya permukiman kumuh sering kali diikuti oleh kondisi lingkungan yang kotor, tercemari, dan rentan. Hal ini terjadi di wilayah permukiman kumuh kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, di mana ciri yang cukup menonjol adalah merosotnya ndai keindahan, sampah padat yang menumpuk sehingga sangat berpotensi mengganggu kesehatan dan mengurangi keindahan.
Berdasarkan pada survai awal pada bulan Januari 1995, keberadaan sampah seperti tersebut diduga disebabkan oleh Cara pengelolaan sampah padat rumah-tangga yang tidak memadai. Kualitas pengelolaan sampah padat rumah-tangga di permukiman kumuh Kelurahan Sunter Agung memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara wilayah yang satu dengan lainnya. Beda kualitas ini diduga ada faktor-faktor penentu yang esensial menentukan, yaitu antara lain oleh tingkat pendidikannya; pendapatan; besarnya jumlah anggota keluarga; persepsi yang berbeda-beda.; kebiasaan hidup; peranan wanita; latar permukimannya; dan partisipasi masyarakat setempat.
Mengacu pada uraian di atas, tujuan utama penelitian ini adalah ingin mengetahui:
1. Apakah ada hubungan antara kualitas pengelolaan sampah padat rumah-tangga yang dilakukan oleh masyarakat permukiman kumuh di Kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, dengan (a) tingkat pendidikannya; (b) tingkat pendapatan kel ya; (c) besarnya anggota keluarga; (d) persepsinya terhadap pengelolaan limbah padat rumah-tangga di lingkungannya; (e)kebiasaan hidupnya sehari-hari (sikap); (f) peranan wanitanya; (g) latar permukimannya; dan (h) partisipasinya dalam pembangunan lingkungan di sekitarnya.
2. Faktor-faktor apa saja, dari beberapa variabel di atas, yang menentukan kualitas pengelolaan sampah padat rumah-tangga yang dilakukan oleh masyarakat permukiman kumuh tersebut.
3. Berapa proses masing-masing variabel, yang telah terbukti sebagai penentu, menentukan kualitas pengelolaan sampah padat rumah-tangga yang dilakukan oleh masyarakat permukiman kumuh di Keluiaban Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Metode penelitian menggunakan pendekatan statistik deskriptif dan inferensial. Statistic deskriptif digunakan untuk menggambarkan tampilan-tampilan karakteristik umum daerah penelitian yaitu dengan menggunakan statistica modus untuk: (1) tingkat pendiddcannya; (2) tingkat pendapatan keluarganya; (3) besarnya jumlah anggota keluarga; (4) persepsi masyarakat; (5) kebiasaan hidupaya sehari-hari (slap); (6) peranan wanita; (7) latar permukimannya; (8) partisipasi dan (9) pengelolaan sampah padat rumah-tangga di lokasi penelitian. Sedangkan statistic inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dan m ngambil beberapa kesimmpulan dari hipoteis yang telah diuji. Teknik pengambilan sample digunakan pendekatan "cluster sampling" dengan cara "three stages sampling". Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa wawancara terstruktur, observasi dan studi dokumentasi. Dalam mengolah data digunakan pendekatan prosentase tampilan; ranking; dengan kategorisasi data berpedoman pada nilai persentil 50 (Pm). Adapun analisis data menggunakan modus distri'busi frekuensi, rumus statistic nonparametrik antara lain r Spearman (rho), Khi kuadart (V), koelisien kontingensi (C dan Cmaks) serta ideks determinan (C2).
Hasil penelitian yang dipandu selama kurang-lebih lima bulan, mulai bulan Februari sampai dengan Juni 1995, diperoleh beberapa temuan sebagai berikut:
1. Secara umum Kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, sampai pada bulan.Tuni 1995 menghadapi masalah akumulasi sampah padat tidak kurang dari 229 m3 setiap harinya atau sekitar 6.870 m3 setiap bulannya. Dari upaya penanggulangan sehari-hari terbukti masih sebanyak 39 m3 per hari atau rata-rata tidak kurang dari 1.170 m3 setiap bulannya yang tidak terangkut karena keterbatasan armada dan personil. Apabila tidak mendapatkan perlakuan yang tepat diramalkan, pada tahun 1997 akan menunrpuk sekitar 62.244 m3 dan sekitar 124.488 m3 pada tahun 2000. Khusus sampah rumah-tangga tidak kurang dari 30rn3, yakni sekitar lima mobil "truck" sampah setiap bulannya, tidak terangkut oleh armada sampan yang tersedia. Akuniula-si sampah tersebut bila dipilah menurut bahannya sekitar 80% adalah sampah plastik, sedangkan sekitar 20% lairmya sampah kertas, daun, kayo, dan lain-lain.
2. Sampah yang tidak terangkut terebut berakumulasi di lahan-lahan kosong, rawarawa, sungai, menyumbat got-got, tertahan sementara di gerobag sampah, di tiang bawah jembatan, berseralcan di mana-mana, sehingga mengganggu keindahan dan tidak jarang menjadi tempat tumbuhnya bibit dan media penyakit. Adapun wilayah yang paling terkena akumulasi sampah tertinggal ini terutama adalah wilayah RW.01; 02, dan 03.
3. Di wilayah RW Kurwh, Kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, ternyata tidak setiap tempat adalah kumuh, tetapi beberapa RT tertentu, dan bahkan beberapa rumah tertentu. Dari hasil survai terhadap 108 responden, diperoleh gambaran bahwa (1) tingkat pendidikan masyarakat umumnya adalah SLP ke alas; (2) tingkat pendapatan keluarga sebagian besar antara Rp 200.000,-sampai dengan Rp 400.000,-; (3) besarnya jumlah keluarga umumnya 4 jiwa per KK, (4) persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah padat rumah tangga umumnya cukup baik; (5) kebiasaan hidup 'sehari 'sehari-hari relatif cukup baik; (6) peranan wanita dalam pengelolaan sampah padat rumah tangga umumnya baik; (7) latar permukiman umumnya cukup baik, (8) partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah padat rumah tangga umumnya baik, namun (9) kualitas pengelolaan sampah padat rumah-tangga umumnya kurang balk, karena berbagai faktor.
4. Hasil uji hubungan di antara variabel penelitian menunjukkan, bahwa :
a. Tidak semua variabel berkorelasi siginifikan menurut signifikansi 0,05. Ini berarti bahwa adanya kualitas tampilan tertentu tidak selalu diikuti oleh adanya kualitas tampilan lainnya, melainkan sangat tergantung pada karakteristik variabel yang bersangkutan.
b. Di antara variabel penelitian yang memuiki koefsien korelasi yang signifikan adalah (1) pendapatan keluarga dengan peranan wanita (2) persepsi masyarakat dengan kebiasaan hidup; partisipasi dan kualitas pengelolaan sampah padat (3) kebiasaan hidup dengan peranan wanita; latar permukiman; partisipasi masyarakat; dan kualitas pengelolaan sampah, (4) peranan wanita dengan kualitas pengelolaan sampah, (5) latar permukiman dengan partisipasi masyarakat dan kualitas pengelolaan sampah, dan (6) partisipasi masyarakat dengan kualitas pengelolaan sampah, dan akhirnya (7) kualitas pengelolaan sampah diketahui, berkorelasi dengan persepsi masyarakat; kebiasaan hidup; peranan wanita; latar permukiman dan partisipasi masyarakat.
e. Dengan menggunakan signifikansi 0,05, hipotesis (1) tentang adanya hubungan antara kualitas pengelolaan sampah padat rumah-tangga yang dilakukan oleh masyarakat permulciman kumuh di Kelurahan Sunter Agung dengan:
(1) Tingkat pendidikannya, tidak terbukti;
(2) Tingkat pendapatan keluarganya, tidak terbukti;
(3) Besarnya anggota keluarga, tidak terbukti;
(4) Persepsfnya terhadap pengelolaan sampah padat rumah-tangga di lingkungannya adalah terbukti;
(5) Kebiasaan hidupnya sehari-hari (sikap), terbukti;
(6) peranan wanitanya, terbukti;
(7) latar permukimannya, terbukti; partisipasinya dalam pembangunan lingkungan di sekitarnya juga terbukti.
f. Hasil analisis lanjutan, untuk mengetahui seberapa besar variabel yang memilild hubungan signifikan menentukan kualitas pengelolaan sampah padat rumah-tangga dapat diterangkan berturut-turut sebagai berrikut: latar permukiman (21,4%); partisipasinya dalam pembangunan lingkungan sekitar (16,8%); peranan wanita (16,3%); dan kebiasaan hidupnya sehari-hari atau sikap sebanyak (4,3%). Dengan demikian ada sekitar 41,2% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
5. Menyimak kembali indeks determinan yang ada, secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa kualitas pengelolaan sampah padat rumah-tangga di permukiman kumuh kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, akan dapat terus ditingkatkan bila selalu ada upaya-upaya:
(1) Peningkatan kualitas latar permukiman mereka, antara lain: dengan jalan pengaturan tata-letak dan peningkatan fungsi tata ruang bagi permukiman penduduk, pembangunan fasilitas "rumah susun" yang dapat diperoleh dengan murah dan murah, penambahan sarana dan fasilitas pembuangan sampah, container, dipo, LPS, kendaraan, personil, dan penyuluhan masyarakat.
(2) Peningkatan partisipasi masyaralcat dalam pengelolaan sampah padat rumah-tangga, antara lain: melalui cara insentif, lomba-lomba wilayah yang memberikan penghargaan kepada pemenang, merealisasikan dana kebersihan yang disumbangkan oleh masyarakat secara transparan;
(3) Leblh menggalakkan peranan wanita dalam mengelola sampah padat rumah tangga, antra lain melalui peningkatan kader PKK di tiap wilayah RT, meningkatkan kegiatan PKK di tingkat RT (selama ini yang aktif baru tingkat Kelurahan);
(4) Pembinaan yang baik mengenai kebiasaan hidup sehari-hari dalam mengelola sampah padat rumah-tangga melalui penyuluban untuk semua umur, kanak-kanatc, remaja, dan jugs pada prang tua.
Untuk merealiasai saran-saran dari basil temuan ini diakui cukup sulit, mengingat kesadman masyarakat untuk itu masib perlu peningkatan yang terus menerus. Lebih dari itu karena keadaan ekonomi keluarga sering kali memaksa untuk tidak bisa berbuat lebih baik dari yang sekarang, misalnya: karena tidak ada tempat alternatif untuk membuang sampah kecuali di kali atau di pinggir rel kereta api.
Diketahui bahwa ada korelasi sigriifikan terjadi pada (1) keadaan later permukiman dengan kebiasaan hidup sehari-hari; (2) partisipasi masyarakat, berhubungan erat dengan kebiasaan hidup sehari-hari dan latar permukiman; (3) peranan wanita juga berhuban erat dengan kebiasaan hidup sehari-hari; dan (4) kebiasaan hidup seha.ribari berhubungan erat dengan ketiga faktor lainnya Maka temuan tentang "KUNCI" untuk mengatasi permasalahan dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan sampah padat rumah-tangga labia berada pada "kebiasaan hidup sehari-hari mereka dalam mengelola sampah padat rumah tangga". Untuk itu, tekad dan upaya meningkatkan kebiasaan yang lebih baik dalam mengelola sampah padat rumah-tangga, merupakan langkah dan cara yang paling tepat, khususnya di wilayah permukiman kumuh, Kelurahan Sumter Agung, Tanjong Priok, Jakarta Utara.

ABSTRACT
The background of this study was based on the statements in GBHN 1993 (Main State Policy, 1993) that basically an urban development has to be accompanied by environmental protection. On such a basis the people and the government of DKI Jakarta planed and implemented urban sustainable development where the environment is considered as integrated part of the process to achieve a clean, beautiful, humane; safe and comfortable environment for all citizens. The Local Government has launched a "Renstra 1992-1997" (a Plan of Development Strategy) which the main target is to combat the problems of slum settlement and slum communities.
Wherever it is, slum areas tend to be an agent of dirty, polluted, and resistant environment. These situations can easily be observed in part of the areas in Kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, North Jakarta where the major characteristics indicated that household solid waste disposal accumulated in most part of environmental settings. It , of course, can be the cause of decreasing the quality of aesthetical and environmental health as well.
Based on the preliminary study conducted in January 1995, the existing accumulated household solid waste in this area was the result of improper management. The quality of household solid waste management was attended differently in every single areas. It was hypothetically affected by specific determinants, such as level of local people's education, families' income, total families' member, varied perception toward waste management local people's attitude, role of women, its environmental settings, and local people's participation.
Referring to the background above, the main objectives of this research was to find out an answer toward a set of research questions as follows:
(1) Are there correlations between the quality of household solid waste management conducted by slum area community in Kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, North Jakarta with (a) the level of people's education,(b) the families' income, (c) the total famalias' member, (d) the people's perception toward household solid waste management, (e) the people's attitude, (f) the role of women, (g) the environmental settings, and (h) the people's participation?
(2) What are the main factors that determine the quality of household solid waste management conducted by shun area community?
(3) What percentage of each variables determines the quality of household solid waste management conducted by slum area community in Kelurahan Sunter Agung, Tanjong Priok, North Jakarta ?
The research method used a set of statistical approaches: descriptive and inferential analysis. Descriptive analysis was to describe performances of general characteristics of research location, level of local people's education, families' income, total families' member, varied perception toward waste management, people's attitude, role of women, its environmental settings, people's participation and the quality of household solid waste management. Then, inferential statistics was used to verify hypothesis, finding out conclusions referred to the hypothesis. Sampling techniques of this research is "cluster sampling" where a set of samples were taken by "three stages sampling". Data collection facilitated by instruments: systematic interview, observation, and documentation study. Data management was conducted by percentage technique, ranking, and data categorization where which the percentile (P50) was used. Data analysis was carried out by using a set of mathematical approaches such as modus, distribution frequency, and nonparametric statistics such as r Spearman (rho), Chi Square (X2), Coefficient Contingency (C and Cmax), and determinant index (Co).
This research was conducted in about five months from February until June 1995, and the findings can be summarized as follows:
1. In general, Kelurahan Smiler Agung, Tanjung Priok, North Jakarta, until the end of June 1995 faced the problem of solid waste disposal accumulation which was never less than 229 m3 per day or around 6.870 m3 per month.The daily waste management conducted, however, left behind around 39 m3 per day or around 1.170 m3 per month solid waste left, due to the insufficient equipments and personnel If there were no changes, it can be predicted that in the year of 1997 there will accumulate around 62.244 m' and will be around 124.488 m' at the end of the year 2000. Specifically toward household solid waste disposal, up to now 30m' per month were left behind (around the capacity of 5 small dump-trucks). Those waste accumulation consist of 80% plastic materials, and around 20% non-plastic such as papers, vegetable, wooden materials, and so on.
2. Such residual wastes which accumulate on areas such as open field, swamp, watershed, drainage, temporary in the garbage, pool carriage, scattered over the places everywhere, the result of which is decreasing the quality of aesthetical aspect, becoming a medium for pests. The locations hit by accumulated solid wastes were actually the area of -- RW.01, 02, and 03.
3. In Kelurahan. Sunter Agung Taajung Priok, North Jakarta not all areas are really a "slum". Only certain RT and even certain families. Based on the survey of 108 respondents, the findings can be described as follows: generally (1) the level of local people education was dominated by Junior High School (SLP upward); (2) the level of families' income was in between Rp200.000; to. Rp 400.000,-; (3) the family' member was four people per family (4) the performance of people's perception toward household solid waste management was not so good; (5) the people's attitude is relatively not so good; (6) the role of women in household solid waste management was relatively good; (7) the quality of environmental settings was not so good, (8) The people's participation in household solid waste management was generally good, but (9) the quality of household solid waste management was generally not quite good.
4. The research findings based on the correlation tests are as follows:
a. Not all variables have significant correlations. It means that the quality of specific perforce of variables was not often followed by other factors, but it depends on certain characteristics of the variable in question.
b. Some of the variables with significant correlations are as follows: (1) the family income correlated with the people's perception and the role of women; (2) the people's perception is correlated with the people's attitude, participation, and the quality of household solid waste management; (3) the people's attitude is correlated with the role of women, environmental setting, people's participation, and the quality of house bold solid waste management, (4) the role of women is correlated with the quality of household solid waste management, (5) the environmental settings are correlated with the people's participation and the quality of household solid waste management , (6) the people's participation is correlated with the quality of household solid waste management, and finally, (7) the quality of household solid waste management is correlated with the people's perception, attitude, role of women, environmental settings, and people's participation.
e. By using the 0,05 significance, the hypothesis on the presence of correlation between the quality of household solid waste management, conducted by slum community in Kelurahan Sunter Agung, with:
(1) the level of education is rejected;
(2) the level of families' income is rejected;
(3) the number of families' member is rejected;
(4) the people's perception on the household solid waste management may is accepted;
(5) the people's attitude is rejected;
(6) the role of women may is accepted;
(7) the environmental settings is accepted;
(8) the people's participation may is accepted.
f. Further analysis in order to know what percentage of each variables, which have significant correlations, determine the quality of household solid waste management, 'and the findings were that: an environmental setting determines about 21,4%; people's participation was about 16,8%; the role of women was 16,3%; and the people's attitude was 4,3%. Thus, it is approximately 41,2% that need to be studied further to find out responsible factors.
5. Reviewing the findings of the determinant factors above, it can be concluded that the quality of household solid waste management of slum community in Kelurahan Sumter Agung will increase if there are efforts such as:
(1) Improving the quality of environmental settings, such as: re-arranging the quality of housings; developing a set of public facilities, affordable housings to low income families; additional facilities for garbage, landfill, container, public temporary waste disposal site, dump-truck, water supply, and so on.
(2) Developing public participation in the program of household solid waste management through the program of incentive or disincentive, appreciation of a positive competition among the regions, realizing the budget donated by them transparently.
(3) Encouraging the role of women in household solid waste management through many kinds of activities, such as the promotion of role of youth in PKK at RT (local) level , and so on.
(4) Proper guidance on living habits and to the daily people's attitude in managing household solid waste through the process of education to the children, youth, and also all the parents.
It is quite difficult to realize the recommendations proposed as the results of the findings, because the people's awareness is still low and need to be improved continuously. Another factor was the economical conditions of the families. It imposed on the people to do what it was not supposed to do, for instance, there were no alternative to dispose household solid wastes except on river banks or on the side of rail way, and so on.
It is known that the significant correlation's exist s, namely: (I) the environmental settings correlated with the daily people attitude in managing household solid waste management; (2) the people participation correlated with the people's attitude and environmental settings, (3) the role of women correlated with the people's attitude in managing household solid waste, and (4) the people's attitude correlated with those environmental settings; people's participation; and the role of women. Referring to those findings, the "key" issue of the specific factor to improve the quality of household solid waste management in slum area of Kehnrahan Sunter Agung is "the people's attitude in managing household solid vste ". Thus, serious efforts addressed to the improved daily people's attitude, in managing household solid waste, is the best solution, especially in the slum area of Kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, North Jakarta."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Nurul Husna
"Penelitian tentang pengelolaan sampah ini dilakukan pada siswa/i Sekolah Islam Terpadu Insantama Kota Bogor khususnya siswa/i kelas 5, 8 dan 11. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku siswa/i Sekoah Islam Terpadu Insantama Kota Bogor terhadap pengelolaan sampah di sekolah. Metode penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat Quasi-Eksperimental dengan menggunakan rancangan One Group Pre Test and Post Test Design. Pada penelitian ini dilakukan intervensi berupa penyuluhan tentang pengelolaan sampah dan melaksanakan program pembentukan komunitas peduli sampah di sekolah. Populasi penelitian ini sebanyak 216 siswa/i dengan sampel 72 siswa/i dari 3 tingkatan sekolah yaitu, SDIT, SMPIT, dan SMAIT dengan menggunakan lembar kuesioner. Hasil pengukuran analisis univariat menunjukkan adanya peningkatan rata-rata pengetahuan, sikap dan perilaku responden antara sebelum dan setelah dilakukannya intervensi. Hasil uji statistik menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan antara sebelum dan setelah intervensi dengan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku. Selain itu berdasarkan hasil pembentukan dan pembinaan komunitas peduli sampah dapat disimpulkan bahwa seluruh agent peduli sampah yang terlibat sangat antusias  dalam melaksanakan kegiatan yang telah dilakukan dengan harapan program komunitas peduli sampah ini dapat menjadi salah satu kegiatan berkelanjutan di sekolah.

Research on waste management is carried out for students in the Insantama Integrated Islamic School in Bogor, especially students in grades 5, 8 and 11. This study aims to determine the knowledge, attitudes and behavior of Insantama Islamic University of Bogor City students on waste management in schools. The method of this research is quantitative that is Quasi-Experimental using the design of the One Group Pre Test and Post Test Design. In this study an intervention was carried out in the form of counseling on waste management and implementing a community formation program to care about waste in schools. The population of this study were 216 students with a sample of 72 students from 3 levels of school namely, SDIT, SMPIT, and SMAIT using a questionnaire sheet. The results of the measurement of univariate analysis showed an increase in the average knowledge, attitudes and behavior of respondents between before and after the intervention. The statistical test results showed a significant increase between before and after the intervention with the level of knowledge, attitudes and behavior. In addition, based on the results of the formation and guidance of the community concerned with waste, it can be concluded that all waste-caring agents involved are very enthusiastic in carrying out activities that have been carried out with the hope that this community program to care for waste can be one of the sustainable activities in the school."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Rinaldo
"Penanganan sampah merupakan salah satu wujud pelayanan publik dari pemerintah, disisi lain masyarakat juga harus berpartisipasi serta berkolaborasi dengan pemerintah didalam penyelenggaraan, pengambilan keputusan, dan pengawasan penanganan sampah. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, penelitian ini menjawab bagaimana proses tata kelola kolaboratif dalam penanganan sampah antara swadaya masyarakat dengan PPSU tingkat Kelurahan serta faktor- faktor yang mempengaruhinya . Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penanganan sampah secara kolaboratif telah terbangun dengan adanya keterlibatan aktor pemerintah dan non pemerintah, terdapat pembagian kewenangan, kerjasama antara Partisipasi swadaya masyarakat, Organisasi Bank Sampah Masyarakat, PPSU Tingkat Kelurahan dan Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Administrasi Jakarta Barat yang bekerja sama dengan pihak swasta. Telah terbangun dialog, kepercayaan, pemahaman, komitmen hingga mencapai hasil antara. Keterlibatan swasta dalam proses tata kelola kolaboratif masih terbatas pada tahapan kegiatan pemilahan sampah. Penelitian juga menemukan bahwa proses kolaboratif ini belum sempurna faktor- faktor yang turut mempengaruhi antara lain masih rendahnya pemahaman masyarakat akan pemilahan sampah, pola pikir masyarakat yang masih tradisional dalam penanganan sampah, kurangnya motivasi petugas sampah RT dan RW serta prasarana dan manajemen pengangkutan yang kurang optimal. Untuk itu diperlukan sosialisasi, penyuluhan yang lebih intensif, pendampingan untuk mengubah perilaku masyarakat serta inovasi didalam merangsang partisipasi aktif dari masyarakat.

Waste management is one form of public service from the government. On the other hand the community must also participate and collaborate with the government in the implementation, decision making, and supervision of waste handling. By using a descriptive qualitative approach, this study answers how collaborative governance processes in handling waste between community self-help and Public Facility Maintenance Officers (PPSU) and the factors that influence it. The results of the study show that collaborative waste management processes have been built with the involvement of government and non-government actors, there are a division of authority, collaboration between community self-help, community waste bank organization, public facility maintenance (PPSU) and the jakarta barat Environtment agency in collaboration with the private sector. Dialogue, trust, understanding, commitment have been established to achieve temporary result. Private involvement in collaborative governance processes is still limited to the stages of waste sorting activities. Research also found that this collaborative process was not perfect. factors that influence, among others are the low understanding of the community about sorting waste, the people's mindset that is still traditional in handling waste, lack of motivation from garbage officers, and less optimal infrastructure and management of garbage truck transportation. For this reason, socialization, more intensive counseling, assistance to change community behavior and innovation in stimulating active participation from the community are needed."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcelino Dwi Prayogo
"Penelitian ini membahas mengenai timbulan dan komposisi sampah yang ada pada DAS Ciliwung segmen 5 dengan mengambil 2 titik sampling yang berada di titik awal dan akhir dari segmen ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar timbulan limbah padat dan komposisinya dan merancang rekomendasi sistem teknis operasional pengelolaan limbah padat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode kuantitatif yang mengikuti dari SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
Hasil dari penelitian ini adalah sistem teknis operasional meliputi pemindahan dan pengangkutan. Volume rata -rata dari pintu air Manggarai adalah sebesar 5,581 m3/ hari, sedangkan perangkap sampah Rawajati adalah sebesar 1,107 m3/hari. Berat rata-rata timbulan sampah yang ada di pintu air Manggarai adalah 3204 kg/hari dan yang bisa diangkat oleh perangkap sampah yang berada di Rawajati adalah sebesar 551 kg/hari. Rata-rata berat jenis sampah dari pintu air Manggarai adalah 479,17 kg/m3, sedangkan berat jenis sampah di perangkap sampah Rawajati adalah 429,17 kg/m3.
Komposisi limbah padat yang berasal dari pintu air Manggarai adalah organik 56,96%; plastik 18,77%; kertas 11,51%; logam 6,75%; sterofoam 3,37%; kaca 1,89%; dan sampah lain 0,75%. Untuk komposisi limbah padat yang berasal dari perangkap sampah Rawajati adalah organik 47,55%; plastik 25,65%; kertas 12,27%; logam 6,17%; kaca 4,19%; sterofoam 3,24%; sampah lain 0,98%; dan tekstil 0,68%.

This study discusses the generation and composition of solid waste generation and composition in Ciliwung River Segment 5, which take 2 point at the start and the end of this segment. This study aims to determine the major solid waste generation and composition and design the reccomendation of technical system operational in solid waste management. The method being used in this study is quantitative method, which following from SNI 19-3964-1994 about Sample Collection and Measurement of the Composition and Urban Waste.
The result of the study is technical operational systems ranging from collection and transportation. The average of solid waste volume from Manggarai sluice gate is 5,581 m3/day, then for Rawajati trash trap is 1,107 m3/day. The average weight of solid waste in Manggarai sluice gate is 3204 kg/day and for trash trap, the average weight is only 551 kg/day. The average density of solid waste from Manggarai sluice gate is 479,17 kg/m3, while the density of solid waste in trash trap Rawajati is 429,17 kg/m3.
The composition of solid waste originating from Manggarai sluice gate is 56,96 % organic; plastic 18,77 %; Paper 11,51 %; metal 6,75 %; sterofoam 3,37 %; glass 1,89%; and other rubbish 0,75 %. For the composition of solid waste from trash trap Rawajati is 47,55 %; plastic 25,65 %; Paper 12,27 %; metal 6,17%; glass 4,19 %; sterofoam 3,24%; Another garbage 0,98 %; and textiles 0,68 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S69223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Ristiarini
"Tesis ini membahas strategi penduduk miskin kota, dalam hal ini pengangkut dan pengumpul sampah di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), dalam memperoleh penghasilan, berdasarkan Konsep Urban Lifelihood dari Carole Rakodi. Konsep ini mengkaji modal-modal yang diperkenalkan oleh Rakodi sebagai Pentagon Aset, yaitu : modal manusia, modal fisik, modal alam, modal sosial dan modal keuangan. Penelitian ini dilakukan melalui penelitian kualitatif melalui metode advokasi dan parsipatoris. Hasilnya adalah bahwa untuk modal sosial dan manusia para pengangkut dan pemungut sampah cukup kuat, sedangkan untuk modal alam berupa keterbatasan lahan lemah, modal fisik berupa alat-alat produksi, rumah dan fasilitas lainnya juga lemah dan modal keuangan berupa layanan finansial juga lemah, sehingga para pengangkut dan pengumpul sampah ini terlibat dalam sistem patronisasi dan sistem ijon tarikan sampah. Diperlukan perencanaan sistem pengelolaan sampah permukiman yang menyeluruh yang juga melibatkan kaum miskin kota sebagai pelaku utama pengelola sampah permukiman. Juga aturan dan perundang-undangan mengenai mekanisme, pengoperasian dan formalisasi profesi para pengangkut dan pengumpul sampah yang semula informal menjadi formal, sehingga mereka dapat merasakan bantuan-bantuan dan layanan serta akses terhadap modal alam (tanah) fisik (alat produksi, rumah dan fasilitas lainnya), serta modal keuangan (pinjaman dan bantuan modal serta fasilitas tabungan untuk perencanaan masa depan).

This thesis is focus on urban poor strategy, whichs is the waste pickers and collectors at intermediate transfer facility of solid waste; as urban poor lifelihood strategy based on sustainable lifelihood approach for urban poor introduced by Carole Rakodi. This concept is analyze assets who introduced bay Rakodi, as Pentagon Assets, which is : Man, Physical, Natural, Social and Finance. The reasearch is based on qualitative reasearch through a method of advocacy and parsipatoris. The result is that to social capital and human beings for the waste pickers and collector are strong enough `, while for capital nature in the form of limited land is weak, Physical capital in the form of the means of production, the house and other facilities are also weak, and financial capital in the form of financial services is also weak, so this waste pickers and collectors comunitiy involves in the patronage and ijon system. Planning system required waste management comprehensive settlement and that involve the poor the city as a leading perpetrator of waste management settlement. And also the mechanism of the law, and formalisation of the the waste pickers and collectors profession who was initially informal be formal. So that they can sense the grants and services and access to capital nature (the ground) physical (a means of production , the house and other facilities) , financial and capital ( loans and capital assistance as well as saving facilities for planning future)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>