Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yeni Apriliniwati
"Pemberian 2,4-D dengan konsentrasi 0, 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm pada pucuk dan ketiak daun tanaman tomat bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pembungaan dan pembuahan tanaman tomat tersebut. Perlakuan diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 10 hari. Metode penelitian adalah rancangan acak kelompok, dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan. Hasil uji nonparametrik Kruskal-Wallis pada taraf nyata α = 0,05 menunjukkan tidak ada pengaruh nyata dari pemberian 2,4-D terhadap waktu pembungaan, jumlah bunga per tanaman, waktu pembuahan, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per buah dan berat basah buah. Secara non statistik, rata-rata waktu pembungaan paling cepat dijumpai pada perlakuan 2 ppm (63,94 hari) dan waktu pembuahan paling cepat dihasilkan oleh kontrol (86,04 hari). Kontrol juga
menghasilkan rata-rata jumlah bunga, buah dan jumlah biji terbanyak (36,47 bunga per tanaman; 3,07 buah per tanaman dan 24,15 biji per tanaman). Rata-rata jumlah bunga paling sedikit terdapat pada perlakuan 8 ppm (20,85 bunga per tanaman) dan jumlah buah paling sedikit terdapat pada penlakuan 4 ppm (1,65 buah per tanaman). Konsentrasi 10 ppm menghasilkan waktu pembuahan paling lambat (100,89 hari); jumlah biji paling sedikit (9,45 biji per buah) dan berat basah buah terendah (11,02 g). Rata-rata berat basah buah tentinggi dihasilkan oleh perlakuan 4 ppm (23,3 g)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai optimalisasi kalus remah tangkai
daun urutan ke-1 Centella asiatica (L.) Urban (pegagan) pada medium
Murashige dan Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan delapan variasi auksin
dan sitokinin. Delapan variasi tersebut adalah 2,4-D 0,5 mgl
-1
+ BAP
0,5 mgl
-1
(M1), 2,4-D 0,5 mgl
-1
+ Kinetin 0,5 mgl
-1
(M2), 2,4-D 1 mgl
-1
+ Kinetin
0,5 mgl
-1
(M3), 2,4-D 2,5 mgl
-1
+ Kinetin 1 mgl
-1
(M4), NAA 0,2 mgl
-1
+ BAP
2 mgl
-1
(M5), NAA 0,5 mgl
-1
+ BAP 0,5 mgl
-1
 (M6), NAA 1 mgl
-1
+ Kinetin
0,5 mgl
-1
(M7), dan NAA 2 mgl
-1
+ Kinetin 1 mgl
-1
(M8). Untuk menginduksi
kalus dilakukan penanaman potongan tangkai daun dalam medium
Murashige dan Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan penambahan 2,4-D
2,5 mgl
-1
+ Kinetin 1 mgl
-1
. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA UI, Depok (April 2007--September
2007). Untuk induksi dan optimalisasi kalus, dilakukan pemeliharaan selama
delapan minggu dengan pencahayaan kontinu. Semua eksplan yang
ditanam pada medium induksi kalus membentuk kalus remah. Kalus remah
yang terbentuk pada medium tersebut kemudian disubkultur ke dalam
delapan medium optimalisasi kalus. Setelah ± empat minggu disubkultur ke
medium optimalisasi kalus, tampak bahwa terjadi keragaman tekstur dan
warna kalus yang tergantung pada macam dan konsentrasi ZPT yang
digunakan. Jumlah kalus remah yang terbentuk pada medium optimalisasi
iii
berturut-turut dalam medium M1 (40%), M2 (80%), M3 (66,67%), dan M4
(33,33%) dengan warna kalus sebagian besar abu-abu muda, hartal, hingga
cokelat. Sementara itu, medium M5--M8 cenderung membentuk kalus
kompak dan campuran (remah dan kompak), dengan warna kalus sebagian
besar hijau. Berat basah dan berat kering kalus tertinggi terdapat pada
medium M7 masing-masing (750,7 ± 357) mg dan (69,1 ± 32,3) mg,
sedangkan berat basah dan berat kering terendah terdapat pada medium M4
masing-masing (363,3 ± 230,9) mg dan (29,6 ± 21,1) mg. Secara umum,
medium M2 dapat dinyatakan sebagai variasi auksin dan sitokinin yang baik
untuk optimalisasi kalus remah tangkai daun C. asiatica."
Universitas Indonesia, 2007
S31476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Induksi kalus daun Centella asiatica (L.) Urban telah banyak dilakukan,
namun, tidak terdapat informasi mengenai urutan daun yang digunakan.
Penelitian bertujuan mengetahui respons daun urutan ke-1 (D1), ke-2 (D2)
dan ke-3 (D3) yang ditanam pada medium Murashige & Skoog 1962, dengan
empat macam kombinasi auksin dan sitokinin. Kombinasi tersebut adalah
2,4-D 0,5 mgl-1 + BA 0,5 mgl-1 (M1), 2,4-D 0,5 mgl-1 + Kinetin 0,5 mgl-1 (M2),
NAA 0,5 mgl-1 + BA 0,5 mgl-1 (M3) dan NAA 4 mgl-1 + Kinetin 2 mgl-1 (M4).
Eksplan dikultur dengan fotoperiodisitas 16 jam. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA UI Depok
(Oktober 2005--Maret 2006). Baik D1, D2 maupun D3 mampu membentuk
kalus, namun D1 dan D2 memiliki persentase lebih besar dan hari inisiasi
lebih awal. Medium dengan kombinasi zat pengatur tumbuh M1, M2, M3 dan
M4 dapat mendukung pembentukan kalus. Kalus pada medium dengan
kombinasi M1 dan M2 memiliki kategori sedikit hingga cukup banyak. Pada
medium dengan kombinasi M3 dan M4 kategori kalus yang diperoleh cukup
banyak hingga sangat banyak dan pada kalus tersebut tumbuh akar. Kalus
yang terbentuk memiliki tekstur dan warna bervariasi."
Universitas Indonesia, 2006
S31417
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui respon kalus Centella
asiatica (L.) Urban (pegagan) terhadap medium optimalisasi. Penelitian
dilakukan di Lab. Fisiologi Tumbuhan Dept. Biologi, FMIPA UI, Depok (Maret-
-September 2007). Kalus diinduksi dari tangkai daun bagian atas urutan
ke-1, menggunakan medium Murashige & Skoog (1962) dengan
penambahan 2,5 mgl-1 2,4-D dan 1 mgl-1 kinetin. Kalus yang telah terbentuk
beserta eksplan dipindahkan ke medium optimalisasi (Murashige & Skoog
1962) dengan penambahan 2,5 mgl-1 2,4-D atau NAA, yang dikombinasikan
dengan 0; 0,25; 0,5; 0,75; dan 1 mgl-1 kinetin. Kultur dipelihara pada kondisi
terang kontinu (2 minggu untuk induksi kalus dan 4 minggu untuk optimalisasi
kalus). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa seluruh eksplan mampu
membentuk kalus pada medium induksi. Secara umum, kalus hasil induksi
berwarna hijau. Namun, setelah disubkultur ke medium optimalisasi,
sebagian besar sampel pada tiap perlakuan mengalami pencokelatan.
Sebagian besar kalus hasil induksi maupun optimalisasi bertekstur kompak.
Sampel yang ditanam pada medium M9 (MS + 2,5 mgl-1 NAA + 0,75 mgl-1
kinetin) menunjukkan persentase kehidupan sampel paling tinggi (50%).
Dengan demikian, medium M9 merupakan medium yang paling mampu
menunjang pertumbuhan kalus dibandingkan kesembilan medium lainnya."
Universitas Indonesia, 2007
S31466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Septeza Dewi
"ABSTRAK
Physalis angulata L. merupakan tanaman yang banyak digunakan sebagai obat
tradisional, oleh karena itu untuk menjaga ketersediaannya perlu dilakukan
budidaya, salah satunya dengan kultur in vitro. Penelitian yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui respons eksplan daun P. angulata pada medium MS
vitamin MS + 2,4-D 0,3 mg l -1 (M1); MS vitamin MS + 2,4-D 0,4 mg l -1 (M2);
MS vitamin MS + NAA 0,5 mg l-1 & BAP 0,5 mg l-1 (M3), MS vitamin B5 + 2,4-
D 0,3 mg l -1 (M4); MS vitamin B5 + 2,4-D 0,4 mg l-1 (M5); MS vitamin B5 +
kombinasi NAA 0,5 mgl & BAP 0,5 mg l-1 (M6). Eksplan dikultur dengan
fotoperiodesitas 12 jam. Terdapat 4 kategori respons, yaitu terbentuknya kalus
(K), Akar adventif (A), kalus yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya akar
advenif (KA), serta kalus yang kemudian juga diikuti dengan tumbuhnya akar
adventif dan tunas adventif (KAT). Eksplan dapat membentuk K dan KA
diseluruh medium, sedangkan eksplan yang membentuk A saja hanya terlihat di
medium M2. Sementara itu, eksplan yang membentuk KAT juga hanya terlihat di
medium M3 dan M6. Secara keseluruhan, eksplan menunjukkan respons banyak
terbentuk di medium M6. Pada penelitian ini, eksplan dapat merespons media
perlakuan melalui tahapan kalogenesis dan organogenesis.

ABSTRACT
Physalis angulata L. is plant widely used in traditional medicines, therefore to
keep its availability the cultivation is required, one way to ensure its availability is
by using in vitro culture. Research aims to know response of P. angulata?s leaves
explant on medium MS supplemented with MS vitamins + 2,4-D 0,3 mg l -1 (M1);
MS supplemented with MS vitamins + 2,4-D 0,4 mg l -1 (M2); MS supplemented
with MS vitamins + NAA 0,5 mg l-1 & BAP 0,5 mg l-1 (M3), MS supplemented
with B5 vitamins + 2,4-D 0,3 mg l -1 (M4); MS supplemented with B5 vitamins +
2,4-D 0,4 mg l-1 (M5); MS supplemented with B5 vitamins + kombinasi NAA 0,5
mgl & BAP 0,5 mg l-1 (M6). The explant were cultured with photoperiodisity in
12 hours. The result show there are four categories response, the first, explant
response to form a callus (K), explant response to form adventitious root (A), next
is the callus formation that followed by the growth of adventitious root (KA), and
the last one callus formation that followed by the growth of adventitious root and
adventitious shoot. The explant could form K and KA in every medium, but the
one that form A only found in M2. However, the explant that form KAT only
found in several medium, which are medium M3 and M6. Overall, the explant
show response many formed in medium M6. By this research, the explant could
response to several action, such as through organogenesis and calogenesis."
2016
S65622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library