Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Mudjiyanto
"ABSTRAK
Berita hoaks dan ujaran kebencian bertebaran dimedia sosial akan mempengaruhi preferensi
pemilih yang menggunakan hak suaranya berdasarkan informasi kualitas dan visi dari perserta
Pemilu. Penyebaran hoaks dan ujaran kebencian mengancam demokrasi untuk mencapai
kesejahteraan bangsa. Terintegrasi dengan lanskap digital merupakan keniscayaan dan hoaks
adalah bagian tak terpisahkan dari lanskap digital. Maka dibutuhkan mentalitas kritis dan verifikasi
yang memungkinkan masyarakat hidup berdampingan dengan hoaks. Hoaks tidak ada kaitannya
dengan kebebasan berekspresi karena itu merupakan manipulasi. Strategi terbaik melawan hoaks,
pemerintah mendorong edukasi dan literasi digital masyarakat, pemuka masyarakat, komunitas dan
media massa konvensional menyajikan informasi yang proporsional dan berkualitas, masyarakat
menghasilkan dan berbagi konten positif, sehingga dapat menggeser suplai hoaks di media sosial,
serta menerapkan tindakan hukum yang efektif bagi penyebar hoaks."
Jakarta : BPSDMP Kominfo , 2018
384 KOMAS 14:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Dwi Yulianto
"

Abstrak

Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Sekumpulan faktor risiko yang dapat berinteraksi bersama terdiri dari obesitas sentral, kadar trigliserida tinggi, kadar kolesterol HDL rendah, kadar GDP tinggi, dan hipertensi dikenal dengan istilah sindrom metabolik (IDF, 2006). Seseorang yang mengalami sindrom metabolik mempunyai peluang 3 kali untuk mengalami serangan jantung dan stroke (IDF, 2006). Sementara, menurut IDF (2006)diestimasi bahwa 20-25% penduduk dewasa di dunia mengalami sindrom metabolik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sindrom metabolik dengan kejadian stroke pada penduduk berusia ≥ 15 tahun di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel kovariat. Desain studi penelitian yaitu potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh sebesar 24.451 responden. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh proporsi stroke berdasarkan diagnosis dokter sebesar 1,2%. Proporsi sindrom metabolik diperoleh sebesar 24,4%. Hasil analisis multivariat diperoleh hubungan yang signifikan antara sindrom metabolik dengan kejadian stroke (nilai p = 0,000) dengan aPOR sebesar 2,415 (95% CI: 1,883-3,099) dan diperoleh adanya variabel confounding yaitu variabel jenis kelamin dan usia. Sindrom metabolik dapat menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan dalam upaya pencegahan dan pengendalian stroke di Indonesia.

Kata Kunci: Sindrom Metabolik; Stroke; Riskesdas 2018

 


Abstract

Stroke is a non-communicable disease that becomes one of public health problems in the world, including in Indonesia. A group of risk factors that can be interacted together including central obesity, high triglyceride levels, low HDL levels, high GDP levels, and hypertension are known as metabolic metabolism (IDF, 2006). The person who has metabolic syndrome has a chance 3 times to have heart attacks and strokes (IDF, 2006). Meanwhile, according to IDF (2006) it is estimated that 20-25% of the adult population in the world having metabolic syndrome. This research aims to study the relationship between metabolic syndrome and stroke event in population aged ≥ 15 years old in Indonesia after being controlled by covariate variables. The design study of this research is cross sectional using data from Riskesdas 2018. The sample of this research that met the inclusion and exclusion criteria was 24,451 respondents. Based on the result of the analysis, the proportion of strokes based on the doctor's diagnosis is 1.2%. The proportion of metabolic syndrome obtained is 24.4%. The results of multivariate analysis obtained a significant relationship between metabolic syndrome and stroke event (p = 0,000) with aPOR of 2,415 (95% CI: 1,883-3,099) and obtained confounding variables such as gender and age. Metabolic syndrome can be an important factor to consider in efforts to prevent and control stroke event in Indonesia.

Keywords: Metabolic Syndrome; Stroke; Riskesdas 2018

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azkia Nur Zahrah
"Anak di bawah 5 tahun (balita) merupakan populasi dengan risiko anemia tertinggi dibandingkan dengan populasi kelompok usia lainnya (WHO, 2023). Prevalensi anemia pada populasi balita di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan dari 27,7% pada tahun 2007, kemudian meningkat sedikit menjadi 28,1% pada tahun 2013 dan meningkat tajam menjadi 38,5% pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018). Pada kelompok usia balita, anak usia 6 – 23 bulan menjadi kelompok usia dengan risiko tertinggi untuk mengalami anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan data sekunder dari Riskesdas 2018. Sampel penelitian merupakan anak usia 6-23 bulan di Indonesia dengan total sampel sejumlah 331 anak. Hasil penelitian menemukan besar prevalensi anemia pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia sebesar 58,9%. Berdasarkan hasil analisis bivariat, terdapat hubungan positif yang signifikan antara jenis kelamin (PR = 1,339; 95% CI  1,033-1,635) dan hubungan negatif yang signifikan (protektif) antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian anemia pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia (PR = 0,613 95% CI 0,537-1,290). Penggalakan program pemeriksaan Hb anemia pada anak usia 6-23 bulan, pemberian PMT yang kaya zat besi kepada anak usia 6-23 bulan dengan anemia, serta edukasi mengenai anemia pada anak melalui posyandu maupun puskesmas setempat diperlukan untuk mencegah dan mengendalian anemia pada anak.

Toddlers are the population with the highest risk of anemia compared to other age group populations (WHO, 2023). The prevalence of anemia in the under-five population in Indonesia tends to continue to increase from 27.7% in 2007, then increased slightly to 28.1% in 2013 and increased sharply to 38.5% in 2018 (Ministry of Health RI, 2018). In the toddler age group, children aged 6-23 months are the age group with the highest risk for anemia. This study aims to determine the factors associated with the incidence of anemia in children aged 6-23 months in Indonesia. This study used a cross-sectional study design with secondary data from the 2018 Riskesdas. The research sample was children aged 6-23 months in Indonesia with a total sample of 331 children. The results of the study found that the prevalence of anemia in children aged 6-23 months in Indonesia was 58.9%. Based on the results of bivariate analysis, there was a significant positive relationship between gender (PR = 1.339; 95% CI 1.033-1.635) and a significant negative (protective) relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of anemia in children aged 6-23 months in Indonesia ( PR = 0.613 95% CI 0.537-1.290). Promoting programs for checking Hb anemia in children aged 6-23 months, giving PMT which is rich in iron to children aged 6-23 months with anemia, as well as education about anemia in children through posyandu and local health centers is needed to prevent and treat anemia in children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syeri Febriyanti
"Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan dunia. Prevalensi hipertensi diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2025 nanti. Di Indonesia, penderita hipertensi didominasi oleh penduduk berjenis kelamin perempuan. Salah satu faktor risiko yang bisa menyebabkan kejadian hipertensi adalah penggunaan kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal pasca salin dengan kejadian hipertensi pada wanita usia subur. Desain penelitian adalah cross sectional dilakukan pada Januari-Juni 2023 menggunakan data Riskesdas 2018. Kelompok terpajan adalah 45.178 responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan kelompok tidak terpajan adalah 30.845 responden yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengguna kontrasepsi hormonal pasca salin dengan kejadian hipertensi setelah mengendalikan umur dan indeks masa tubuh dengan nilai PR=1,10 (1,06– 1,12). Pada penelitian ini juga menilai hubungan antara jenis kontrasepsi hormonal pasca salin diantaranya kontrasepsi suntikan 3 bulan dengan nilai PR=1,08 (CI 95% 1,05-1,12); kontrasepsi suntikan 1 bulan dengan nilai PR 0,99 (CI 95% 0,93-1,05); kontrasepsi implan PR 0,90 (CI 95% 0,84-0,96); dan kontrasepsi pil PR 1,30 (CI 95% 1,23-1,35). Hal ini diharapkan bisa menjadi gambaran bahwa pemilihan kontrasepsi sangatlah penting untuk mencegah hipertensi dikemudian hari.

Hypertension is one of diseases caused world health problems. The prevalence of hypertension is predicted will be increase. Hypertension in Indonesia are dominated by the female population. One of the risk factors caused hypertension is the use of hormonal contraception. This study aims to determine the association between the last birth hormonal contraception and the prevalence of hypertension. The research design was cross-sectional from January to June 2023 used the 2018 Riskesdas data. The exposed group was 45,178 respondents who used hormonal contraception and the unexposed group was 30,845 who did not use hormonal contraception. The results showed that there was a significant association between the use of hormonal contraception and the prevalence of hypertension after controlling for age and body mass index with AdjPR 1.10 (95% CI 1.06–1.12). This study also assessed the association between types of hormonal contraception including 3-month injection contraception with AdjPR value of 1.08 (95% CI 1.05-1.12); 1-month injectable contraception with AdjPR value of 0.99 (95% CI 0.93-1.05), implant contraceptive AdjPR 0.90 (95% CI 0.84-0.96), and contraceptive pill AdjPR 1.30 (95% CI 1.23-1.35). This is expected to illustrate the importance of choosing the right contraception to prevent the hypertension."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhanifah Hamdah
"Difteri merupakan penyakit re-emerging yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria dan menyebabkan kematian. Kematian akibat difteri ini di dunia memiliki CFR 5 – 10% dan di Indonesia CFR difteri sebesar 2% sehingga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian akibat difteri di Indonesia Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan data surveilans laporan rutin kasus difteri di Indonesia tahun 2018. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan unit analisis individu yang menderita difteri di Indonesia tahun 2018. Pada penelitian ini didapatkan 817 kasus dengan 2,8% penderita meninggal dan tempat tinggal responden paling banyak di Jawa Barat, yaitu 211 penderita. Faktor jenis kelamin, status imunisasi primer difteri, dan status pemberian Anti Difteri Serum (ADS) tidak berhubungan secara statistik dengan kematian akibat difteri. Faktor yang berhubungan secara statistik dengan kematian akibat difteri, yaitu umur < 15 tahun (OR = 7,863; 95% CI = 1,831 – 33,77) dan diagnosis penderita difteri konfirmasi laboratorium (OR = 2,774; 95% CI = 1,000 – 7,693).

Diphtheria is a re-emerging disease caused by the Corynebacterium diphtheria bacteria and causes death. The death from diphtheria in the world has CFR of 5-10% while in Indonesia has CFR is 2% that make it becomes one of public health concerns. This study aims to determine the factors associated with diphtheria deaths in Indonesia in 2018 using surveillance data on routine reports of diphtheria cases in Indonesia in 2018. The study design used was cross-sectional with a unit of analysis of individuals suffering from diphtheria in Indonesia in 2018. In this study there were 817 cases with 2.8% of patients dying and mostly of them living in West Java province (211 patients). Sex factors, primary diphtheria immunization status, and Serum Anti Diphtheria (ADS) status were not statistically related to diphtheria deaths. Factors statistically associated with diphtheria deaths were age <15 years (OR = 7.863; 95% CI = 1,831 - 33,77) and diagnosis of diphtheria patients from laboratory confirmation (OR = 2,774; 95% CI = 1,000 - 7,693)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuriyatin Auliyarrahman Jauhari
"Depresi menjadi penyebab utama disabilitas di seluruh dunia dan berkontribusi pada beban penyakit global. Dampak depresi yang tidak tertangani adalah bunuh diri dimana hal ini akan meningkatkan angka mortalitas nasional. Prevalensi depresi di Indonesia meningkat dari 3,7% menjadi 6,1% di tahun 2015 ke tahun 2018. Diabetes melitus yang merupakan faktor risiko depresi juga mengalami peningkatan prevalensi pada periode tahun yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan diabetes melitus dengan kejadian depresi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder Riskesdas 2018. Responden penelitian adalah penduduk di Indonesia yang berusia ≥ 18 tahun. Terdapat 646.000 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan hasil analisis didapatkan prevalensi depresi sebesar 6% dan prevalensi diabetes melitus sebesar 2,2%. Terdapat hubungan yang signifikan antara diabetes melitus dengan depresi. Responden yang memiliki diabetes melitus 1,8 kali (POR=1,827; 95%CI=1,732—1,927) lebih mungkin untuk mengalami depresi dibanding dengan seseorang yang tidak memiliki diabetes melitus setelah dikontrol oleh variabel penyakit kronis lain.

Depression is becoming the leading cause of disability worldwide and contributing to the global burden of disease. The impact of untreated depression is suicide, which raises the national mortality rate.  The prevalence of depression in Indonesia increased from 6% to 6.1% in 2015 to 2018. Diabetes mellitus as a risk factor for depression also has prevalence which keep increasing in 2015 to 2018. This study aims to determine the relationship between diabetes mellitus and depression in Indonesia. This study used a cross-sectional study design. The data source used was secondary data obtained from Riskesdas 2018. The respondents of the study were all population in Indonesia aged ≥ 18 years. There were 646000 respondents that matched the inclusion and exclusion criteria. The results of the study found that the prevalence of depression was 6% and the prevalence of diabetes mellitus was 2.2%. There is a significant association between diabetes mellitus and depression. Respondents who had diabetes mellitus 1.8 (POR=1.827; 95%CI=1.732—1.927) more likely to become depressed than those who did not have diabetes mellitus after being controlled by other chronic disease variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Andari Hidayat
"Hipertensi merupakan faktor risiko yang dapat dicegah paling umum dari penyakit kardiovaskular. Riskesdas mencatat adanya peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 8,31% dari tahun 2013 – 2018. Seseorang dengan tekanan darah sedikit lebih tinggi dari ambang batas normal, atau yang disebut prehipertensi, berisiko lebih untuk mengalami hipertensi. Berdasarkan JNC-VII, prehipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik sebesar 120 – 139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80 – 89 mmHg pada orang dewasa berusia ≥18 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian prehipertensi pada penduduk usia ≥18 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan analisis bivariat dan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar 2018 dengan total sampel sebesar 34.040 orang dewasa usia ≥18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi prehipertensi penduduk usia ≥18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 53,6% dan faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian prehipertensi antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, wilayah tempat tinggal, status merokok, jumlah konsumsi rokok, aktivitas fisik, serta obesitas yang merupakan faktor paling domanan dengan nilai p 0,001 dan PR sebesar 1,31 (95% CI; 1,27 – 1,35). Oleh karena itu, upaya-upaya pencegahan prehipertensi perlu dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor risiko agar perkembangannya dapat ditekan.

Hypertension is the most common preventable risk factors for the development of cardiovascular diseases. Riskesdas recorded an increase in hypertension prevalence in population aged ≥18 years by 8,31% from 2013 – 2018. Individuals that having blood pressure slightly higher than normal, or also known as prehypertension, is at increased risk of developing hypertension. According to JNC-VII, prehypertension is defined as a systolic blood pressure of 120-139 mmHg or a diastolic blood pressure of 80-89 mmHg in adults aged 18 years and above. This study aims to know the risk factors associating with prehypertension in Indonesian Population aged 18 and above. This study used cross-sectional design with bivariate analysis and secondary data from the 2018 Basic Health Research with total sample of 34.040 adults aged 18 years and above. The result showed that the prevalence of prehypertension among adults aged 18 year and above in Indonesia was 53,6%. Factors related to prehypertension are age, sex, education level, employment status, marital status, area of residence, smoking status, number of cigarettes consumed, physical activity, and obesity. The most dominan factor related to prehypertension is obesity with p value = 0,001 and PR=1,31 (95% CI; 1,27 – 1,35). Therefore, prevention efforts need to be taken in regards to the risk factors of prehypertension so the development can be suppressed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira
"Penelitian ini membahas mengenai dampak implementasi kebijakan Goods and Services Tax tahun 2015 terhadap kekalahan koalisi Barisan Nasional pada Pemilu Malaysia 2018.. GST merupakan kebijakan mengenai pajak barang dan jasa pengganti kebijakan SST yang diterapkan pada 1 April 2015. Dimana seluruh barang dan jasa baik dalam proses produksi, konsumsi dan distribusi dikenakan pajak sebesar 6%. Pertanyaan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah "bagaimana dampak implementasi kebijakan GST (Goods and Services Tax) yang diterapkan pada tahun 2015 terhadap kekalahan koalisi Barisan Nasional dalam Pemilihan Umum Malaysia 2018? Dalam menjawab pertanyaaan penelitian tersebut, penulis akan mengacu pada teori economic voting dari Michael Lewis dan Richard Nadeu pada tahun 2011 dengan metode penelitian kualitatif. Adapun teori ini menjelaskan mengenai pemilih akan melihat kondisi ekonomi negara dan kebijakan yang diterapkan selama periode pemerintahan petahana sebagai salah satu faktor yang memengaruhinya dalam memilih. Adapun indikator yang digunakan dalam teori ini adalah pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, dan kebijakan pajak. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah implementasi GST memiliki dampak negatif terhadap inflasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, daya beli, tingkat konsumsi, dan biaya hidup masyarakat. Dampak dari implementasi inilah menyebabkan rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintah, yang menyebabkan kalahnya Barisan Nasional dalam Pemilihan Umum 2018.

This study discusses the impact of the implementation of Goods and Services Tax policy on the defeat of the Barisan Nasional coalition in Malaysia General Election 2018. GST is a policy on goods and services tax substitutes for the SST policy applied on April 1, 2015. Where all goods and services are well in the production process consumption and distribution are subject to a tax of 6%. Research question in this study is "what is the impact of implementation Goods and Services Tax policy implemented in 2015 on the defeat of Barisan Nasional coalition in the Malaysia General Election 2018?". In answering the research question, this paper will refer to the theory of economic voting from Michael Lewis and Richard Nadeu. The theory explains that voters will look at the country's economic conditions and policies implemented during the incumbent government period as one of the factors that influence it. in choosing. The indicators used in this theory are economic growth, inflation, unemployment, and tax policy. The conclusion in this study is that GST Implementation has a negative impact on inflation, economic growth, unemployment, purchasing power, consumption level, and people's living costs. The impact of this implementation caused a low level of community satisfaction with the government, which led to the defeat of Barisan Nasional in the 2018 General Election."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tanisa Karima
"ABSTRAK
Analisis mekanisme fokus dilakukan terhadap 5 gempa bumi besar yang terjadi di Lombok selama bulan Juli-Agustus 2018 dengan menggunakan program KIWI dengan tujuan untuk membandingkan parameter sumber 5 gempa bumi tersebut. Prinsip program KIWI adalah mengolah tiga komponen gelombang gempa bumi pada berbagai stasiun untuk dilakukan proses inversi agar mendapatkan moment tensor dengan bantuan Fungsi Green, yang kemudian digunakan untuk membuat gelombang sintetis. Parameter-parameter sumber diambil dari gelombang sintetis tersebut, dan gelombang sintetis dianggap baik apabila kecocokan dengan gelombang observasinya memiliki nilai misfit dibawah 1. Seletah dilakukan pengolahan data untuk kelima event gempa bumi tersebut, didapatkan bahwa gempa bumi pada 29 Juli 2018 (Mw = 6,5) memiliki nilai strike sebesar 64o, nilai dip 21o, dan nilai rake 75o untuk bidang pertama, dan nilai strike sebesar 260o, nilai dip 70o, dan nilai rake 96o untuk bidang kedua.Gempa bumi tanggal 5 Agustus 2018 (Mw = 6,9) memiliki nilai strike 61o, nilai dip 28o, dan nilai rake 93o untuk bidang pertama, dan nilai strike sebesar 238o, nilai dip 62o, dan nilai rake 88o untuk bidang kedua. Lalu, gempa bumi tanggal 9 Agustus 2018 (Mw = 5,9) memiliki nilai strike 62o, nilai dip 36o, dan nilai rake 81o untuk bidang pertama, dan nilai strike sebesar 253o, nilai dip 55o, dan nilai rake 96o untuk bidang kedua. Kemudian, pada gempa bumi pertama di tanggal 19 Agustus 2018(Mw = 6,3), didapatkan nilai strike 74o, nilai dip 18o, dan nilai rake 93ountuk bidang pertama, dan nilai strike sebesar 251o, nilai dip 73o, dan nilai rake 89ountuk bidang kedua. Terakhir, pada gempa bumi kedua di tanggal 19 Agustus 2018(Mw = 6,9), didapatkan nilai strike 67o, nilai dip 29o, dan nilai rake 87o untuk bidang pertama, dan nilai strike sebesar 250o, nilai dip 61o, dan nilai rake 92o untuk bidang kedua. Kelima gempa bumi ini memiliki parameter sumber yang serupa, dan memiliki bola-bola fokal yang menyatakan bahwa jenis sesar pada gempa bumi-gempa bumi ini adalah reverse fault atau patahan naikdengan bentuk bola fokal yang serupa, serta waktu kejadian dan jarak yang berdekatan sehingga kemungkinan besar disebabkan oleh sistem patahan yang sama.

ABSTRACT
Focal mechanism study was carried out on 5 major earthquakes that occurred in Lombok onJuly-August 2018 using the KIWI program with the aim of comparing the parameters of the 5 earthquake sources. The principle of the KIWI program is to process three earthquake wave components at various stations to do an inversion process to obtain the moment tensor with the help of the Greens Function, which is then used to make synthetic waves representing the observation waves. Source parameters are taken from these synthetic waves, and synthetic waves are considered good if the match with the observation waves have a misfit value below 1. After data are processedfor all the five earthquake events, it was found that the earthquake on July 29th, 2018 (Mw = 6,5) had a strike value of 64o, the value dip 21o, and rake value 75o for the first plane, and strike value of 260o, dip value 70o, and rake value 96o for the second plane. The earthquake on August 5th, 2018 (Mw = 6,9) has a strike value of 61o, a dip value of 28o, and a rake value of 93o for the first plane, and a strike value of 238o, a dip value of 62o, and a rake value of 88o for the second plane. Then, the August 9th, 2018(Mw = 5,9) earthquake had a strike value of 62o, a dip value of 36o, and arake value of 81ofor the first plane, and a strike value of 253o, a dip value of 55o, and a rake value of 96o for the second plane. For the first earthquake on August 19th, 2018 (Mw = 6,3), the strike value was 74o, the dip value was 18o, and the rake value was 93ofor the first plane, and the strike value was 251o, the dip value was 73o, and the rake value was 89o for the second plane. Finally, for the second earthquake on August 19th, 2018(Mw =6,9), the strike value was 67o, the dip value was 29o, and the rake value was 87o for the first plane, and the strike value was 250o, the dip value was 61o, and the rake value was 92o for the second plane. These five earthquakes have similar source parameters, and have focal balls which state that the type of fault in these earthquakes are reverse faults. The similar source parameters, close range of time of occurrence & hypocenter distances indicate that the earthquake events were most likely caused by the same fault."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vesri Yoga
"Latar Belakang: Kolangitis akut merupakan penyakit dengan tingkat mortalitas tinggi sehingga diperlukan diagnosis dan tatalaksana segera. Tokyo Guidelines 2018 (TG18) sebagai modalitas diagnostik perlu dinilai sensitivitasnya. Serta prediktor mortalitas kolangitis akut di Indonesia masih belum pernah diteliti. 
Tujuan: Menilai performa diagnostik TG18 dan prediktor mortalitas pasien kolangitis akut dewasa di Indonesia.
Metode: Studi kohort retrospektif dilakukan menggunakan rekam medis pasien kolangitis RSCM dari tahun 2019-2022. Perbandingan dengan baku emas ERCP dilakukan untuk TG18. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk menilai prediktor mortalitas. 
Hasil: Subjek penelitian 163 orang dengan 51,5% laki-laki dengan rerata usia 51,0 ±12,81 tahun. Tingkat mortalitas selama di rumah sakit mencapai 11,6%. Sensitivitas TG18 dengan ERCP adalah 84,05% (95%CI 77,51-89,31%). Prediktor mortalitas yang bermakna pada analisis univariat adalah TG18 derajat III (RR 13,846 (3,311-57,897), p<0,001), riwayat keganasan (RR 4,400 (1,525-12,687), p=0,006), pemilihan antibiotik tidak sesuai pedoman (RR 3,275 (1,366-7,851), p=0,008) dan kadar prokalsitonin ≥ 2.0 ng/mL (RR 2,440 (1,056-5,638), p=0,037). Pada analisis multivariat prediktor yang bermakna adalah TG18 derajat III (RR 10,670 (2,502-45,565), p=0,001), penggunaan antibiotik tidak sesuai pedoman (RR 2,923 (1,342-6,367), p=0,007), dan kadar prokalsitonin ≥2.0 ng/mL (RR 2,371 (1,183-4,753), p=0,015). 
Simpulan: Sensitivitas TG18 cukup tinggi sehingga bisa digunakan untuk membantu diagnosis kolangitis akut. Prediktor mortalitas kolangitis akut mencakup derajat III berdasarkan TG18, pengguaan antibiotik tidak sesuai pedoman, dan kadar prokalstionin ≥2.0 ng/mL.

Background: Acute cholangitis is a disease with a high mortality rate that requires prompt diagnosis and treatment. Tokyo Guidelines 2018 (TG18) as a diagnostic modality need to be assessed for sensitivity. Predictors of acute cholangitis mortality in Indonesia are still unknown. Objective Assessing the diagnostic performance of TG18 and predictors of mortality in adult acute cholangitis patients in Indonesia.
Methods A retrospective cohort study was conducted using the medical records of RSCM cholangitis patients from 2019-2022. Comparisons with the ERCP gold standard were made for TG18. Bivariate and multivariate analyzes were performed to assess predictors of mortality.
Results The research subjects were 163 people with 51.5% male with a mean age of 51.0 ± 12.81 years. The mortality rate during hospitalization reached 11.6%. The sensitivity of TG18 with ERCP as the gold standard were 84.05% (95%CI 77.51-89.31%). Significant predictors of mortality in Univariate analysis was TG18 grade III (RR 13,846 (3,311-57,897), p<0,001), history of malignancy (RR 4,400 (1,525-12,687), p=0,006), the use of antibiotics did not comply with the guidelines (RR 3,275 (1,366-7,851), p=0,008) and procalcitonin level ≥ 2.0 ng/mL (RR 2,440 (1,056-5,638), p=0,037) In multivariate analysis the significant predictors were TG18 degree III (RR 10,670 (2,502-45,565), p=0,001), the use of antibiotics did not comply with the guidelines (RR 2,923 (1,342-6,367), p=0,007) and procalcitonin level ≥ 2.0 ng/mL (RR 2,371 (1,183-4,753), p=0,015).
Conclusions: The sensitivity of TG18 is high enough that it can be used to help diagnose acute cholangitis. Predictors of acute cholangitis mortality included grade III based on TG18, inappropriate use of antibiotics and procalcionine level  ≥ 2.0 ng/mL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>