Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adly Nanda Al Fattah
"Latar Belakang: Defisiensi vitamin D berhubungan dengan berbagai luaran kehamilan yang tidak baik seperti pre-eklamsia, diabetes melitus gestasional, bayi berat lahir rendah, dan kelahiran preterm. Vitamin D diduga berperan dalam patofisiologi terjadinya kelahiran preterm melalui mekanisme penekanan mediator inflamasi. 

Tujuan: Penelitian ini bertujuan membandingkan kadar 25 (OH) D serum ibu dan tali pusat pada kelahiran preterm dan cukup bulan. Selain itu juga dicarikorelasi antara kadar 25 (OH) D serum ibu dengan tali pusat.

Metode: Pada penelitian ini digunakan desain potong-lintang. Penelitian dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RS Budi Kemuliaan Jakarta, mulai dari Januari 2017 sampai dengan Februari 2018. Kadar 25 (OH) D ibu dan tali pusat dibandingkan antara kelompok cukup bulan dan preterm.
Hasil: Didapatkan 81 subjek yang dapat dilakukan analisis, yaitu 36 subjek (44,4%) melahirkan cukup bulan dan 45 (55,6%) preterm. Median 25 (OH) D maternal pada kelompok preterm dan cukup bulan berturut-turut 15 ng/mL dan 13,95ng/mL, sedangkan tali pusat 13 ng/ml dan 11,85 ng/ml.Tidak terdapat perbedaan kadar 25 (OH) D serum maternal (p=0,96) dan tali pusat (p=0,80) antara kedua kelompok. Terdapat korelasi positif antara kadar 25(OH) ibu dengan tali pusat (r=0,59, p<0,001 untuk kelompok cukup bulan dan r=0,44, p<0,002 untuk kelompok preterm).
Kesimpulan: Kadar 25 (OH) D serum ibu dan tali pusat tidak berbeda bermakna antara kelompok kelahiran preterm dancukup bulan. Terdapat korelasi antara kadar 25 (OH) D ibu dengan tali pusat.

Background: Vitamin D deficiency is associated with poor outcomes of pregnancy such as pre-eclampsia, gestational diabetes mellitus, low birth weight infants, and preterm birth. Vitamin D is thought to play a role in the pathophysiology of preterm deliveries through the mechanism of inflammatory mediator suppression.
Objective: To compare maternal and umbilical serum 25 (OH) D levels between preterm and aterm deliveries group. In addition, the correlation between maternal and umbilical cord serum of 25 (OH) D were analyzed.
Method: This cross-sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital and Budi Kemuliaan Hospital Jakarta from January 2017 to February 2018. Pre-delivery maternal venous blood and umbilical cord vitamin D serum levels were measured for both of term and preterm deliveries group.
Result: Eighty one subjects were eligible for analysis, 36 subjects (44.4%) delivered term babies and 45 (55.6%) delivered preterm babies. Median level of maternal serum 25 (OH) D were resepectively 15 ng/mL and 13.95 ng/mL for preterm and term group. Umbilical cord serum 25 (OH) D levels were respectively 13 ng/ml and 11.85 ng/ml for preterm and term group. There was no statistically difference between pereterm and term group of both maternal and umbilical serum 25 (OH) D levels (respectively p = 0.96, p = 0.80). There was a positive correlation between the maternal and umbilical 25 (OH) D levels in both groups (r = 0.59, p <0.001 for term group and r = 0.44, p <0.002 for preterm group).
Conclusions: Maternal and umbilical serum 25 (OH) D levels were not significantly different between term and preterm groups. There was a correlation between maternal and umbilical serum levels of 25 (OH) D."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sammy Yahya
"Latar belakang dan tujuan: Akne vulgaris AV merupakan inflamasi kronik pada unit pilosebasea. Beberapa penelitian telah meneliti kadar 25-hydroxyvitamin D [25 OH D] serum pada pasien AV dengan hasil bervariasi, namun umumnya rendah. Kadar vitamin D diduga terpengaruh oleh pajanan sinar matahari, letak geografis, ras/tipe kulit, dan asupan makanan, sehingga mungkin temuan di Indonesia akan berbeda daripada penelitian terdahulu di luar negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar 25 OH D serum dan hubungan dengan derajat keparahan, lesi inflamasi, noninflamasi, dan total lesi AV.
Metode: Penelitian potong lintang ini melibatkan 30 subjek penelitian SP, direkrut secara consecutive sampling, terbagi rata ke dalam kelompok AV ringan AVR, AV sedang AVS, dan AV berat AVB berdasarkan klasifikasi Lehmann. Faktor risiko AV yang berkaitan dengan vitamin D pajanan sinar matahari, penggunaan tabir surya, suplementasi, jumlah lesi, dan kadar 25 OH D serum dinilai pada seluruh SP.
Hasil : Median kadar 25 OH D serum pada kelompok AVR, AVS, dan AVB yaitu 16,3 9,1- 17,8 ng/mL, 12,7 9,6-15,6 ng/mL, dan 9,35 4,9-10,9 ng/mL Median pada kelompok AVR dan AVS lebih tinggi dibandingkan AVB.
......
Background and objective: Acne vulgaris AV is chronic inflammation of pilosebaceous units. Several studies have investigated the levels of serum 25 hydroxyvitamin D 25 OH D in AV patients with varying outcomes, but mostly decreased. Vitamin D levels are thought to be affected by sun exposure, geographical location, race skin type, and food intake, that research in Indonesia may yield different results. This study aimed to determine the level of serum 25 OH D and its association with the severity and the number of inflammatory, noninflammatory, and total AV lesions.
Methods: This cross sectional study included 30 patients. Subjects were recruited by consecutive sampling, grouped equally into mild, moderate, and severe AV based on Lehmann's classification. The risk factors for inadequate vitamin D such as sun exposures, sunscreen, and suplements, the number of lesions, and serum 25 OH D levels were assessed on all subjects.
Results: The median concentrations of serum 25 OH D in the three groups were respectively 16.3 9.1 17.8 ng mL, 12.7 9.6 15.6 ng mL, and 9.35 4.9 10.9 ng mL p."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Peppy Fourina
"Latar belakang: Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim yang besar.
Hijab dipakai oleh banyak wanita di Indonesia, sedangkan hijab berpotensi mengurangi
serapan sinar matahari di kulit yang memengaruhi sintesis vitamin D. Beberapa
penelitian telah mengaitkan defisiensi kadar 25-hydroxyvitamin D serum dengan
kerontokan rambut, tetapi tidak pernah dilakukan pada kelompok perempuan berhijab.
Tujuan: Mengetahui hubungan kadar 25-hydroxyvitamin D serum dengan kerontokan
rambut pada perempuan dewasa usia subur berhijab (H) dan tidak berhijab (TH).
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan sepanjang bulan November 2019
hingga Maret 2020. Data terkait pemakaian hijab, kerontokan rambut, skor pajanan
sinar matahari, jumlah rambut rontok harian, hair pull test, dan kadar 25-
hydroxyvitamin D serum dievaluasi pada masing-masing 30 subjek berhijab dan tidak
berhijab yang tidak menderita penyakit sistemik maupun kejiwaan.
Hasil: Median kadar 25-hydroxyvitamin D serum pada kelompok H adalah 8,70 (6,13-
34,10) ng/mL dan mean kadarnya pada kelompok TH adalah 16,70 6,30 ng/mL.
Median jumlah rambut rontok harian pada kelompok H adalah 28,62 (3,00-118,50) helai
dan pada kelompok TH adalah 18,25 (3,50-134,50) helai. Berdasarkan uji korelasi
Spearman, didapatkan koefisien korelasi r = -0,190 pada kelompok H (p = 0,315), dan r
= 0,193 pada kelompok TH (p = 0,308).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan kadar 25-hydroxyvitamin D serum dengan
kerontokan rambut baik pada perempuan dewasa usia subur berhijab maupun tidak
berhijab.
......Background: Indonesia has a large muslim population. As hijab is considered
compulsory for most, wearing it may potentially reduce skin absorption of sunlight
which plays important role in vitamin D synthesis. Several studies had described
significant correlation between serum 25-hyroxyvitamin D level and hair loss, but never
specifically conducted in hijab wearing women.
Objective: To assess the correlation between serum 25-hydroxyvitamin D level and
hair loss in adult childbearing-age women who wear (H) and do not wear hijab (NH).
Methods: This cross-sectional study was conducted from November 2019 to March
2020. Data concerning hijab use, hair loss, sun exposure score, daily hair loss, hair pull
test, and serum 25-hydroxyvitamin D level were evaluated in 30 subjects of each group.
Results: The median level of serum 25-hydroxyvitamin D in the H group was 8,70
(6,13-34,10) ng/mL while the mean serum level in the NH group was 16,70 6,30
ng/mL. The median number of daily hair loss in the wearing hijab group was 28,62
(3,00-118,50) and in the not-wearing hijab group was 18,25 (3,50-134,50). Based on
Spearman’s correlation test, r = -0,190 in the H group (p = 0,315) and r = 0,193 in the
NH group (p = 0,308).
Conclusion: There was no significant correlation between serum 25-hydroxyvitamin D
level and hair loss in both groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library