Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harry Swaramadani
"Pengaplikasian Metode atomisasi plasma sudah sangat berkembang pesat dalam industri manufaktur. Metode atomisasi plasma ini mendukung dalam proses Powder Metallurgy yang membutuhkan bahan baku berupa serbuk sebagai material dasarnya. Penelitian sebelumnya menerangkan proses pembuatan serbuk menggunakan Ti-6AL-4V sebagai logam spesimen uji dengan mencari parameter terbaik berdasarkan panjang nozel anoda dan kecepatan umpan. Pada penelitian kali ini difokuskan dengan metode penggunaan alat yang didevelop agar dapat menurunkan elektroda katoda secara otomatis sehingga diharapkan dapat menjaga jarak antara katoda dan anoda secara kontinue untuk mendapatkan plasma arc temperatur yang stabil. Penggunaan parameter pada penelitian ini disesuaikan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iqomatuddin yakni dengan menggunakan anoda sepanjang 70 mm serta kecepatan sebesar 1mm3/s. Hasil serbuk dengan metode penggunaan Automatic Device memiliki ukuran rata-rata yang lebih kecil untuk mesh 100 dan 200 serta menghasilkan jumlah serbuk yang lebih banyak untuk ukuran <50 um – 200 um yang selanjutnya dinyatakan bahwa null hypothesis is rejected untuk perbandingan weight percentage pada ukuran mesh 100, 200 dan 325. Serbuk yang dihasilkan memiliki bebagai jenis bentuk  pada kedua metode yang digunakan yakni bentuk irregular, bola satelit dan bentuk bola. Bentuk kurva lonceng menggambarkan ukuran serbuk pada setiap pemisahan mesh terdistribusi yang memiliki standar deviasi yang masih berada pada wilayah persebaran ukuran serbuk.

The application of the plasma atomization method has developed very rapidly in the manufacturing industry. This plasma atomization method supports the Powder Metallurgy process which requires raw materials in the form of powder as the basic material. Previous research has explained the process of making powder using Ti-6AL-4V as a metal test specimen by finding the best parameters based on the length of the anode nozzle and feed speed. In this study, it is focused on the method of using a tool that was developed in order to automatically lower the cathode electrode so that it is expected to maintain the distance between the cathode and anode continuously to obtain a stable plasma arc temperature. The use of parameters in this study was adjusted to previous research conducted by Iqomatuddin, namely by using an anode with a length of 70 mm and a speed of 1mm3/s. The results of the powder using the Automatic Device method have a smaller average size for 100 and 200 mesh and produce a larger amount of powder for sizes <50 um - 200 um which is further stated that the null hypothesis is rejected for comparison of weight percentage on mesh size. 100, 200 and 325. The resulting powder has various types of shapes in the two methods used, namely irregular shapes, satellite balls and spherical shapes. The shape of the bell curve describes the size of the powder in each distributed mesh separation which has a standard deviation that is still in the region of the distribution of the powder size."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumaryono
"Baja tahan karat austenit tipe 316 banyak digunakan untuk pembuatan bejana tekan, tangki, pipa dan lain-lain yang memerlukan penyambungan dengan pengelasan. Akibat panas pengelasan tersebut baja tahan karat tersebut mudah mengalami sensitisasi, dimana ketahanan korosi baja menurun. Hal ini disebabkan karena pada daerah sambungan las khususnya di daerah pengaruh panas (HAZ) terbentuk karbida krom.
Dalam penelitian ini telah dipelajari pengaruh proses pengelasan terhadap terjadinya sensitisasi. Proses pengelasan dilakukan dengan menggunakan teknik las busur listrik elektroda terbungkus (SMAW) arus searah dengan masukan panas konstan tetapi dengan variasi perlakuan.
Perlakuan meliputi a. celup dalam air (3 buah sampel) b. pendinginan di udara (6 buah sampel) c. pemberian laku-pangs lanjut-PWHT sampai suhu 900 C selama 1 jam terhadap 3 buah sampel yang didinginkan di udara. Setelah pengelasan dan perlakuan maka dilakukan pengkorosian dengan direndam dalam larutan 50% H2SO4 + 2.5% Fez (SO4)3, boiling, suhu 85° C - 90° C selama 120 jam (Metode Streicher). Setelah pengkorosian dilakukan berbagai pengujian meliputi a. uji tarik b. uji kekerasan c. uji metalografi dan uji SEM + EDAX.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi dalam bentuk sensitisasi meningkat setelah benda uji mendapatkan perlakuan. Benda uji yang dicelup dalam air tidak menunjukkan sensitisasi sementara yang didinginkan di udara menunjukkan terjadinya sensitisasi dan bahkan benda uji yang di PWHT menunjukkan sensitisasi lebih parch. Hal terakhir kemungkinan juga disebabkan adanya reaksi gabungan yaitu proses oksidasi suhu tinggi sewaktu di PWHT yang lebih mempercepat sensitisasi sewaktu dikorosikan. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suparta
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Octaviani
"Metode yang paling sering digunakan untuk menggabungkan struktur logam adalah pengelasan fusi seperti Gas Tungsten Arc Welding (GTAW). Metode ini sebagian besar telah dikembangkan melalui percobaan, yakni trial and error. Di era modern, banyak penelitian yang dilakukan tidak hanya melalui eksperimen nyata, tetapi juga dibantu oleh komputer untuk mendapatkan manfaat yang lebih.
Tujuan dari penelitian ini adalah meresepkan sebuah metode sederhana untuk memasukkan sumber panas bergerak ke dalam suatu model elemen hingga. Dalam hal ini, sumber panas harus bergerak sepanjang garis lurus dalam sebuah model 3D yang dilakukan menggunakan software ANSYS APDL 14. Diharapkan, penelitian ini akan dapat memfasilitasi simulasi pengelasan geometri sederhana pada baja tahan karat AISI 316, terutama untuk menganalisis fenomena panas transien dan memahami gradien termal yang mempengaruhi zona fusi pada pengelasan GTAW.
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan ada dua, yakni temperatur dan kecepatan gerak sumber panas. Temperatur yang diambil sebagai patokan adalah 6.000oC (6.273 K) dan 19.000oC (19.273 K), sementara kecepatan sumber panas adalah sebesar 5 mm/s dan 9 mm/s. Hasil simulasi yang didapat kemudian divalidasi dengan hasil eksperimen yang telah dilakukan sebelumnya.
Hasil akhir memperlihatkan bahwa sumber panas dapat berjalan dengan mode transien serta memiliki geometri zona fusi yang cukup konsisten dengan eksperimen riil. Penyederhanaan pemodelan pengelasan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk membuat simulasi lebih umum digunakan laboratorium dan industri.

The most frequent used method for joining metal structures is fusion welding like Gas Tungsten Arc Welding (GTAW). This method has largely been developed experimentally, i.e. trial and error. In the modern era, many engineering researches are done not only by real experiments, but also aided by a computer program to gain more benefits.
The objective of this research is to prescribe a simple method for introducing a moving heat source into a finite element model. In this research, the heat source should be able to move along a straight line on a 3D model developed in ANSYS APDL 14 software. It is expected that this research would facilitate the simulation of welding for simple geometry on GTAW-welded AISI 316 stainless steel, specifically to analyze the heat transient phenomenon and understand the thermal gradient that affects the fusion zone.
In this work, two variables were used; i.e. temperature and velocity of the heat source. Given temperatures were 6.000oC (6,273 K) and 19.000oC (19.273 K), whereas the velocity of the heat sources were at 5 mm/s and 9 mm/s. The simulation results were then validated with experimental results conducted previously.
The final result showed that the heat source can be run within a transient mode and also have fusion zone geometry, which was quite consistent with the real experiment. This simplification of welding modelling is expected could contribute to make the simulation more commonly used in laboratories and industries.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Prihastomo
"Salah satu permasalahan yang timbul pada hasil pengelasan beda material tersebut adalah timbulnya tegangan sisa dan distorsi yang menurunkan sifat mekanik seperti ketangguhan, perambatan retak, serta mempengaruhi sensifitas terhadap timbulnya retak dan korosi. Dilakukan penelitian tentang pengaruh masukan panas terhadap pembentukan dan distribusi tegangan sisa pada pengelasan GMAW antara material AH 36 dan AISI 316 dengan ukuran masing-masing plat 300 x 150 mm, tebal 10 mm dan menggunakan elektroda las ER-309 (AWS A5.22) berdiamater 2mm. Pengelasan dilakukan dengan 2 masukan panas yaitu 0,8 kJ/mm (Sampel 1) dan 1,5 kJ/mm (Sampel 2) pada posisi Flat (1G). Kemudian dilakukan pengukuran perubahan temperatur saat pengelasan pada jarak 10 dan 20 mm dari bevel. Pengukuran tegangan sisa dilakukan pada bagian tengah las secara tranversal arah pengelasan di posisi -45, -30, -20, -13, -7, -5, -3, 0, 3, 5, 7, 13, 20, 30, dan 45 mm, dengan posisi 0 mm adalah pusat lasan. Tegangan sisa pada AISI 316 pada sampel 1 dan 2 cenderung mengalami tegangan tarik pada arah aksial, namun mengalami tegangan tekan pada arah normal dan tranversal. Sedangkan tegangan sisa pada AH 36 dan Logam Induk  pada sampel 1 mengalami tegangan tarik pada arah normal dan tranversal, namun tegangan tekan pada arah aksial. Hal ini berkebalikan dengan sampel 2 yang menghasilkan tegangan tekan pada arah normal dan tranversal, namun tegangan tarik pada arah aksial. Pada AH 36 dan AISI 316 yang dijadikan bahan penelitian,  besarnya Nilai Kekerasan sebanding dengan besarnya Tegangan Sisa baik itu tekan maupun tarik. Pada bagian lasan, Sampel 1 dengan Masukan panas rendah cenderung menghasilkan tegangan sisa tarik yang relatif lebih tinggi dibanding sampel dengan masukan tinggi yang mengalami tegangan tarik dan tekan yang seimbang.

Ones of problem facing in welding product are residual stress and distortion that appear and deteriorating mechanical properties such as toughness, crack propagation, and affecting crack and corrosion sensitivity. Conducted research to analysis heat input parameter effect to residual stress in disimilar welding in GMAW process between AH 36 and AISI 316 plates, with dimension 300x150 mm and 10 mm thickness using welding electrode ER 309 (AWS A5.22)  in 2 mm diameter. Welding conducted with 2 different heat input are 0,8 kJ/mm (Sample 1) and 1,5 kJ/mm (Sample 2) in Flat (1G) position. Then measuring temperature during welding at position 10 and 20 mm from bevel. Residual measurement conducted at center of weld and in tranversal direction at position -45, -30, -20, -13, -7, -5, -3, 0, 3, 5, 7, 13, 20, 30, and 45 mm, with 0 mm is center of weld.  Residual stress in Sample 1 and Sample 2 AISI 316 tend to produce tensile stress in axial direction, but compressive stress in normal and tranversal direction. Residual stress AH 36 in Sample 1 tend to produce tensile stress in normal dan tranversal, but produce compressive stress in axial direction. Sample 2 AH 36 produce tensile stress in normal and tranversal, but tensile stress in axial direction. In this both Sample used for this research, hardness value proportional with residual stress, in tensile and compressive stress. Sample 1 with low heat input tend to produce relatively higher residual stress than sample with higher heat input that produce equally tensile and compressive stress."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53251
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library