Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Noah Imanuel Joachim
"Indonesia, yang berada dalam Kawasan rawan gempa bumi, memiliki tantangan dalam mendesain dan membangun bangunan dengan ketahanan yang kuat terhadap pengaruh seismik. Meski standar dan regulasi telah ditetapkan, pada kenyataannya berdasarkan penelitian masih terdapat kegagalan struktur di lapangan yang salah satunya adalah penurunan kualitas beton. SNI 2847:2019 mengatur persyaratan penerimaan penurunan kualitas beton yaitu mutu kuat tekan beton pada sebuah bangunan. Penelitian ini menganalisis evaluasi kinerja struktur bangunan gedung 8 lantai berbentang tunggal dengan prosedur dinamik linier Tier 3 berdasarkan ASCE 41-17 yang baru dibangun dan diasumsikan mengalami penurunan mutu beton pada balok dan pelat. Hasil analisis diperoleh bahwa terjadi peningkatan kebutuhan tulangan dengan adanya penurunan kualitas beton, dan diperoleh seluruh komponen primer balok, kolom, dan joint memenuhi syarat penerimaan kinerja seismik struktur berdasarkan ASCE 41-17 kecuali untuk komponen kolom dengan aksi terkontrol gaya akibat aksial lentur PMM.

Indonesia, located in a seismically active region, faces challenges in designing and constructing buildings with strong resistance to seismic impacts. Despite established standards and regulations, research indicates that structural failures still occur, one of which is the degradation of concrete quality. SNI 2847:2019 sets the requirements for concrete quality degradation acceptance, specifically the compressive strength of concrete in a building. This study analyzes the performance evaluation of an 8-story single-span building structure using the Tier 3 linear dynamic procedure based on ASCE 41-17. The building is newly constructed and is assumed to experience concrete quality degradation in beams and slabs. The analysis results show an increase in reinforcement requirements due to the concrete quality degradation, and all primary components of beams, columns, and joints meet the seismic performance acceptance criteria based on ASCE 41-17, except for the force-controlled action caused by PMM ratio in columns."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Rana Zhafirah
"Kasus ditemukannya penurunan kualitas beton pada struktur bangunan umum terjadi karena banyaknya faktor yang memengaruhi kualitas beton. Maraknya penggunaan material beton sebagai struktur bangunan membuat diperlukannya pengkajian ulang mengenai pengaruh penurunan kualitas beton pada kebutuhan tulangan serta kinerja seismik struktur bangunan. Penurunan kualitas beton diatur pada SNI 2847:2019 dengan batasan ditemukannya penurunan kualitas beton maksimum sebesar 25% dari mutu desain. Penelitian ini dilakukan terhadap gedung 8 tingkat berbentang tunggal dengan variasi penurunan kualitas beton pada kolom dengan variasi penurunan 7,5%, 15%, dan 25% dari mutu desain. Objek penelitian didesain menggunakan SNI 2847:2019 menggunakan sistem rangka pemikul momen khusus lalu dievaluasi menggunakan analisis berbasis ASCE 41-17 dengan menggunakan gempa desain dan gempa maksimum. Dari variasi tersebut ditemukan bahwa penurunan kualitas beton kolom sebesar 25% dari mutu desain mengakibatkan kenaikan kebutuhan tulangan kolom hingga 2 kali lipat dari tulangan desain dan sebagian kolom mengalami penurunan kinerja seismik.

Deficiency of concrete quality in building is common to find due to numerous factors affecting concrete quality. The widespread use of concrete materials as building structures necessitates a re-evaluation of the impact of deficiency of concrete quality on reinforcement requirements and structural seismic performance of buildings. The deficiency of concrete quality is regulated by SNI 2847:2019, which states that a maximum permissible deficiency found is at 25% of design strength. This research was conducted on an eight-story single-span building with variations in deficiency of concrete quality in columns at 7,5%, 15%, and 25% from design strength. The research object was designed using SNI 2847:2019 using special moment-resisting frame system then evaluated using analysis based on ASCE 41-17, incorporating design and maximum earthquake. From these variations, it was found that a 25% deficiency in column concrete quality from design strength resulted in an increase in column reinforcement requirements by up to twice the design reinforcement, and some columns experienced a reduction in seismic performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Shafira
"Desain berbasis kinerja (Performance-Based Design) merupakan pendekatan penting dalam perancangan struktur bangunan baru untuk memastikan bahwa perilaku struktur memenuhi target kinerja seismik pada berbagai tingkat gempa. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja seismik bangunan modular tiga lantai dengan dinding pengisi pasangan bata ringan (unreinforced masonry infill) menggunakan pendekatan nonlinier sesuai pedoman ASCE 41-17. Pemodelan dilakukan dengan elemen shell thin untuk dinding dan tambahan hinge nonlinier untuk menangkap deformasi lentur dan geser. Penelitian diawali dengan validasi parameter pada bangunan modular sederhana. Hasil pengujian dan verifikasi pemodelan menunjukkan mutu pasangan bata sebesar 1,2 MPa dan modulus elastisitas 1200 MPa. Elemen bracing diagonal (pola X) hanya bekerja tarik, sehingga luas penampangnya direduksi menjadi setengah dari ukuran aktual dalam pemodelan bangunan tiga lantai. Hasil analisis pushover menunjukkan bahwa pada gempa BSE-1N dan BSE-2N, performance point terjadi pada drift maksimum 0,09%–0,18%, masih di bawah batas Life Safety (LS) dan Collapse Prevention (CP). Evaluasi displacement-controlled menunjukkan tidak terbentuknya sendi plastis pada kedua level gempa, dengan kerusakan dominan terjadi pada tahap akhir. Evaluasi force-controlled menunjukkan semua elemen struktur tidak mengalami overstress (rasio D/C < 1,0). Struktur memenuhi target kinerja tanpa memerlukan perkuatan tambahan.

Performance-Based Design is a key approach in designing new building structures to ensure that structural behavior meets seismic performance targets at various earthquake levels. This study analyzes the seismic performance of a three-story modular building with unreinforced masonry infill walls using a nonlinear method based on ASCE 41-17 guidelines. Modeling was conducted using thin shell elements for the walls, with nonlinear hinges added to capture flexural and shear deformations. Testing and modeling verification showed the masonry had a compressive strength of 1.2 MPa and a modulus of elasticity of 1200 MPa. The X-bracing elements worked only in tension; therefore, their cross-sectional area was reduced to half of the actual size in the three-story model. Pushover analysis results indicated that under both BSE-1N and BSE-2N levels, the performance point occurred at maximum drift values of 0.09%–0.18%, still below Life Safety (LS) and Collapse Prevention (CP) limits. Displacement-controlled evaluation showed no plastic hinges formed at either earthquake level, with significant damage only appearing in the final pushover stage. Force-controlled evaluation confirmed that all structural elements remained within acceptable stress limits (D/C < 1.0). Thus, the structure achieved the intended seismic performance without requiring additional strengthening. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Nathanael Isaiah
"Indonesia merupakan negara yang berada di kawasan rawan gempa, sehingga keperluan bangunan tahan gempa sangat penting di Indonesia. Beton bertulang merupakan material yang umum digunakan dalam konstruksi di Indonesia karena ekonomis dan perawatan yang mudah. Dalam praktik lapangan, mutu beton yang digunakan dalam struktur seringkali tidak mencapai nilai yang ditentukan dalam perencanaan dikarenakan kondisi lapangan maupun kondisi perawatan basah (curing). SNI 2847:2019 memberikan batasan izin untuk penurunan kualitas beton pada bangunan, tetapi pengaruh dari Penurunan kualitas itu sendiri terhadap kinerja sebuah bangunan masih belum banyak diteliti. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai pengaruh Penurunan kualitas beton terhadap kebutuhan tulangan dan kinerja struktur menggunakan software ETABS untuk mengetahui pengaruh Penurunan kualitas terhadap rasio kapasitas dibanding demand dan kebutuhan tulangan. Hasil penelitian menemukan bahwa Penurunan izin pada batas izin SNI 2847:2019 memiliki pengaruh signifikan terhadap kebutuhan penulangan pada komponen struktur. Selain itu, kinerja struktural mengalami penurunan seraya penurunan kualitas bertambah.

Indonesia is a country that is subject to frequent earthquakes, which necessitates earthquake-resistant building construction. Reinforced concrete is a commonly used material in Indonesian construction due to its cost-effectiveness and ease of maintenance. In practice, the quality of concrete used in structures often does not meet the planned specifications due to on-site conditions or curing conditions. SNI 2847:2019 provides permissible limits for the degradation of concrete quality in buildings, but the impact of this quality degradation on building performance has not been extensively studied. Therefore, research was conducted on the effect of concrete quality degradation on reinforcement requirements and structural performance using ETABS to determine its impact on the demand-capacity ratio and reinforcement needs. The study found that the permissible degradation according to SNI 2847:2019 significantly affects the reinforcement requirements of structural components. Additionally, structural performance decreases as the quality degradation increases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virdi Fikriawan
"Evaluasi kinerja struktur bangunan eksisting menjadi hal yang penting untuk memastikan kelayakan dan keamanan bangunan terhadap beban gempa, terutama bila terdapat perubahan fungsi maupun penurunan mutu material. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja seismik sebuah bangunan gedung 6 lantai yang mengalami penurunan mutu beton sebesar 50% dari mutu rencananya menggunakan prosedur evaluasi berbasis kinerja (Performance Based Evaluation) sesuai pedoman ASCE 41-17. Evaluasi dilakukan dengan metode statik non-linear pushover untuk mengetahui sejauh mana level kinerja struktur yang dapat dicapai. Selain itu, evaluasi juga dilakukan pada setiap elemen struktur seperti balok, kolom, dan sambungan balok-kolom untuk mengidentifikasi elemen kritis berdasarkan hasil analisis tersebut. Hasil menunjukkan penurunan mutu beton secara signifikan mempengaruhi level kinerja struktur, dimana struktur tersebut tidak mencapai titik performanya dan banyak elemen mengalami kerusakan melebihi batas Life Safety (LS) dan Collapse Prevention (CP). Berdasarkan kerusakan terbesar dari beberapa aksi yang ditinjau pada setiap elemen, terdapat 11,97% balok yang melewati batas LS dan 13,51% balok yang melewati batas CP. Lalu, terdapat 5,56% kolom yang melewati batas LS dan 7,07% kolom yang melewati batas CP. Kemudian, terdapat 59,04% sambungan yang melewati batas LS dan 62,65% sambungan yang melewati batas CP.

Performance evaluation of existing building structures is crucial to ensure their feasibility and safety against earthquake loads, especially when there are changes in function or degradation of material quality. This study aims to evaluate the seismic performance of a 6 story building that has experienced a 50% reduction in concrete quality from its planned strength using the Performance-Based Evaluation procedure according to the ASCE 41-17 guidelines. The evaluation was conducted using the non-linear static pushover method to determine the extent to which the structure's performance level could be achieved. In addition, the evaluation was also carried out on each structural element such as beams, columns, and beam-column joints to identify critical elements based on the analysis results. The results show that the decrease in concrete quality significantly affects the performance level of the structure, where the structure does not reach its performance point and many elements experience damage exceeding the Life Safety (LS) and Collapse Prevention (CP) limits. Based on the greatest damage from a review of several actions on each element, 11.97% of the beams exceeded the LS limit and 13.51% of the beams exceeded the CP limit. Then, 5.56% of the columns exceeded the LS limit and 7.07% of the columns exceeded the CP limit. Subsequently, 59.04% of the joints exceeded the LS limit and 62.65% of the joints exceeded the CP limit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library