Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dirgahayuni Sari Agustina
"Peresepan antibiotik yang tinggi disertai kurangnya evaluasi penggunaan antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan primer berpotensi terhadap penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Evaluasi antibiotik dapat dilakukan dengan melihat pola konsumsi antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. WHO telah menetapkan target minimal 60% konsumsi antibiotik berasal dari kelompok access. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis konsumsi antibiotik di puskesmas di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan klasifikasi antibiotik AWaRe (Access, Watch, dan Reserve) WHO. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan terhadap 44 puskesmas di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian menujukkan terjadi peningkatan nilai konsumsi antibiotik di tahun 2022 dibandingkatn tahun 2019. Total konsumsi antibiotik tahun 2022 adalah 1,827 DDD per 1.000 pasien per hari, dengan proporsi sebesar 76,91% berasal dari kelompok access; 10,14% kelompok watch; tidak ada kelompok reserve, dan 12,95% merupakan antibiotik yang tidak diklasifikasikan dalam WHO AwaRe (unclassified). Semua jenis SDM kesehatan puskesmas memiliki peran dalam penggunaan antibiotik, namun belum semuanya mengetahui tentang klasifikasi antibiotik AWaRe WHO. Dukungan pelayanan laboratorium klinik, pelayanan informasi obat diperlukan dalam peresepan antibiotik di puskesmas. Selain itu, pelaksanaan manajemen logistik obat serta pemantauan dan evaluasi juga berperan dalam penggunaan antibiotik di puskesmas. Sementara itu, pengetahuan pasien juga dapat memengaruhi penggunaan antibiotik. Hasil penelitian ini merekomendasikan adanya upaya peningkatan penggunaan antiobiotik yang rasional melalui peningkatan pemahaman SDM kesehatan dan pasien serta pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik yang lebih menyeluruh di puskesmas disertai umpan balik.

High antibiotic prescribing combined with a lack of evaluation of antibiotic use in primary healthcare facilities has the potential to lead to inappropriate use of antibiotics. The WHO sets a target of at least 60% antibiotic consumption from the access group in primary healthcare facilities for antibiotic evaluation. This study aimed to analyze antibiotic consumption in community health centers in DKI Jakarta province based on the WHO AWaRe (Access, Watch, and Reserve) classification. The study is non-experimental research with a quantitative and qualitative approach. The study was conducted at 44 community health centers in DKI Jakarta province. The findings indicate that antibiotic consumption will increase in 2022 compared to 2019. Total antibiotic consumption in 2022 is 1,827 DDD per 1,000 patients per day, with a proportion of 76.91% from access group, 10.14% from watch group, no antibiotic in reserve; and 12.95% from antibiotics not classified in WHO AwaRe (unclassified). Every healthcare worker at community health centers has a responsibility regarding the use of antibiotics; however, not all of them are up-to-date on the WHO's AWaRe classification of antibiotics. Community health centers require support in the form of clinical laboratory testing and drug information services to prescribe antibiotics effectively. Furthermore, the effective execution of drug logistics management, as well as the process of monitoring and evaluation, contributes to the use of antibiotics in community health centers. Moreover, the level of understanding possessed by patients may have an impact on the use of antibiotics. The study's findings indicate that improving the comprehension of healthcare worker and patients can lead to a more judicious use of antibiotics. Furthermore, it is imperative to establish a more extensive system for monitoring and evaluating the utilization of antibiotics in community health centers, along with providing feedback."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desyollin Qarolita
"Jepang merupakan negara yang memiliki beberapa konsep keindahan, salah satunya adalah konsep mono no aware. Para sastrawan Jepang sering memakai konsep tersebut ke dalam karyanya, tak terkecuali Yasunari Kawabata. Pada karyanya yang berjudul Nemureru Bijo, Yasunari Kawabata menggunakan konsep mono no aware (hati tergerak karena sebuah keindahan). Maka dari itu, pada penelitian kali ini akan dianalisis bagaimana proses munculnya mono no aware pada novel Nemureru Bijo karya Yasunari Kawabata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kepustakaan dalam pengumpulan data dan referensi, serta metode analisis teks dalam melakukan analisis. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan mono no aware yang muncul akibat Eguchi (lelaki tua), yang memiliki kesedihan di masa tuanya, menemukan keindahan pada gadis di rumah perawan serta lelaki tua lain ketika berkunjung ke rumah perawan. Dari sana, muncullah kenangan masa muda, pertanyaan, serta pemikiran di benak Eguchi. Akibatnya, hati Eguchi pun tergerak dan menghasilkan berbagai perasaan seperti sedih, penyesalan, dan iba. Proses tersebut yang menjelaskan bagaimana mono no aware muncul pada Nemureru Bijo.
Japan is a country that has several consepts of beauty, one of these concepts is mono no aware. Japanese writers often use this concept in their literature, including Yasunari Kawabata. In his work entitled Nemureru Bijo, Yasunari Kawabata uses the concept of mono no aware (the heart is touched because of a beauty). This study aims to find how mono no aware appeared in Nemureru Bijo by Yasunari Kawabata. This study using the literature study method in collecting data and references, also text analysis methods for analysis. The result of the study shows mono no aware that arises due to Eguchi (old man), who has sadness in his old age, found beauty in virgin girls and other old man when visiting a virgin house. Then, came the memories of youth, questions, and thoughts in Eguchi`s mind. As a result, Eguchi`s heart was touched and created various feelings such as sadness, regret, and compassion. This process explains how mono no aware appears in Nemureru Bijo.
"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmy Aulia Filardi
"Penelitian ini membahas mengenai tersiratnya nilai mono no aware dalam serial drama First Love Hatsukoi (selanjutnya disebut FLH) yang merupakan karya adaptasi dari lagu First Love dan Hatsukoi karya Utada Hikaru. Serial drama tersebut mirip dengan beberapa film bergenre drama romantis yang dirilis di akhir dekade 2000-an, yang memiliki elemen-elemen nostalgia seperti kisah cinta pertama di masa remaja, latar tempat yang merupakan daerah non urban sebagai tempat tinggal para tokohnya di masa muda, dan terdapatnya suatu penyakit kronis yang diderita oleh tokohnya. Elemen-elemen nostalgia tersebut menyiratkan pengejawantahan perasaan terhadap objek atau subjek tertentu yang dapat dirasakan dengan panca indera, yaitu nilai mono no aware. Elemen-elemen nostalgia tersebut juga terdapat di dalam FLH, melalui keterlibatan intertekstual-kontekstual dengan dua lagu Utada Hikaru yang merupakan karya sumbernya. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk memaparkan bagaimana aspek penting dari proses adaptasi atau alih wahana objek penelitian, yaitu keterlibatan intertekstual-kontekstual dalam FLH dengan lagu First Love dan Hatsukoi dapat memunculkan nilai mono no aware yang tersirat. Terdapatnya mono no aware yang tersirat disebabkan oleh keterlibatan intertekstual-kontekstual tersebut melalui elemen-elemen nostalgia yang mirip dengan film drama romantis pada akhir dekade 2000-an, yang juga bersifat familiar bagi penonton khalayak umum. Teori yang digunakan adalah teori adaptasi Linda Hutcheon (2006). Kemudian, data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan metode analisis konsep alih wahana dengan cara menganalisis bagaimana saja unsur-unsur sinematografi dalam medium atau wahana serial drama FLH. Data-data sinematografis dari FLH berikutnya penulis bandingkan dengan bait-bait dari lirik lagu Hatsukoi dan First Love, sehingga dapat menjelaskan bagaimana unsur-unsur tersebut menyiratkan nilai mono no aware. Inti yang penulis dapatkan setelah membuat penelitian ini adalah bahwa setelah karya sastra lagu Hatsukoi dan First Love dibuatkan karya adaptasinya melalui FLH, terdapat nilai mono no aware dalam adegan-adegan FLH sebagai hasil dari adaptasi yang melibatkan intertekstual-kontekstual antara FLH dengan kedua lagu tersebut.

This research discusses the implied value of mono no aware in the drama series First Love Hatsukoi (hereinafter referred to as FLH), which is an adaptation work based on the songs First Love and Hatsukoi by Utada Hikaru. The drama series shares similarities with several romantic drama films released in the late 2000s, featuring nostalgic elements such as first love stories during adolescence, non-urban settings as the characters' hometowns in their youth, and the presence of a chronic illness affecting the characters. These nostalgic elements imply embodiment of feelings towards a specific object or subject that can be experienced through all the human’s five senses, which is the definition of mono no aware. These nostalgic elements are also present in FLH through intertextual-contextual engagement with the two songs by Utada Hikaru, which serve as the source material. Therefore, this research aims to illustrate how the important aspect of the adaptation or transmedia process, namely the intertextual-contextual involvement in FLH with the songs First Love and Hatsukoi, can evoke the implied value of mono no aware. The presence of implied mono no aware is caused by the intertextual-contextual involvement through nostalgic elements resembling those found in romantic drama films of the late 2000s, which are also familiar to the general audience. The theory employed is Linda Hutcheon's Theory of Adaptation (2006), and the collected data is analyzed using the method of transmedia concept analysis by examining how the cinematographic elements in the medium of the FLH drama series are compared with the lyrics of Hatsukoi and First Love. This analysis aims to explain how these elements imply the value of mono no aware. The main conclusion drawn from this research is that after the literary works of the songs Hatsukoi and First Love were adapted through FLH, there is a value of mono no aware present in the scenes of FLH as a result of the adaptation that involves intertextual-contextual elements between FLH and the two songs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Hasna Hanifah
"Infeksi bakteri adalah salah satu penyebab utama mortalitas secara global dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat mengakibatkan munculnya resistensi antimikroba. Untuk menekan angka resistensi antimikroba, WHO telah menyusun program penatagunaan antimikroba yang mencakup evaluasi antibiotik menggunakan metode ATC/DDD dan pedoman penggunaan antibiotik melalui klasifikasi AWaRe. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi penggunaan antibiotik secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD secara kualitatif berdasarkan metode DU90% dan klasifikasi AWaRe. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik cross- sectional dengan pengambilan data retrospektif yang dilakukan di RS Universitas Indonesia. Sampel pada penelitian ini adalah pasien rawat inap ICU dewasa dengan penggunaan antibiotik periode 1 Januari–31 Desember 2022. Antibiotik yang paling sering digunakan adalah levofloksasin (41,39 DDD/100 pasien-hari), seftriakson (33,57 DDD/100 pasien-hari), dan meropenem (18,18 DDD/100 pasien-hari). Hasil persentase dari masing-masing klasifikasi AWaRe adalah Access (10,97%), Watch (86,68%), Reserve (2,35%). Segmen DU90% disusun oleh 15 jenis antibiotik yang mayoritas berasal dari golongan sefalosporin generasi ketiga, fluorokuinolon, dan karbapenem. Dengan hasil yang telah dipaparkan, sebaiknya program penatagunaan antibiotik terus dilakukan agar dapat menurunkan peluang terjadinya resistensi antibiotik. 

Bacterial infections are one of the main causes of mortality on a global scale, and the indiscriminate use of antibiotics can result in the emergence of antimicrobial resistance. To reduce the number of antimicrobial resistance, WHO has established the Antimicrobial Stewardship Program that includes antibiotic evaluation using the ATC/DDD method and guidelines for proper antibiotic usage through AWaRe classification. This study aimed to evaluate the use of antibiotics quantitatively using the ATC/DDD method and qualitatively based on the DU90% method and AWaRe classification. This research is a cross-sectional analytical descriptive study with retrospective data collection conducted at RS Universitas Indonesia. The sample of this study is adult ICU patients with antibiotic usage from January 1 to December 31, 2022. The most frequently used antibiotics were levofloxacin (41.39 DDD/100 patient-days), ceftriaxone (33.57 DDD/100 patient-days), and meropenem (18.18 DDD/100 patient-days). The results for each AWaRe classification are Access (10.97%), Watch (86.68%), Reserve (2.35%). The DU90% segment contains 15 types of antibiotics, most of which were from third-generation cephalosporins, fluoroquinolones, and carbapenems. With these results, it is best if the antibiotic stewardship program continues to be applied to reduce the occurrence of antibiotic resistance. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Bestari Sutantoputri
"Data Indonesia Antimicrobial Surveillance System (INASS) tahun 2019 menunjukkan tingginya tingkat resistensi bakteri penghasil extended-spectrum beta-lactamase (ESBL) terhadap sefalosporin generasi ketiga dan fluorokuinolon. Untuk menekan angka resistensi, diusung program penatagunaan antibiotik yang mencakup evaluasi penggunaan antibiotik dan pemberian antibiotik berdasarkan klasifikasi Acces, Watch, Reserve (AWaRe). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik data pasien rawat inap non-intensif di RSUI yang berusia ≥ 18 tahun yang menggunakan antibiotik pada periode 1 Januari–31 Desember 2022 berdasarkan klasifikasi AWaRe dan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD). Penelitian deskriptif analitik dengan desain studi cross-sectional ini memperoleh sampel dengan teknik total sampling dan diolah menggunakan Microsoft Excel. Data pasien dengan data rekam medis nihil, data pasien yang menggunakan antibiotik rute topikal, serta antibiotik yang tidak memiliki nilai standar DDD dari WHO dieksklusi dari penelitian. Hasil penelitian menunjukkan total penggunaan antibiotik sebesar 258,37 DDD/100 pasien-hari dengan sefiksim (60,63 DDD/100 pasien-hari) sebagai antibiotik dengan penggunaan tertinggi. Persentase penggunaan antibiotik berdasarkan klasifikasi AWaRe dari WHO, yaitu klasifikasi Access (14,80%), Watch (85,01%), Reserve (0,19%). Antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga (sefiksim, seftriakson), fluorokuinolon (levofloksasin, siprofloksasin), dan makrolida (azitromisin) termasuk ke dalam segmen 90%.

Indonesia Antimicrobial Surveillance System (INASS) data in 2019 shows increased resistance of extended-spectrum beta-lactamase (ESBL)-producing bacteria to third-generation cephalosporins and fluoroquinolones. The antimicrobial stewardship programs to suppress resistance rates are an evaluation of antibiotic use also the antibiotic administration based on the Access, Watch, Reserve (AWaRe) classification. This study aimed to evaluate the use of antibiotics among non-intensive inpatients' data aged ≥ 18 years who were taking antibiotics at RS Universitas Indonesia between 1st January–31st December 2022 based on AWaRe classification and the ATC/DDD method. This cross-sectional descriptive analytic study was conducted using total sampling and processed using Microsoft Excel. Meanwhile, patients' data with zero medical record data, patients' data who were using topical antibiotics, and antibiotics that did not have a WHO standard DDD value were excluded in this study. The total antibiotic utilization was 258,37 DDD/100 patient-days. The antibiotic with the highest use was cefixime (60,63 DDD/100 patient-days). Access (14,80%), Watch (85,01%), Reserve (0,19%) are the percentages of antibiotic usage based on the WHO AWaRe classification. Third-generation cephalosporins (cefixime, ceftriaxone), fluoroquinolones (levofloxacin, ciprofloxacin), and macrolides (azithromycin) belong to the 90% segment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Sari Hikmatul Husna Zaid
"Saat ini telah berkembang context aware system yang memungkinkan para penggunanya untuk tidak terlalu banyak melakukan intervensi terhadap tujuan sistem dan menunjang sisi mobilitas dari pengguna. Sistem tersebut dapat memudahkan pengguna untuk melakukan kegiatannya sehari-hari. Dalam bidang kesehatan juga sangat dimungkinkan untuk menggunakan sistem tersebut. TRuST (Temukan Rumah Sakit Terdekat) E-Health Mobile Context Aware System adalah prototipe sebuah context aware system yang dikembangkan untuk mobile device.
Sistem ini dapat membantu seseorang yang membutuhkan layanan medis, untuk dapat menentukan dan menunjukan rumah sakit (RS) terdekat dari lokasinya saat itu. RS yang ditemukan oleh TRuST diharapkan dapat memberikan pelayanan medis yang paling sesuai dengan penyakit kronis yang diderita oleh pengguna TRuST. Sistem ini dikembangkan dengan menggunakan teknologi teknologi terbaru yang dikeluarkan oleh Microsoft seperti Windows Mobile 6, Visual Studio 2008, LinQ, dan WCF atau Windows Communication Foundation. TruST juga menggunakan semantic web untuk melakukan reasoning dalam mencari rumah sakit terdekat secara ?cerdas?, sehingga mengurangi intervensi pengguna dengan sistem Laporan ini adalah dokumentasi pengembangan Prototipe TRuST yang mencakup tahap analisis kebutuhan dan ontologi yang digunakan sebagai knowledge base, llalu penjelasan tentang perancangan sistem, proses implementasi dan diakhiri dengan tahap pengujian sistem."
2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tom Lovett, editor
"Mobile context awareness presents work from industrial and academic researchers, focusing on novel methods of context acquisition in the mobile environment – particularly through the use of physical and virtual sensors – along with research into new applications utilising this context. In addition, the book provides insights into the technical and usability challenges involved in mobile context-awareness, as well as observations on current and future trends in the field."
London: Springer, 2012
e20407419
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Couto, Ricardo
"Context management for distributed and dynamic context-aware computing proposes a novel architecture for context management based on the concept of context domains, allowing applications to keep context interests across distributed context management systems. The authors describe a distributed middleware that implements the aforementioned concepts, without compromising scalability and efficiency of context access."
London: Springer, 2012
e20407575
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Reichert, Manfred
"With this book, Reichert and Weber address these flexibility needs and provide an overview of PAIS with a strong focus on methods and technologies fostering flexibility for all phases of the process lifecycle (i.e., modeling, configuration, execution and evolution). Their presentation is divided into six parts. Part I starts with an introduction of fundamental PAIS concepts and establishes the context of process flexibility in the light of practical scenarios. Part II focuses on flexibility support for pre-specified processes, the currently predominant paradigm in the field of business process management (BPM). Part III details flexibility support for loosely specified processes, which only partially specify the process model at build-time, while decisions regarding the exact specification of certain model parts are deferred to the run-time. Part IV deals with user- and data-driven processes, which aim at a tight integration of processes and data, and hence enable an increased flexibility compared to traditional PAIS. Part V introduces existing technologies and systems for the realization of a flexible PAIS. Finally, part VI summarizes the main ideas of this book and gives an outlook on advanced flexibility issues."
Berlin: [, Springer-Verlag], 2012
e20409215
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Sri Indrawanti
"Updating mechanism is the most important thing in giving the information for the end-user by send-ing the data from client to the server. There are several kinds of update mechanisms, one of them is reporting protocol. Reporting protocol sends the data from the client to the server continuously within a certain time period. Sometimes, the data that is sent continuously from the client to the server gives the same information repeatedly to the end-user. Although, there is no need for same information to be sent to the end-user repeatedly. This can cause a large amount of bandwidth usage. In this research, the researcher developed an improvement of reporting protocol mechanism for mobile user using cha-nge detection and resource-aware data sensing to minimize the bandwidth and resource usage. The data transmission frequency is reduced by the user activity changes prediction and the data sensing speed is reduced by adaptive data sensing. The results show that the improvement of reporting protocol mechanism adaptively can improve reporting protocol performance. This is shown by the improvement of the bandwidth efficiency up to 36-97%, memory efficiency at 1.5-6% and battery efficiency at 7-13%.
Mekanisme update memegang peranan penting dalam menyampaikan informasi kepada end-user dengan melakukan pengiriman data dari klien ke server. Ada beberapa mekanisme update yang digunakan, salah satunya adalah reporting protocol. Reporting protocol mengirimkan data dari klien ke server secara kontinyu dalam interval waktu tertentu dimana terkadang memberikan informasi yang selalu sama dan berulang kepada end-user. Padahal, informasi yang sama tidak perlu dikirim secara berulang kepada end-user karena menyebabkan penggunaan bandwidth menjadi kurang efisien. Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan sebuah perbaikan mekanisme reporting protocol dengan change detection dan resource aware data sensing untuk menghemat penggunaan bandwidth dan resource. Mekanisme perbaikan reporting protocol yang dilakukan adalah mengurangi frekuensi pengiriman data dengan memprediksi adanya perubahan aktivitas dan posisi pada user. Prediksi perubahan aktivitas dan posisi digunakan sebagai trigger ketika akan melakukan pengiriman data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme reporting protocol secara adaptif dapat meningkatkan performa reporting protocol. Hal ini ditunjukkan dengan penghematan bandwidth sebesar 36-97%, penghematan memori sebesar 1.5-6% dan penghematan baterai sebesar 7-13%."
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Faculty of Information Technology, Department of Informatics Engineering, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>