Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Halim Zaini
Abstrak :
ABSTRAK
Reduksi limbah logam berat dalam air telah banyak dilakukan dengan berbagai metoda. Namun metode yang relatif efektif dan efisien menggunakan metode adsorpsi sistem kolom. Rancangan percobaan pada penelitian ini variabel tetap adsorben dari kulit kacang tanah 50 gr, ukuran partikelnya 40 mesh dan volume adsorbat air limbah laboratorium kimia 10 liter, laju alir 7 liter/menit. Variabel bebas waktu adsorpsi 0;5;10;15; 20;30;60;90;120;150;180;210;240 menit dan jenis adsorben: tanpa aktivasi, aktivasi fisik dan aktifasi kimia (H2SO4 1N dan NaOH 1N). Hasil penelitian menunjukan proses adsorpsi logam Pb(II) dipengaruhi oleh waktu dan jenis aktivasi. Kapasitas adsorpsi tertinggi untuk tanpa aktivasi 1,947 mg/g, aktivasi fisika 1,774 mg/g, aktivasi dengan H2SO4 2,577 mg/g dan aktivasi dengan NaOH 1N 2,893 mg/g pada waktu 210 menit. Persen penyisihan tertinggi untuk tanpa aktivasi 64,98%, aktivasi fisik 59,21 , aktivasi dengan H2SO4 86,02 dan aktivasi dengan NaOH 1N 96,57% pada waktu 210 menit.
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anna
Abstrak :
Zeoiit merupakan mineral alumina silikat yang mempunyai struktur berongga dengan dinding berupa jaringan polihedral dari atom Si dan Al. Rongga ini dapat saling berhubungan membentuk terowongan yang biasanya diisi oleh air dan kation yang dapat saling dipertukarkan. Molekul atau ion yang mempunyai ukuran lebih kecil atau sama dengan ukuran rongga dapat masuk ke dalamnya sehingga menyebabkan zeoiit bersifat sebagai penapis molekul. Pada penelitian ini dilakukan sintesis zeoiit dari kaolin secara tiidrotermal. Zeoiit yang disintesis meliputi dua jenis yakni zeoiit A dan X. Modifikasi pada proses hidrotermal dilakukan dengan menggunakan variasi basa, waktu pengadukan dan temperatur pemanasan. Zeoiit yang diperoleh pada proses zeolitisasi kaolin mengalami perubahan dibandingkan kaolin asalnya. Perubahan tersebut dapat dilihat pada basil pengukuran menggunakan XRD. IV Selanjutnya zeolit hasil sintesis ini digunakan sebagai penapis molekul saturat yang merupakan hasil frakslonasi minyak bumi. Zeolit A digunakan sebagai penapis molekul normal alkana sedangkan zeolit X sebagai penapis molekul hidrokarbon dalam bentuk siklik. Untuk zeolit A dilakukan variasi waktu tinggal dalam kolom yakni selama 1, 5. 10, 20 dan 30 menit dan dilakukan desorpsi fraksi alkana dari zeolit A hasil perlakuan molekular sieve. Penelitian ini merupakan preparasi awal untuk memudahkan kegiatan analisis komponen biomarker. Kemampuan zeolit dalam menyerap normal alkana dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan kromatografi gas dimana rasip C-20 - C-34/ Pristan sebelum dan sesudah perlakuan molekular sieve dapat dibandingkan. Melalui pengukuran ini ternyata diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa semakin besar atom karbon semakin besar pula prosentase penyerapannya. Bila dibandingkan antara variasi waktu tinggal ternyata waktu tinggal selama 10 menit memiliki kapasitas maksimum. Ada 2 kelas molekul yang ingin dilihat dalam penyaringan hidrokarbon dalam bentuk siklik ini, yakni molekul triterpana (m/z = 191) dan molekul sterana (m/z = 217). Pengukuran ini dilakukan menggunakan kromatografi gasspektroskopi massa. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa zeolit X hasil sintesis cukup efektif dalam memisahkan komponen-komponen dalam kedua kelas molekul tadi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reko Sayogo
Abstrak :
Zeollt merupakan jenis mineral alumina silikat ^ng menbentuk ruang tiga dimensi dan sangat berpori. Substitusi Si oleh Al pada kerangka zeolit memberikan muatan negatif pada kerangka, muatan tersebut memungkinkan kation logam alkali dan alkali tanah terikat di dalamnya. Sehingga zeolit mampu mempertukarkan kation di dalamnya dengan kation logam-logam berat. Untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi zeolit, dilakukan modifikasi diantaranya dengan impregnasi kation logam tertentu atau oksida logamnya. Mn02 merupakan salah satu oksida logam yang dapat digunakan untuk impregnasi pada zeolit. Pada penelitian kali ini impregnasi dilakukan dengan menggunakan Mangan (II) klorida tetrahidrat kemudian dilanjutkan pembentukan Mn(0H)2 pada kristal zeolit dengan mengkontakkan zeolit dengan larutan basa NaOH, selanjutnya Mn(0H)2 dengan pemanasan di dalam atmosfer udara akan teroksidasi membentuk Mn02 di dalam kristal zeolit. Zeolit yang telah diimpregnasi mangan dioksida diuji daya serapnya terhadap kation logam Co (II), Cu (II) dan Ni (II) dengan cara mengkontakkan 0,2 g zeolit dengan larutan yang mengandung 25 ppm logam Co (II), Cu (II) atau NI (II) sebanyak 50 ml. Selanjutnya filtrat dianalisa dengan AAS dan dihitung daya serapnya, darl percobaan yang telah dllakukan, diperoleh basil optimum serapan oleh zeolit dengan berbagal perlakuan, sebagai berikut: ion Logam Mek/ g Zeolit j- Zeoiit Mn-Zeolit MnOa-Zeolit CO (II) 0,06642 0,09345 0,1847 CU (II) 0,08052 0,09758 0,1817 Ni (11) 0,09146 0,09653 0,17074 i-S s,< \ ternyata didapat zeolit yang telah diimpregnasi Mn02 lebih baik daya serapnya dari pada zeolit alam Bayah yang tidak dimodifikasi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan
1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrasno Kartohardjono
1999
06 Kar s
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Ibnu Sina
Abstrak :
Pencemaran limbah cair organik menjadi masalah serius saat ini terutama pada lingkungan perairan. Bahan pencemar organik yang sering ditemui adalah Benzena dan Toluena. Berbagai teknik aplikasi biologis untuk menghilangkan kontaminan organik ini telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah Biobarrier. Biobarrier merupakan penggabungan teknik adsorpsi karbon aktif dan biodegradasi. Pada proses biobarrier digunakan elektron akseptor untuk mengoksidasi substrat yang teradsorp pada permukaan adsorben dengan bantuan bakteri sebagai katalis reaksi redoks. Bakteri membutuhkan elektron akseptor sebagai penghasil energi untuk reaksi aerob. Oksigen merupakan elektron akseptor yang paling disukai Bakteri. Oksigen yang digunakan sebagai elektron akseptor dalam bentuk NaNO3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi NaNO3 terhadap degradasi kontaminan serta pertumbuhan bakteri pada proses biobarrier. Pelaksanaan proses biobarrier diawali dengan tahap penjenuhan karbon aktif. Setelah karbon aktif jenuh, dilakukan tahap biodegradasi benzena dan toluena dengan menyuntikkan konsorsium bakteri dan penambahan NaNO3(elektron akseptor). Konsentrasi NaNO3 divariasikan yaitu 25 mg/L, 75 mg/L, 100 mg/L dan 125 mg/L. Tiap variasi berlangsung selama 57 jam dengan laju alir kontaminan 18,2 ml/menit dan laju alir elektron akseptor 1 ml/menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi NaNO3 mempengaruhi laju degradasi benzena dan toluena serta pertumbuhan bakteri. Jumlah benzena dan toluena yang terdegradasi terbesar dan konsorsium bakteri dapat tumbuh optimal terjadi pada konsentrasi NaNO3 75 mg/L dengan jumlah oksigen yang dihasilkan sebesar 0.441 mmol/L. Penambahan konsentrasi NaNO3 menjadi 100 mg/L dan 125 mg/L menyebabkan lambatnya pertumbuhan bakteri dan berpengaruh pada penurunan degradasi benzena dan toluena.
The organic contamination on water environment is a major problem at this present time. The organic contaminant which is found in the water environment is Benzene and Toluene. Many technology biological was do in order to eliminate this organic contaminant. One of this biotechnology called Biobarrier. Biobarrier is the combination of pollutant adsorption on granular activated carbon (GAC) and biodegradation. In this process, electron acceptor is used, in order to oxidation of organic substrates such as benzene-toluene on the adsorben surface with bacterial assist as redoks reaction catalytic. Bacterial need electron acceptor as energy produce for aerobic reaction. Oxygen is electron acceptor that most of bacterial liked. Source of oxygen which is used in this research from NaNO3. The research goal to know how addition of NaNO3 concentration can effect the degradation contaminant and how growth of bacterial consortium in this NaNO3 variation concentration on biobarrier process. Biobarrier process start with loading phase of activated carbon. After activated carbon is load by organic substrates (benzene-toluene), bacterial consortium and NaNO3 as electron acceptor is added to bioregenerator column (biodegradation process). The variation of NaNO3 are 25 mg/L, 75 mg/L, 100 mg/L, 125 mg/L. Interval of each variation are 57 hours with contaminant flowrate 18,2 ml/minute and the electron acceptor flowrate 1 ml/minute. The results showed that the additional amount of NaNO3 as electron acceptor influence the degradation rate of benzene-toluene and growth of bacterial consortium. Greatest degradation of benzene-toluene and the optimum growth of bacterial consortium occur on NaNO3 concentration 75 mg/L with amount of oxygen produce 0.441 mmol/L. Increased of NaNO3 concentration from 75 mg/L to 100 mg/L and 125 mg/L cause growth of bacterial consortium slowly and influence on decrease degradation of benzene-toluene.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Rahayuni
Abstrak :
Dewasa ini telah banyak dilaporkan penelitian tentang pengujian bahan lignoselulosa sebagai sorben penyerap minyak serta modifikasinya untuk meningkatkan kapasitas penyerapannya terhadap minyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh perlakuan pendahuluan pada coir kelapa (Cocos nucifera) terhadap kapasitas penyerapan minyak. Perlakuan pendahuluan yang dilakukan adalah perlakuan ektraksi pelarut, perlakuan ekstraksi air, perlakuan pemanasan pada suhu 150 oC dan perlakuan asetilasi. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan FTIR, perlakuan ekstraksi pelarut, perlakuan ekstraksi air dan perlakuan pemanasan pada suhu 150 oC selama 17 menit tidak menunjukkan perubahan pada struktur kimia lignoselulosa coir kelapa. Keberhasilan reaksi asetilasi dibuktikan dengan munculnya pita serapan dari vibrasi ulur ikatan C=O ester pada 1753,29 cm-1, vibrasi ulur ikatan ?CO? pada 1224,80 cm-1, dan vibrasi tekuk ikatan CH3 pada 1369,46 cm-1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan ekstraksi pelarut atau ekstraksi air pada coir kelapa dapat meningkatkan kapasitas penyerapan minyak, sedangkan perlakuan pemanasan pada 150 oC selama 17 menit menurunkan kecenderungan penyerapan sorben terhadap air. Dengan demikian, sorben dengan perlakuan ekstraksi pelarut atau ekstraksi air dapat diaplikasikan secara langsung pada sistem minyak saja, sedangkan pada sistem minyak ? air, diperlukan perlakuan tambahan (pemanasan).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Kemala
Abstrak :
Limbah minyak pelumas bekas dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun B3 yang mengandung logam berat salah satunya Pb. Untuk mengurangi konsentrasi Pb dalam minyak pelumas bekas dan memperbaiki karakteristik minyak pelumas, dilakukan pengolahan dengan menggunakan lempung sebagai bleaching earth melaui proses adsorbsi. Pada penelitian ini, dilakukan karakterisasi awal minyak pelumas bekas dengan spesifikasi SAE 10W-30. Selanjutnya, untuk meningkatkan kemampuan lempung sebagai adsorban, lempung diaktivasi dengan kalsinasi pada temperatur 300, 450, dan 600°C. Hasil XRD menunjukkan terjadi peningkatan montmorillonite dalam lempung hingga 63. Kemudian proses adsorbsi dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan mineral lempung terhadap kapasitas lempung dalam skala laboratorium dengan konsentrasi lempung 80 g/L. Temperatur adsorbsi adalah 120°C dengan waktu kontak 300 menit. Pada penelitian, diperoleh hasil bahwa adsorbsi timbal mencapai kondisi optimum pada penggunaan lempung teraktivasi kalsinasi 450°C dan konstan pada penggunaan lempung teraktivasi kalsinasi 600. Data isotherm adsorbsi menunjukkan kecocokan dengan model isoterm Freundlich dengan kapasitas adsorbsi 4,05x10-3 mg/g. Karakterisasi akhir minyak pelumas menunjukkan terjadinya perbaikan sifat fisik dan kimiawi minyak pelumas bekas setelah proses adsorbsi.
Waste lubricant oil is categorized as hazardous waste which contains heavy metal such us lead. To reduce the amount of lead concentration and improve waste lubricant oil properties, the waste is treated with clay as bleaching earth through adsorption process. In this study, the physical and chemical properties of waste lubricant oil with specification SAE 10W 30 was analyzed before treated with clay. To enhance clays properties as adsorbent, the clay was activated with calcination at temperature 300, 450, and 600°C. XRD result showed that calcination process could increase montmorillonite percentage in clay, approximately 63. To determine the correlation between clay mineral structure and clay capacity as adsorbent, the adsorption process was conducted in laboratory scale with 80g L at each of activated clay. The adsorption temperature and contact time were 120°C and 300 minutes respectively. The experimental procedure gave result that lead adsorption reached its optimum condition with the used of activated clay at temperature 450 C and remained constact with 600°C calcined clay. Pb adsorption isotherm data showed compability with Freundlich isotherm model with adsorption capacity 4,05x10 3 mg g. The final characterization of treated waste lubricant oil indicated that there was improvement of its properties after adsorption process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriah Isky Farida
Abstrak :
Penelitian ini memanfaatkan kemampuan Zeolit Alam Lampung sebagai bonding agent (bahan pengikat) dalam proses flotasi udara dengan menentukan perlakuan awal zeolit alam yang tepat agar pengikatan amonia dengan metode flotasi yang terjadi optimal, serta menentukan ukuran dan dosis zeolit alam yang tepat untuk memperoleh hasil flotasi yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai jenis variasi aktivasi yang dilakukan pada Zeolit Alam Lampung diperoleh hasil bahwa luas permukaan pori terbesar dimiliki oleh ZAL yaitu 82,36mm. Hasil flotasi udara menggunakan berbagai jenis variasi zeolit diperoleh data hasil analisis % pemisahan amonia terbesar dimiliki oleh ZAL yaitu 93,817, begitu pula dengan hasil analisa parameter-parameter kimia dan fisika lainnya sebagai parameter pendukung pada baku mutu limbah cair seperti (COD,DO dan pH) diperoleh data pengukuran dengan hasil terbaik dimiliki oleh ZAL. Dari hasil variasi ukuran diperoleh hasil % pemisahan amonia terbesar oleh ZAL yaitu pada ukuran partikel 1,7mm juga untuk uji parameter lainnya untuk baku mutu limbah cair. Hasil variasi Dosis diperoleh hasil % pemisahan amonia terbesar oleh ZAL pada dosis 6gr/L juga untuk uji parameter lainnya untuk baku mutu limbah cair.pengaruh penambahan SLS dengan dosis 0,4gr/L terbukti dapat meningkatkan persentasi pemisahan amonia yang dihasilkan.
The focus of this study is the ability of Natural Zeolite Lampung as a bonding agent in air flotation process which determine the right preparation to optimize ammonia bonding using flotation method, and determine the size and dosage of natural zeolite to get the optimal result of flotation. Refer to the earlier research of some activation variant for Natural Zeolite Lampung that the biggest pore surface area of Natural Zeolite Lampung was 82,3mm. The analysis result of air flotation using some variant of zeolite is the Natural Zeolite Lampung highest percentage of separation was 93,817, and also the result of other chemical and physical variable as variable support for the waste liquid standard like COD, DO, and pH, the best analysis result is Natural Zeolite Lampung. For the size variant, highest percentage result of ammonia separation by using Natural Zeolite Lampung is for the particle size of 1,7mm and the same result also for the other variable test of waste liquid standard. The highest percentage result for dosage variant of ammonia separation using Natural Zeolite Lampung is at dosage 6gr/L and the same result also for the other variable test of waste liquid standard. Adding 0,4 gr/L SLS could raise the percentage of ammonia separation result.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52000
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tilani Hamid
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>