Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutagalung, Ayu Ashari
Abstrak :
Peningkatan jumlah lumpur limbah industri pertahunnya, mendorong untuk adanya inovasi dalam pengelolaan lumpur. Penelitian ini dilakukan dalam upaya menstabilisasikan kadungan karbon pada lumpur melalui proses termal sehingga didapatkan produk akhir yang dapat dimanfaatkan sebagai adsorben. Karbonisasi dilakukan pada suhu 500oC selama 70 menit dan aktivasi dengan gas N2 dengan laju aliran 200 mL/menit pada suhu 800oC selama 1.5 jam. Pencucian logam dilakukan setelah karbonisasi dengan HCl 3M rasio padatan per larutan 0.2 . Hasil karbonisasi didapatkan arang sebesar 23,68 1,288 dan hasil aktivasi didapatkan karbon aktif sebesar 48,51 0,619. Hasil pengujian karakteristik karbon aktif lumpur diperoleh nilai kadar air 11,42 0,006 , abu 8,16 0,012 , dan bagian mudah menguap 23,71 0,006 memenuhi baku mutu arang aktif, kecuali kadar karbon murni 56,71 dan daya serap iodin 230,78 mg/g . Luas permukaan yang didapat sebesar 89,08 m2/g dan diamter pori yang terlihat pada uji SEM lebih dari 10 ?m. Kapasitas adsorpsi hasil uji batch dari karbon aktif lumpur terhadap zat warna metilen biru dengan uji sistem batch adalah 4.6 mg/g, cocok dengan model isotherm Freundlich. Kapasitas adsorpsi hasil uji kolom untuk Karbon Aktif Lumpur KAL 7.52 mg/g dan Karbon Aktif Komersial KAK 9.36 mg/g. Kurva Breakthrough menujukan karbon aktif komersial menejukan adsorpsi yang lebih baik dari karbon aktif lumpur. Saat volume larutan MB yang diolah telah mencapai 275 mL dalam waktu 99 menit, hasil penyisihan dari KAL 62 dan KAK 67 . Hasil TCLP menujukan bahwa KAL masih dikategorikan limbah B3.
The increasing number of industrial sludge annually, encourages innovation in sludge management. This research was conducted to stabilize the carbon content of sludge through the thermal process so that the final product can be used as an adsorbent. The carbonization was carried out at a temperature of 500oC for 70 minutes and activation with gas N2 200mL min at a temperature of 800oC for 1.5 hours. Metal washing was performed after carbonization with 3M HCl solids per solution ratio 0.2 . Carbonization results obtained charcoal of 23.68 1.288 and activation results obtained activated carbon of 48.51 0.619. The results of testing the characteristics of the sludge activated carbon obtained by the value of water content 11,42 0,006 , ash 8,16 0,012 , and the volatile part 23,71 0,006 and appropriate with the standard, except pure carbon content 56.71 and number of iodine 230.78 mg g . The surface area obtained is 89.08 m2 g and the pore diameter seen in the SEM test is more than 10 m. The adsorption capacity of the batch test results from the slurry activated carbon to uptake methylene blue by batch system test is 4.6 mg g, suitable with Freundlich isotherm model. Adsorption capacity of column test for Sludge Activated Carbon SAC 7.52 mg g and Commercial Activated Carbon CAC 9.36 mg g. The Breakthrough curve of commercial activated carbon activates better adsorption of the activated carbon of the sludge. When the volume of MB processed solution has reached 275 mL within 99 minutes, the elimination from initial conecentration methylene blue results from SAC 62 and CAC 67 . The TCLP results indicate that KAL is still categorized as B3 waste.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Ranaldo
Abstrak :
Pemisahan ion tembaga dengan karbon aktif modifikasi sodium asetat dan asetilaseton sudah dilakukan, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi karbon aktif terhadap ion Cu baik dengan sistem batch dan sistem kolom. Modifikasi dimulai dengan merendam 55 gr karbon aktif dengan 100 ml 0,6M sodium asetat dan 100 ml 0,6M asetilaseton selama 3 hari, setelah 3 hari karbon aktif dipisahkan dan dikeringkan pada suhu 500C selama 24 jam untuk modifikasi dengan sodium asetat sedangkan modifikasi asetilaseton dikeringkan pada suhu kamar selama 1 jam sebelum digunakan sebagai penyerap. Proses dilakukan dengan sistem kolom dengan berat sample 15 gr, debit 2 ml/mnt dan keluaran diambil setiap 7,5 menit, sistem batch dilakukan dengan berat sampel 3 gr dengan volume sampel 50 ml diaduk dengan kecepatan 300 rpm selama 20 menit. Modifikasi sodium asetat sistem kolom terjadi peningkatan kapasitas sebesar 47% dan sistem batch terjadi peningkatan sebesar 234% bila dibandingkan dengan yang tidak dimodifikasi, Modifikasi asetilaseton sistem kolom terjadi penurunan kapasitas sebesar 85% dan sistem batch terjadi peningkatan sebesar 8% bila dibandingkan dengan yang tidak dimodifikasi. Modifikasi sodium asetat sistem batch terjadi peningkatan kapasitas sebesar 209% bila dibandingkan dengan modifikasi asetilaseton, sedangkan pada sistem kolom terjadi peningkatan kapasitas sebesar 878%. ......The adsorption of copper ion by sodium acetate and acetylacetone modified active carbon had been conducted; the purpose of this research is to increase the active carbon?s copper ion adsorption capacity using batch system and column system. Modification is preceded with immersing 55gr active carbon with 100ml 0.6M sodium acetate and 100ml 0.6M acetylacetone for 3 days, after 3 days active carbon is separated and dried at 50oC for 24 hr for modification with sodium acetate; whereas, for modification with acetylacetone, active carbon is dried at room temperature for 1 hr before being used as adsorbent. Process was conducted using column system with sample weighing 15gr, flow rate 2ml/mnt and effluent was obtained every 7.5mnts; whereas, batch system was conducted with sample weighing 3gr, sample volume 50ml mixed with velocity 300rpm for 20mnts. Modification with sodium acetate resulted with increase in adsorption capacity as much as 47% using the column system and 234% using the batch system when comparing to the unmodified active carbon. Modification with acetylacetone resulted with decrease in adsorption capacity as much as 85% using column system and; however, increase in adsorption capacity as much as 8% using batch system when comparing to the unmodified active carbon. Modification with sodium acetate resulted with increase in adsorption capacity as much as 209% using batch system and 878% using column system when comparing to modification with acetylacetone.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiyono
Abstrak :
Penelitian ini untuk mengembangkan Adsorber sebagai komponen penting pada sistem pendinginan adsorpsi menggunakan karbon aktif yang nantinya dapat diterapkan untuk pembuat es pada kapal nelayan. Penggunaan adsorber sebagai pembuat es ini nantinya akan mengurangi penggunaan formalin sebagai pengawet ikan hasil tangkapan yang sudah dilarang saat ini. Fluida refrigeran yang digunakan dalam penelitian ini adalah methanol dengan kadar 98%. Methanol merupakan refrigeran yang aman untuk lingkungan walaupun methanol sangat mudah terbakar. Penelitian ini nantinya akan menganalisa system pendingin menggunakan karbon aktif dan memberikan usulan solusi pemecahan masalah dari adsorber untuk pengembangan adsorber lebih lanjut. ......The research is developing adsorber as main component in adsorption refrigeration system that used activated carbon, later it can be applied on fishing boat?s ice maker. The main idea is to reduce formalin as preservative for fish that lately forbidden. 98% consentration methanol is used as refrigerant. Methanol considered safe for environment even though it is highly flameable. Later the research analyze the activated carbon-cooling system and to give possible solution for problems in adsorber system for continous improvement.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Modistian
Abstrak :
Studi adsorpsi methyl orange (MO) menggunakan adsorben karbon aktif dan lumpur alum telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas adsorben serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksperimen pada tingkat penyisihan MO. Beberapa faktor pengaruh yang diamati pada proses adsorpsi ini adalah efek konsentrasi adsorben, konsentrasi polutan, pH, temperatur, kecepatan pengadukan, volume reaksi serta penggunaan kembali adsorben (reuse). Studi dilakukan karena MO merupakan salah satu zat pewarna yang berbahaya dalam industri tekstil yang memiliki dampak terhadap manusia dan lingkungan. Berdasarkan eksperimen parametrik yang dilakukan pada adsorben karbon aktif diketahui bahwa seiring dengan naiknya konsentrasi adsorben, efisien penyisihan polutan MO juga meningkat sebesar 99,87% pada 1 g/L karbon aktif. Sedangkan pada efek konsentrasi polutan MO berbanding terbalik dimana semakin besar konsentrasi polutan yang diberikan, tingkat penyisihan pada adsorben semakin menurun, yaitu dari 95,89% menjadi 16,8%. Dan untuk adsorben lumpur alum, efisiensi penghilangan polutan MO sangat kecil hanya 5% dengan aktivasi KOH. Dari kedua perbandingan adsorben yang telah dilakukan, karbon aktif merupakan adsorben yang efektif digunakan untuk menghilangkan polutan methyl orange di air dengan persentase removal hampir 100% pada konsentrasi adsorben 0.5 g/L. Karbon aktif juga dapat diregenerasi dengan efisiensi penyisihan mencapai 80%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Lenta Efrida
Abstrak :
Volume limbah sebagai hasil sisa produksi semakin bertambah banyak sebanding dengan pesatnya pertumbuhan industri. Salah satu limbah industri adalah fenol. Fenol merupakan limbah organik yang dibuang ke lingkungan air. Salah satu cara mengolah limbah adalah melalui proses adsorpsi dengan karbon aktif. Alternatif penerapan teknologi adsorpsi dengan karbon aktif dipilih karena permukaan karbon aktif luas, kemampuan adsorpsi besar, mudah diaplikasikan. Sementara itu teknik elektrokimia dengan cara elektrolisis mampu mengoksidasi limbah senyawa fenol menghasilkan dekomposisi sempurna menjadi CO2 dan H2O. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan konsentrasi fenol dengan menggunakan teknik adsorpsi karbon aktif, teknik oksidasi elektrokimia dengan elektroda timbal dan teknik kombinasi adsorpsi dan oksidasi pada kondisi optimum. Optimasi yang diperoleh berupa waktu kontak adsorben (karbon aktif) dengan adsorbat (fenol) selama 45 menit. Jumlah karbon aktif yang digunakan 1 gram dengan konsentrasi elektrolit NaCl 5 % serta potensial optimum 7 Volt. Dengan menggunakan kondisi optimum teknik adsorpsi menghasilkan % konversi penurunan konsentrasi fenol 52,91 %, teknik oksidasi 96,80 % dan teknik kombinasi (adsorpsi-oksidasi) adalah 98,59 %. Penurunan konsentrasi larutan fenol diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Bustomy
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T25081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Gas H2S dan CO2 merupakan senyawa impuritis gas bumi yang disamping bersifat korosif dan dapat merusak peralatan, kedua senyawa tersebut juga dapat menurunkan kualitas gas bumi terutama nilai kalorinya. Kegiatan penelitian rancang bangun adsorben berupa karbon aktif ini bertujuan untuk menyerap impuritis gas H2S dan CO2 sehingga terpisah dari gas bumi. Proses aktivasi karbon merupakan tahap yang sangat penting untuk mendapatkan karbon aktif dengan karakter yang sesuai yang dapat menyerap adsorbat gas yang diinginkan. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan proses re-aktivasi kimia karbon aktifkomersial dengan kualitas rendah untuk menghasilkan karbon aktif dengan kualitas yang baik dengan kapasitas adsorpsi gas yang tinggi. Pembuatan rancang bangung peralatan ujijuga dilakukan untuk menguji unjuk kerja adsorben dalam mengadsorpsi gas CO2 dan H2S. Dari keseluruhan pengujian, disimpulkan bahwa karbon aktifyang memiliki karakteristik paling baik adalah karbon aktif AC4 dengan ukuran -50/+70 mesh yang diimpregnasi dengan Kl sehingga mampu menyerap gas CO2 dengan efisiensi adsorpsi sebesar 50% dan menyerap gas H2S dengan efisiensi adsorpsi sebesar 100%.
LEMIGAS, 2013
665 LPL 47 (1) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Leonita
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan studi kasus proses penyisihan fenol dalam limbah cair dengan teknik ozonasi katalitik menggunakan GAC dan ZAL dalam reaktor unggun diam berpemutar. Perbandingan efektivitas penggunaan katalis pada teknik ozonasi katalitik ditinjau dari kuantitas radikal hidroksil, persesntase penyisihan fenol, neraca massa ozon, perubahan pH, serta karakteristik dan kemampuan adsorpsi katalis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GAC lebih unggul dari ZAL dalam menyisihkan senyawa fenol di limbah cair, baik melalui proses adsorpsi tunggal maupun dengan teknik ozonasi katalitik. Pada kondisi operasi yang sama, GAC memiliki kemampuan adsorpsi fenol yang lebih baik (persentase penyisihan fenol 60,86% dengan tingkat adsorpsi 1,302 mg/g) dibandingkan dengan ZAL (persentase penyisihan fenol 15,47% dengan tingkat adsorpsi 0,287 mg/g). Dalam larutan limbah bersuasana basa (pH ≈ 10), kombinasi ozon dengan GAC mampu menyisihkan fenol sebesar 88,94% dibandingkan ozonasi katalitik menggunakan ZAL hanya mampu menyisihkan fenol sebesar 50,97%.
In this research, a case study of elimination process of phenol compounds in waste water by catalytic ozonation using GAC and ZAL in rotating packed bed reactor was examined. The effectiveness comparison of catalysts which used in ozonation catalytic is evaluated from quantity of hydroxyl radicals, percentage of phenol degradation, the mass balance of ozone, pH changes, catalyst`s adsorption capacity, and the changes of catalyst characteristics. The results showed that GAC is better than ZAL to eliminate phenol compounds in waste water, either through a single adsorption process as well as catalytic ozonation technique. At the same operating conditions, GAC has better ability for phenol adsorption (percentage of phenol degradation about 60,86% with the rate of adsorption up to 1,302 mg/g) compared to ZAL (percentage of phenol degradation about 15,47% with the rate of adsorption 0,287 mg/g). In waste water with alkali solution (pH ≈ 10), combination of ozone with GAC capable to remove phenol by 88,94%, compared to use catalytic ozonation using ZAL that only capable to remove phenol by 50,97%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Khairul Afdhol
Abstrak :
Gas Karbon monoksida dan metana banyak terdapat dalam off gas hasil kilang minyak bumi. Off gas potensial digunakan sebagai bahan baku industri petrokimia. Agar off gas ini bisa dimanfaatkan maka karbon monoksida dan metana harus dihilangkan dari off gas. Penelitian ini bertujuan untuk mengadsorpsi karbon monoksida dan metana menggunakan karbon aktif cangkang kelapa sawit dan karbon aktif komersial secara simultan dengan sistem tumpak dan kontinyu. Penelitian ini dilakukan 2 tahap yaitu: 1 Pembuatan dan karakterisasi karbon aktif, 2 Uji adsorpsi karbon monoksida dan metana. Dari percobaan aktivasi menggunakan karbon dioksida pada laju alir 150 ml/menit menghasilkan luas permukaan sebesar 978.29 m2/g, Nitrogen pada laju alir 150 ml/menit menghasilkan luas permukaan 1241.48 m2/g, dan karbon dioksida dan nitrogen pada laju alir 200 ml/menit dengan luas permukaan 300.37 m2/g. Adsorpsi karbon monoksida dan metana pada sistem tumpak karbon aktif cangkang kelapa sawit sebanyak 0.5485 mg/g dan 0.0649 mg/g, pada karbon aktif komersial adalah 0.5480 mg/g dan 0.0650 mg/g. Adsorpsi pada sistem kontinyu karbon aktif dari cangkang kelapa sawit menyerap karbon monoksida 305.23 mg/gr dan metana 12.06 mg/gr, dan karbon aktif komersial menyerap karbon monoksida dan metana sebanyak 204.87 mg/gr dan 5.95 mg/gr. ......Carbon monoxide and methane gas are widely present in offshore oil refineries. Off potential gas is used as raw material for the petrochemical industry. In order for this off gas to be utilized, carbon monoxide and methane must be removed from off gas. This study aims to adsorb carbon monoxide and methane using activated carbon of oil palm shells and commercial activated carbon simultaneously with batch and continuous systems. The research was conducted in 2 stages 1 Preparation and characterization of activated carbon, 2 Carbon monoxide and methane adsorption test. From the activation experiments using carbon dioxide at a flow rate of 150 ml min yielded a surface area of 978.29 m2 g, Nitrogen at a flow rate of 150 ml min yielded a surface area of 1241.48 m2 g, and carbon dioxide and nitrogen at a flow rate of 200 ml min with Surface area 300.37 m2 g. Adsorption of carbon monoxide and methane on activated carbon activated oil palm shell systems of 0.5485 mg g and 0.0649 mg g, on commercial activated carbon is 0.5480 mg g and 0.0650 mg g. Adsorption of continuous activated carbon from oil palm shells absorbed carbon monoxide 305.23 mg g and methane 12.06 mg g, and commercial activated carbon absorbed carbon monoxide and methane by 204.87 mg g and 5.95 mg g.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Rais
Abstrak :
Karbon aktif pada masker yang digunakan untuk mencegah berbagai penyakit dari gas polutan berasal dari bahan tak terbaharukan dan juga mudah jenuh. Penelitian ini dilakukan untuk membuat filter masker yang karbon aktif nya berasal dari cangkang sawit dan diimpregnasi dengan TiO2 agar tidak cepat jenuh. Uji adsorbsi fotokatalitik gas CO dari knalpot motor dilakukan untuk mengetahui kinerja masker dengan berbagai variasi kondisi dan komposisi TiO2. Karakterisasi BET dan FESEM-EDX dilakukan juga untuk mengetahui sifat dari komposit dan masker. Hasil luas permukaan dari karbon aktif yang dibuat yaitu 214.451 m2/g. Hasil terbaik diperoleh pada masker dengan komposisi 5g KA-5% TiO2 yang mana dapat mengeliminasi asap CO dari knalpot motor sebesar 33.87%. Filter masker bekerja lebih baik jika terkena sinar UV. Semakin banyak komposit pada masker, semakin baik mengeliminasi gas CO. Uji kelayakan dengan gas CO 12 ppm membuktikan bahwa masker layak diaplikasikan. ......Activated Carbon for Mask that used to protect from various diseases from air pollution is from non-renewable materials and easy to saturated. This research is done to make Activated carbon of mask filter that derived from palm shell and impregnated with TiO2 to prevent rapid saturation. Adsorption photocatalytic test were done with various condition and TiO2 composition. BET and FESEM-EDX characterization were also done to determine the properties of composite and mask. The Surface area of activated carbon that have made is 214.451 m2/g. The best result is obtained in a mask with the composition 5g KA-5% TiO2 that can eliminate 33.87% of CO gas from Motorcycle Exhaust gas. The feasibility test with 12 ppm of CO gas show that mask filter is feasible to be applied. Mask filter work better if exposed to the UV light. The more composite on filter mask, the better of mask to eliminate CO gas.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54871
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>