Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henrico Citrawijaya
Abstrak :
ABSTRAK
Pengendalian vektor menjadi salah satu kunci menurunkan transmisi penyakit DBD. Sejauh ini, pengendalian vektor dilakukan dengan insektisida kimia sintetis. Insektisida tersebut telah menimbulkan resistensi sehingga diperlukan insektisida yang alami dari tanaman untuk mengatasi masalah resistensi tersebut. Lantana camara adalah salah satu tanaman hias yang mengandung terpenoid, flavonoid, dan alkaloid yang berpotensi sebagai larvasida. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas larvasida dari ekstrak bunga L. camara Tanaman Tembelek dengan pelarut etil asetat terhadap larva Aedes aegypti Instar III dan IV. Rancangan penelitian ini adalah eksperimen. Terdapat kelompok kontrol dan perlakuan. Pada kelompok kontrol, larva hanya diberikan air kran sedangkan pada kelompok perlakuan larva diberikan ekstrak bunga L. camara dengan konsentrasi 60 ppm, 75 ppm, 105 ppm, 150 ppm dan 300 ppm. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pada jam ke-24, jumlah mortalitas larva berbanding lurus dengan konsentrasi ekstrak r=0,84, p.
ABSTRACT
Vector control becomes a key strategy to reduce DHF transmission. So far, vector control has been carried out by using chemical synthetic insecticide. It causes mosquitoes become resistant so the natural insecticides made from plant are needed to solve the resistance problem. Lantana camara is a plant which contains active metabolites against larvae such as terpenoid, flavonoid, and alkaloid. The aim of this study is to investigate larvicidal effectiveness of L. camara flower with ethyl acetat solvent against Aedes aegypti larvae instar III and IV. This study is conducted by using experimental design. The Ae. aegypti larvae are divided into control and intervention groups. In the control group, tap water is used while in the intervention group, extract with various concentrations 60 ppm, 75 ppm, 105 ppm, 150 ppm, and 300 ppm is employed. The result shows that the percentage of larval mortality is directly proportional to concentration of the extract r 0,84, p
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Afif
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi letal Bti terhadap Ae. aegypti. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai bulan Maret 2010 di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menggunakan desain eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae.aegypti yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak keramik berukuran 60 x 60 x 60 cm3 yang berisi 125 L air. Selanjutnya bak tersebut diberikan larutan suspensi Bti dengan berbagai konsentrasi. Setelah 24 jam dilakukan observasi untuk menghitung jumlah larva yang mati. Sebagai control 100 larva dimasukkan ke dalam bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Data dianalisis dengan probit analysis untuk mendapatkan LC50 dan LC95. Dari analisis tersebut didapatkan LC50 dan LC95 untuk Ae.aegypti adalah 0,98 (0,68-1,24) ml/m2 dan 2,76 (2,31-3,57) ml/m2. Dengan demikian untuk penggunaan di lapangan akan digunakan konsentrasi tertinggi yaitu 3,57 ml/m2. Karena konsentrasi yang tersedia dari pabrik adalah 2,3,4 dan 5 ml/m2 maka konsentrasi yang digunakan adalah 4 ml/m2. Disimpulkan LC95 Bti terhadap Ae.aegypti adalah 3,57 ml/m2 dan konsentrasi untuk digunakan di lapangan adalah 4 ml/m2. The purpose of this study is to determine the lethal concentration of Bti against Ae. aegypti. This experimental study was conducted on December 2009 until March 2010 in the Laboratory of Parasitology, Faculty of Medicine, University of Indonesia. The larvae used was 100 third instar larvae taken from the laboratory colony and were introduced in to ceramic containers measured 60 x 60 x 60 cm3 filled with 125 L of water. The containers were treated with Bti suspension with different concentration and then larval mortalities was recorded 24 hours after the treatment. As control, 100 larvae were introduced in to a container with the same type and size, but with no Bti. The data was analyzed with probit analysis to determine the LC50 and LC95. The results showed that LC50 and LC95 for Ae.aegypti is 0,98 (0,68-1,24) ml/m2 and 2,76 (2,31-3,57) ml/m2, thus the application in the field will be using the highest concentration of 3,57 ml/m2. Because the concentrations available from the factory are 2,3,4, and 5 ml/m2, the concentration used is 4 ml/m2. It was concluded that the LC95 of Bti against Ae.aegypti is 3,57 ml/m2 and the concentration to be used in field is 4 ml/m2.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elfikri Asril
Abstrak :
Keberhasilan pemberantasan DBD antara lain ditentukan oleh tingkat pengetahuan masyarakat mengenai DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan murid MTs Kecamatan Bayah mengenai vektor DBD setelah mendapat penyuluhan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Data diambil pada tanggal 16 - 18 Oktober 2009 dengan mewawancarai 107 murid MTs yang dipilih secara random. Murid tersebut telah mendapat penyuluhan DBD satu bulan sebelum survei. Hasilnya memperlihatkan, murid MTs yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 3 orang (2,9%), cukup 49 orang (47,1%) dan kurang 52 orang (50%). Responden laki-laki 43 orang (41,3%) dan perempuan 61 orang (58,7%). Murid yang tidak memiliki riwayat sakit DBD sebanyak 93 orang (89,4%). Sebagian besar Murid MTs mendapat informasi tentang DBD dari 2 atau 3 jenis sumber informasi dengan presentase masing- masing 28,8%. Sumber informasi yang paling berkesan adalah petugas kesehatan (59,6%) disusul oleh media elektronik (30,8%). Pada uji Kolmogorov Smirnov, tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai vektor DBD dengan jenis kelamin (p=1,000), jumlah sumber informasi (p= 0,601), sumber informasi yang paling berkesan (p= 0,239), dan riwayat sakit DBD (p=1,000). Disimpulkan tingkat pengetahuan murid madrasah mengenai vektor DBD tergolong kurang dan tidak berhubungan dengan karakteristik mereka.
The success of DHF control depends on people?s knowledge level of DHF. The objective of this study was to know the knowledge level of Madrasah Tsanawiyah Bayah students about DHF vector after given education. This cross sectional study was conducted on October 16th-18th 2009 by interviewing 107 students, chosen by random sampling technique. The students got education one month before the survey. The result showed that only 2,9% students had good knowledge, while students that had fair and bad knowledge are 47,1% and 50%, respectively. Forty three students (41,3%) were male while 61 others (58,7%) were female. Students that didn?t have family history of DHF were 93 students (89,4%). Most of the students got information from two and three information sources. The most impressive source was medical personels (59,6%); while information from electronic media hold the second position (30,8%). Kolmogorov Smirnov analysis test showed no significant differences between knowledge level of DHF vector and sex (p=1,000), the number of information sources (p=0,601), the most impressive source (p=0,239), and family history of DHF (p=1,000). It was concluded that the knowledge level of the students about DHF vector was bad and not associated with student?s characteristic.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mades Fifendy
Abstrak :
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi DBD di Indonesia, diantaranya adalah dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk. dan penggunaan insektisida seperti malation dan temefos. Namun cara tersebut belum memberikan basil yang memadai, sehingga diperlukan bahan lain untuk menunjang pengendalian DBD, seperti penggunaan insektisida alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Insektisida yang berasal dari tumbuhan dalam waktu relatif singkat, setelah digunakan akan terurai menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Untuk mengetahui golongan senyawa yang berperan sebagai insektisida dalam daun Helianthus annuus dan pengaruh ekstraknya terhadap kematian Aedes aegypti. Penelitian dilakukan di laboratorium Entomologi bagian Parasitologi, laboratorium Kimia bagian Kimia FKUI, dan bagian PTM Depkes selama 8 bulan. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0,050 % ; 0,075 % ; 0,100 % ; 0,125 % ; 0,150 % ; dan 0,175 % untuk larvisida, dan konsentrasi 0,5% ; 1,0% ; 1,5% dan 2,0% untuk insektisida dan repelen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan senyawa yang diduga bersifat insektisida dalam daun Helianthus annuus adalah golongan alkaloid, saponin, twain, steroid, terpenoid, dan minyak atsiri. Kematian larva tertinggi adalah pada konsentrasi 0,175 % yaitu 92,8 % dan terendah adalah pada konsentrasi 0,050 % yaitu 16,0 %. Konsentrasi letal untuk kematian 50% adalah 0,097 % dan kematian 90% adalah 0,195%. Rata-rata kematian nyarnuk dewasa adalah 90,8 % pada konsentrasi 2,0% dan 20,0 % pada konsentrasi 0,5 %. Daya proteksi berkisar antara 65,58 % - 86,10 %, dengan daya proteksi maksimal ketika jam ke-2, pada konsentrasi 2,0%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismalia Husna
Abstrak :
Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit demam berdarah dengue DBD . Sampai saat ini belum ada obat maupun vaksinnya, sehingga pengendalian vektor merupakan kunci utama dalam menurunkan transmisi penyakit DBD. Pengendalian vektor yang sering digunakan adalah dengan insektisida kimia, namun penggunaannya yang terus-menerus dapat mengakibatkan resistensi dan pencemaran lingkungan. Alternatif yang dapat dilakukan adalah penggunaan insektisida hayati yang berasal dari ekstrak tanaman, salah satu tanaman yang berpotensi sebagai insektisida hayati adalah duku Lansium domesticum . Tujuan penelitian ini adalah menetapkan konsentrasi efektif dari ekstrak metanol daun duku dan mekanismenya dalam menimbulkan kematian larva Aedes aegypti. Penelitian ini menggunakan ekstrak daun duku dengan 7 konsentrasi yaitu 0,1 , 0,2 , 0,4 , 0,6 , 0,8 , 1 , 1,2 dan 0 sebagai kontrol untuk mendapatkan nilai LC50 dari ekstrak. Nilai LC50 dipakai untuk ekstrak metanol dan fraksi daun duku dalam pemeriksaan morfologi, histologi, aktivitas enzim, dan kadar zat anorganik larva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 24 jam pemaparan ekstrak didapatkan LC50 dan LC90 adalah 0,22 dan 0,32 . Perubahan morfologi pada larva Ae. aegypti yang terjadi adalah ukuran larva mengecil, warna pucat, papil anal rusak, dan sifon menghitam. Histopatologi pada larva menunjukkan perubahan midgut seperti penonjolan sel ke arah apikal, sel epitel lepas kedalam lumen, dan susunan sel tidak teratur. Ekstrak dan fraksi menurunkan aktivitas enzim esterase dan menaikkan aktivitas enzim GST larva, serta mempengaruhi kadar zat anorganik larva. Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak metanol dan fraksi daun duku memiliki aktivitas larvasida dengan mengubah morfologi dan histologi, mempengaruhi aktivitas enzim esterase, GST, dan kadar zat anorganik pada larva.
Aedes aegypti is the main vector of Dengue Hemorrhagic Fever DHF . Until now there is no drug or vaccine, so vector control is the key in reducing the transmission of dengue. Chemical insecticide has caused some conserns on the resistance, safety, and toxicology impact. Therefore, using insecticide derived from plant extracts is an alternative. One of potential plant that can be used is Duku Lansium domesticum . The objective of this study was to determine the effective concentration of methanol extract of L. domesticum leaves and its mechanism that causing the death of Aedes aegypti larvae. This study use 7 concentration that was 0,1 , 0,2 , 0,4 , 0,6 , 0,8 , 1 , 1,2 and 0 as control to got LC50 value. The LC50 value of extract was used for methanol extract and fractionation on examination of morphology, histology, enzyme activity, and inorganic degree from larvae. The result was shown that LC50 and LC90 after 24 hours exposure of bioassay were 0.22 and 0.32 . LC50 and LC90 after 48 hours exposure of bioassay were 0.07 and 0.12 . The exposure of L. domesticum leaves methanol extract caused morphological changes in larvae such as the size becomes smaller, pale, anal papillae damage, and darken of siphon. Histopathology of midgut larvae showed that cell protrusion to apical, detached of cells into the lumen, and irregular cell structure. Extract and fraction were influence for esterase and GST enzyme activity in larvae and its inorganic substance level. The conclusion was methanol extract and fraction of L. domesticum leaves has larvacide activity by changed morphology and histology, influence enzyme activity of esterase, GST, and inorganic degree of larvae.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah Anibras
Abstrak :
Sampai saat ini penyakit DBD belum ada terapi definitif dan pengendalian vektor DBD, Aedes aegypti, dengan insektisida sintetis menimbulkan resistensi. Sebagai alternatif, pengendalian vektor tersebut dengan metabolit sekunder tanaman dan nanokomposit Ag-TiO2 dilakukan sebagai upaya mengatasi resistensi. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi efektivitas ekstrak kulit Citrus sinensis yang mengandung Ag-TiO2 terhadap presentase kematian larva Aedes aegypti. Penelitian eksperimen ini terbagi menjadi kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan; 1 ekstrak kulit C. sinensis dengan 5 konsentrasi berbeda 100 ppm - 500 ppm, 2 AgTiO2 dengan 5 konsentrasi berbeda 5 ppm - 25 ppm, dan 3 campuran ekstrak kulit C. sinensis dan Ag-TiO2. Ekstrak kulit C. sinensis didapatkan LC50 2.171 ppm setelah jam ke-24. Korelasi positif dan bermakna ditemukan antara konsentrasi Ag-TiO2 dengan presentase kematian larva Ae.aegypti R = 0,823, P < 0,05. Pada kelompok Ag-TiO2 ditemukan: 1 larva mati 100 setelah jam ke-8, 2 LC50 jam ke- 4 11,4 ppm dan jam ke- 6 4 ppm, 3 LC90 jam ke- 4 19,64 ppm dan pada jam ke-6 8,54 ppm, 4 perubahan morfologi terdapat lekukan pada abdomen. Pada kelompok campuran, larva Ae. aegypti mati 100 disetiap konsentrasi pada jam ke-24. Kesimpulannya adalah penambahan Ag-TiO2 meningkatkan efektivitas larvasida ekstrak kulit C. sinensis terhadap presentase kematian larva Ae. aegypti. ......Until now, dengue fever has no definitive treatment and control of vector DHF, Aedes aegypti, with synthetic insecticide cause resistance. Alternatively, vector controls with plant secondary metabolites and nanocomposites Ag TiO2 were performed in an attempt to overcome resistance The purpose of this study was to evaluate the effectiveness of Citrus sinensis peel extract containing Ag TiO2 to the percentage of Aedes aegypti larvae mortality. The experimental study was divided into a control group and three treatment groups 1 peel extract C. sinensis with 5 different concentrations 100 ppm 500 ppm, 2 AgTiO2 with 5 different concentrations 5 ppm 25 ppm, and 3 mixture peel extracts C. sinensis and Ag TiO2 . Lethal concentration 50 peel extract of C. sinensis is 2,171 ppm after 24 hours. Positive and significant correlations were found between concentrations of Ag TiO2 and percentage of Ae.aegypti larvae mortality R 0.823, P
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marissa Gilliani Prasetio
Abstrak :
Penyakit tular vektor merupakan masalah kesehatan masyarakat, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan oleh Ae. aegypti sebagai vektor utama dan Ae. albopictus sebagai vektor sekunder. Pemberantasan penyakit tersebut dilakukan dengan memberantas vektornya terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dewasa ini diupayakan pemberantasan biologis antara lain dengan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti di dalam bak fiberglass, keramik dan semen terhadap Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiberglass, keramik, dan semen berukuran 60 x 60 x 60 cm3 yang berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Sebagai kontrol, 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae. aegypti dan Ae. albopictus pada ketiga bak adalah dua minggu namun masih dapat membunuh larva pada minggu ketiga dengan jumlah kurang dari 70%. Pada uji efek residu Bti terhadap larva Ae. aegypti dengan larva Ae. albopictus didapatkan p<0.05 baik di bak fiberglass, keramik, dan semen yang berarti terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti bekerja lebih baik terhadap larva Ae. albopictus dibandingkan Ae. aegypti. Vector borne disease is a public health problem, one of which is dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Ae. aegypti as the main vector and Ae. albopictus as the secondary vector. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today's control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (BTI). This study aims to determine residual effect of BTI against Ae. aegypti and Ae. albopictus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae of Ae. aegypti and Ae. albopictus from laboratory colonies introduced into containers of fiberglass, ceramic, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then the number of dead larvae counted. As control 100 larvae introduced in to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. aegypti and Ae. albopictus larvae in the three containers is two weeks, but still effective to kill the larvae on the third weeks with mortalitity number less than 70%. McNemar test showed p<0.05, which means there is significant differences. It was concluded that residual effect of BTI work better against Ae. albopictus larvae than Ae. aegypti larvae.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jaffray Diaztri Pasereng Rambak
Abstrak :
ABSTRAK
Cymbopogon citratus dikenal sebagai sereh dapur yang merupakan tanaman obat dan mengandung minyak atsiri dengan zat aktif saponin dan tannin yang berpotensi sebagai larvasida nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek dari larvasida ekstrak daun tua C. citratus terhadap kematian larva instar III-IV Aedes aegypti. Rancangan penelitian ini adalah eksperimen. Terdapat kelompok kontrol tanpa menggunakan ekstrak dan kelompok perlakuan dengan konsentrasi ekstrak yakni 0,01, 0,02, 0,04, 0,06 dan 0,08. Ekstrak dibuat dari daun tua C.citratus dengan pelarut etil asetat. Pada jam ke-24, angka mortalitas larva berbeda bermakna di setiap konsentrasi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kontrol.
ABSTRACT
Cymbopogon citratus is known as a lemongrass which is a medicinal plant and contains assential oils with saponin and tannin active substances that have the potential effect as mosquito larvacids. This study aims to examine the effects of larvaside of old C. citratus leaf extract on the death of instar III IV Aedes aegypti larvae. The design of this study is experimental. There were control group without extract and intervention group with extract concentration 0,01, 0,02,0,04, 0,06, and 0,08. The extract is made from the old leaves of C. citratus with an ethyl acetate solvent. At 24 hours, the mortality rate of larvae was significantly different in each concentration in the intervention group compared with the control group.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library